Bola.com, Jakarta Sangat jarang sekali ada di dunia ini, ayah dan anak bermain dalam satu pertandingan. Beberapa waktu lalu, sejarah tercipta di Indonesia, bahkan juga dunia. Maman Abdurrahman dan anaknya Rafa Raditya Abdurahman tampil bersama membela Persija Jakarta.
Saat itu, tim yang dijuluki Macan Kemayoran tersebut menjamu PSIS Semarang di Stadion Utama Gelora Bung Karno Jakarta, pada laga lanjutan BRI Liga 1 musim lalu, 30 April 2024.
Melakoni debut dengan tim sebesar Persija Jakarta, di mana sang ayah merupakan salah satu bintang yang ikut membawa Tim Macan Kemayoran juara Liga Indonesia 2018 tentu saja membuat Rafa gemetar.
"Kalau gemeter pastilah. Enggak perlu ditanya lagi. Tapi kalau pas pertandingannya deg-degan sih. Merinding," kata Rafa dalam kanal YouTube Bicara Bola besutan Akmal Marhali belum lama ini.
Tak Grogi
Meski begitu, kelahiran Jakarta 20 Agustus 2007 itu mengaku tak grogi berbagi lapangan di lini belakang Persija Jakarta dengan sang ayah. "Enggak grogi," ujar bek masa depan Indonesia tersebut sambil tertawa kecil.
Melawan tim beken sekelas PSIS Semarang yang juga mantan tim yang membesarkan nama ayahnya, Rafa mendapat instruksi khusus dari pelatih Thomas Doll.
"Saya disuruh meng-cover bang Riko (Simanjuntak). Bang Riko kan sudah bermain 90 menit dan sudah capek dan saya disuruh cover di sebelah kanan. Kalau pemain PSIS yang saya jaga, kalau gak salah Debby Liana," kata Rafa.
Merasa Bangga
Menurut Rafa Raditya Abdurahman, saat dipanggil untuk masuk ke lapangan mengaku sama sekali tak menyangka. "Apa yang dulu cuma bisa menonton Persija di televisi, akhirnya bisa bermain," ujarnya.
Rafa mengaku bangga punya seorang ayah yang melegenda di sepak bola nasional. Ketika Maman membela PSIS dari 2005 hingga 2008, dan menjadi Pemain Terbaik Liga Indonesia 2006, Rafa belum lahir.
"Saya belum lahir saat itu. Papa punya kelebihan reading the game (membaca permainan lawan)," kata Rafa.
Keinginan Sendiri
Banyak yang tak tahu, keinginan Rafa untuk menjadi pesepak bola profesional bukan karena anjuran kedua orang tuanya. "Keinginan sendiri. Enggak ditekanin sama papa. Papa bebas mau ngapain saja," ungkap talenta muda yang menghabiskan kariernya di Elite Pro Academy (EPA) U-16.
Ditanya kenapa memilih menjadi bek, Rafa mengatakan awalnya dia bermain sebagai gelandang. "Waktu di SSB saya gelandang," ucapnya.
"Terus setelah ke Jakarta, kebetulan postur Rafa kan besar terus dipindah papa ke belakang. Perkembangannya lebih bagus di situ, ya sudah sekarang merasa nyaman di belakang," ujar Rafa yang menghabiskan masa kecilnya di Semarang.
"Saya mulai kenal sepak bola usia 10 tahun, kelas 4 SD. Kebetulan ada turnamen antar sekolah. Turnamen itu sekalian buat seleksi buat mewakili Semarang untuk Popda," imbuh Rafa berkisah soal awal kariernya.
Mengidolai Rizky Ridho
Meski bangga punya ayah sekakiber Maman, Rafa Raditya Abdurahman justru punya idola lain. "Rizky Ridho," katanya ketika ditanya ihwal pemain idola.
Lantas, apa keinginan Rafa selanjutnya? "Semoga musim depan bisa didaftarin ke Liga 1 dan bermain di Timnas Indonesia. Semua orang pasti punya keinginan untuk bermain di timnas," kata Rafa yang bertekad ingin meneruskan jejak gemilang sang ayah tercinta.
"Papa punya nama besar. Orang-orang pasti punya ekspektasi dan berharap Rafa harus bisa lebih besar dari papa," pungkasnya.