Kisah Eka Ramdani Menggapai Sepak Bola: Awalnya Mau Jadi Polisi, Purwakarta-Bandung demi Persib

oleh Choki Sihotang diperbarui 11 Jul 2024, 11:15 WIB
Eka Ramdani. (Bola.com)

Bola.com, Jakarta - Masih ingat Eka Ramdani? Bagi pecinta setia Persib Bandung, Eka Ramdani adalah legenda. Namanya terpatri kuat di hati Bobotoh lintas generasi.

Lahir di Purwakarta 40 tahun lalu, Eka Ramdani mengawali karier sepakbolanya bersama Persib pada 2002. Tak lama, setahun kemudian, salah satu gelandang terbaik di masanya itu berkelana ke banyak klub dan pada 2017 ia kembali ke Persib dan pensiun di klub yang melambungkan namanya itu pada 2018.

Advertisement

Tak hanya di level klub, kariernya di timnas juga komplet. Ia pernah masuk skuad Timnas Indonesia U-16, U-19, U-21, U-23, dan senior.

Eka Ramdani merupakan bakat alam dan sudah mengenal sepak bola di kampungnya. Dari sana kemudian sejarah mengalir.

Tapi, menariknya, Eka Ramdani justru tak pernah bercita-cita jadi seniman lapangan hijau. Tapi perjalanan hidup rupanya berkata lain.

"Awalnya sih dari hobi. Di kampung, di Purwarkarta, tiap sore itu pasti main bola di sana," kata Eka Ramdani via kanal YouTube Bicara Bola besutan Akmal Marhali.

"Padahal kalau ditanya cita-cita, saat itu saya bilang kepingin jadi polisi. Jadi pemain bola itu bukan cita-cita awalnya," kata Eka Ramdani seraya tertawa lebar.

2 dari 5 halaman

Postur Mungil, Awalnya Minder

Kapten Timnas Indonesia, Eka Ramdani, saat tampil di SEA Games 2007 melawan Thailand. (AFP/Saeed Khan)

Karena kerap bermain sepak bola di sore hari itu, lama kelamaan Eka Ramdani mulai serius menggelutinya. Dia pun tetap percaya diri, meski posturnya tak terlalu tinggi untuk pesepakbola, terlebih posisi gelandang.

"Saya memang pernah terkendala postur. Itu makanya saya pindah ke Persijatim. Saat itu pelatih Persib Marek Andrzej Sledzianowski (Polandia) mau melakukan seleksi. Terus dia bilang Eka kecil. Terus saya enggak mau ikut seleksi. Saya langsung ke Persijatim," ujar Eka Ramdani yang memiliki tinggi badan 167 cm.

Masih tentang masa kecilnya, menurut Eka Ramdani di kampungnya waktu itu belum ada akademi pemain muda apalagi sekolah sepak bola. "Wah, belum ada waktu itu. Dulu hanya bermain sepak bola di halaman sekolah," ujarnya.

3 dari 5 halaman

Tak Ada Darah Sepak Bola

Timnas Indonesia kala itu ditangani pelatih asal Bulgaria, Ivan Kolev dan diperkuat materi pemain terbaik di Tanah Air saat Piala Asia 2007. Mereka adalah Yandri Pitoy, Ferry Rotinsulu, Markus Haris Maulana (kiper), Ricardo Salampessy, Maman Abdurahman, Erol Iba, Ismed Sofyan, Charis Yulianto, Supardi Nasir, Achmad Jufriyanto, Harry Saputra (belakang). Ada juga Muhammad Ridwan, Eka Ramdani, Ponaryo Astaman, Firman Utina, Syamsul Chaeruddin, Mahyadi Panggabean, Atep Rizal (tengah), Elie Aiboy, Budi Sudarsono, Zaenal Arief, Bambang Pamungkas (depan). (AFP/Adek Berry)

Awalnya, kedua orang tua tak mendukung Eka Ramdani menggeluti sepak bola.

"Karena seringnya saya main sepak bola, ketika saya kelas lima SD minta masuk sekolah sepak bola baru mereka izinin," kenang Eka Ramdani yang juga pernah memperkuat Persisam Samarinda, Semen Padang, Persela Lamongan, dan Sriwijaya FC.

Berbeda dengan kebanyakan pemain di masanya, bakat sepak bola Eka Ramdani tak mengalir dari sang ayah. "Bapak penghulu di kampung. Jadi nggak nyambung dengan profesi saya," kelakar Eka Ramdani.

4 dari 5 halaman

Wujudkan Mimpi

Persib Bandung - Atep, Febri, Eka Ramdani, Robby Darwis (Bola.com/Adreanus Titus)

Eka Ramdani mulai serius menjadikan sepak bola sebagai modal masa depannya ketika masuk SMP atau umur 13 tahun berbarengan dengan kepindahannya ke Bandung.

"Sekolah formal juga pindah ke Bandung. Di Bandung saya masuk SSB UNI," kata Eka Ramdani.

Demi mimpi besarnya, Eka Ramdani harus pergi-pulang Bandung-Purwakarta. "Habis pulang sekolah, langsung latihan sampai sore. Pulang ke rumah Purwakarta bisa sampai jam delapan malam," kenangnya.

5 dari 5 halaman

Kenangan Purwakarta-Bandung

Beruntung, seorang teman mengajaknya mengajaknya indekos di rumahnya. Dengan begitu, Eka Ramdani tak perlu lagi balik ke Purwakarta. "Hanya setahun, saya kemudian tinggal di mes UNI. Karena dekat lapangan, saya jadi sering berlatih sendiri," ujarnya.

Di Kota Kembanglah jalan kesuksesan mulai terbuka. Pada 2002, ia bergabung dengan Persib Bandung. Dari kandang Maung Bandung pulalah karir Ebol, sapaan akrab Eka Ramdani, mengalir jauh bahkan sampai ke Timanas Indonesia.

Meski jalan tak selalu mulus, tapi setidaknya Eka Ramdani telah membuktikan bahwa kerja keras tak pernah sia-sia.