Kolom: Zhang Zhi Jie, Penundaan PON, dan Keselamatan Atlet

oleh Yus Mei Sawitri diperbarui 06 Jul 2024, 11:02 WIB
Ketum Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Pusat, Letjen TNI Purn Marciano Norman, melakukan kunjungan untuk meninjau kesiapan venue PON 2024 di Kota Banda Aceh.

Bola.com, Jakarta - Angin seperti berhenti berembus sejenak ketika membaca kabar kematian pebulutangkis muda China, Zhang Zhi Jie. Dan dada pun terasa begitu sesak. Ingatan kemudian membawa ke peristiwa kematian Choirul Huda. Penjaga gawang yang bersetia dengan Persela Lamongan.

Sama seperti Choirul Huda, kematian Zhang Zhi Jie tak terlepas dari lambannya pertolongan medis kepadanya. Juara dunia badminton junior itu tak segera ditolong ketika kolaps di lapangan saat bertanding melawan pebulutangkis Jepang, Kazuma Kawano, di GOR Among Rogo, Yogyakarta, Minggu (30/6/2024). 

Advertisement

Dari kematian Choirul Huda pada 2017 ternyata kita tak sepenuhnya belajar. Kematian Zhang Zhi Jie jelas menjadi bukti yang sulit untuk diingkari. Apapun dalih yang dikeluarkan penyelenggara, juga federasi, kematian Zhang Zhi Jie menegaskan bahwa kita masih saja abai dengan keselamatan atlet yang bertanding.

Setelah peristiwa memilukan nan menyayat hati di GOR Among Rogo itu, apakah kita masih tetap sama seperti ini? Seharusnya Tidak. Sudah seharusnya kita tak semestinya kembali abai dengan keselamatan para atlet. Semua stake holder olahraga, terlebih induk organisasi olahraga dan penyelenggara pertandingan, harus belajar dari peristiwa kepergiaan Zhang Zhi Jie.

Setiap perhelatan olahraga harus senantiasa mengedepankan keselamatan dan kenyamanan bagi para atlet, penonton, juga siapa saja yang berada di arena pertandingan.

 

2 dari 3 halaman

Tak Boleh Digelar Apa Adanya

Menpora Zainudin Amali (tengah) saat menghadiri acara peluncuran maskot, logo, dan tagline PON 2024 wilayah Aceh di Lapangan Blang Padang, Banda Aceh, pada Sabtu (28/1/2023).

Langkah paling dekat tentu saja berkaitan dengan pagelaran Pekan Olahraga Nasional (PON) XXI 2024. Ya, yang kini ada di depan mata adalah penyelenggaraan PON XXI 2024 Aceh-Sumatra Utara (Sumut). Berkaca dari kejadian yang menimpa Zhang Zhi Jie, tentu PON XXI tak boleh digelar ala kadarnya. PON XXI tak seharusnya dipaksakan digelar kalau infrastrukturnya belum siap.

Saat ini berkembang kabar pembangunan venue untuk PON XXI 2024 belum rampung. Kabar itu berseliweran di media massa dan media sosial. Dalam bentuk tulisan, gambar, maupun video.

Bahkan, di laman resmi KONI, pada salah satu berita yang diunggah pada 27 Juni 2024 lalu, disebutkan dengan jelas kalau progres pembangunan belasan venue di Aceh rata-rata baru pada angka 55 sampai 60 persen. Beberapa venue progres pembangunannya belum menyentuh angka 50 persen. Seperti Stadion H. Dimurthala (progres 49,31%), Lapangan Tenis Jasdam (progres 44,94%), dan Lapangan Tenis Polda (progres 36,49%).

Tentu terlalu berisiko perhelatan olahraga multievent dipaksakan digelar dalam kondisi seperti ini. PON XXI sudah tinggal dua bulan lagi -PON XXI dijadwalkan 8 sampai 20 September 2024-, tapi ternyata venuenya belum rampung.

 

3 dari 3 halaman

Menunda Jadi Pilihan

Sebagai dukungan untuk persiapan PON XXI Tahun 2024, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) tengah menyelesaikan pekerjaan pada venue PON XXI Aceh-Sumatera Utara (Sumut) beserta dukungan pembangunan jalan di Stadion Utama Provinsi Sumut yang dilaksanakan pada 2023-2024. (Dok. Kementerian PUPR)

Dunia olahraga jelas menyebut kondisi ini sebagai kondisi gagal. Bagaimana bisa ketika event olahraga sudah begitu dekat ternyata tempat pertandingannya belum selesai dibangun. Kondisi itu tentu tak ideal. Sebab, tak ada waktu bagi penyelenggara untuk melakukan tes event dan tes venue.

Penundaan menjadi pilihan yang harus diambil. Penundaan akan memberikan waktu bagi tuan rumah untuk merampungkan pembangunan venue. Penundaan menawarkan kesempatan untuk tuan rumah menguji tempat pertandingan apakah venue aman dan nyaman. Bukan saja aman dan nyaman bagi para atlet bertanding. Tapi, juga bagi penonton.

PON itu melibatkan ribuan atlet. Melibatkan begitu banyak orang. Mulai dari pelatih, offisial, perangkat pertandingan, juga panitia penyelenggara pertandingan. PON juga dipastikan akan menyedot perhatian ratusan ribu orang untuk datang menikmati pertandingan.

Terlalu riskan menggelar dengan kondisi venue ala kadarnya. Risikonya begitu besar bagi keselamatan begitu banyak orang. Menunda jadi pilihan. Penundaan, memungkinkan para pemangku kepentingan untuk menghindari kesalahan yang bisa berakibat fatalbagi karir atlet dan reputasi olahraga Indonesia yang kini tengah jadi sorotan menyusul kematian Zhang Zhi Jie.

Miftakhul F.S.

* Pengamat Olahraga dan Founder Omah Balbalan