Bola.com, Dortmund - Begitu banyak transportasi dijajal Bola.com saat Euro 2024 di Jerman, satu lagi yang tidak boleh ketinggalan H-Bahn. Ini kereta gantung yang digunakan oleh mahasiswa yang tinggal di dormitory untuk menuju ke kampusnya di Dortmund.
Bola.com telah menjajal berbagai transportasi selama meliput Euro 2024 di Jerman. Ada kereta rel darat (S-Bahn), kereta regional (RE), kereta bawah tanah (U-Bahn), kereta cepat jarak jauh (ICE), hingga kereta suspensi (Schwebebahn).
Kereta suspensi gantung (Schwebebahn) merupakan kereta yang identik dengan Kota Wuppertal. Dengan dua gerbong, kereta ini tergantung di atas sungai dan berjalan sejauh 13,3 kilometer, dengan 10 kilometer di antaranya di atas sungai.
Namun, saya kemudian mendapatkan kesempatan untuk bisa menjajal satu lagi transportasi umum, yang digunakan oleh banyak mahasiswa dan pelajar di Dortmund. Namanya adalah H-Bahn.
Ada di Dortmund dan Dusseldorf
Berbeda dengan Schwebebahn yang terdiri dari dua gerbong dan memiliki masinis di dalamnya, H-Bahn merupakan kereta gantung tanpa pengemudi.
Ada dua penggunaan kereta ini di Jerman, pertama ada di sekitar kampus di Dortmund dan satu lagi adalah di bandara Dusseldorf.
Karena tidak memiliki pengemudi di dalamnya, H-Bahn memiliki kecepatan yang tetap sepanjang jalurnya, yaitu 50 kilometer/jam.
Ini menjadi transportasi jarak dekat yang digunakan oleh masyarakat umum, yaitu di antara bagian terminal bandara Dusseldorf, dan antara dormitory atau tempat tinggal mahasiswa dengan kampusnya di Dortmund.
Memudahkan Mahasiswa
Untuk yang ada di Dortmund, sistem rel kereta H-Bahn ini tak hanya sekadar membawa mahasiswa dari dormitory ke kampus. Namun, ada pula tempat perhentian yang terhubung dengan halte bus dan stasiun kereta di Dortmund.
Oleh karena itu, banyak mahasiswa di Dortmund yang gemar menggunakan kereta ini. Selain karena bisa menghemat waktu menuju kampus, mereka juga bisa menggunakannya untuk menuju ke tempat transit transportasi umum untuk beraktivitas di Kota Dortmund.
"Menggunakan kereta gantung ini enak, dekat dengan dormitory dan terhubung dengan kereta bawah tanah," ujar Amirshah Muhammad Ghifary, mahasiswa asal Indonesia yang berkuliah di Dortmund.