Bola.com, Jakarta - Jika saja waktu bisa mundur, semua pecinta sepak bola Tanah Air pastinya ingin melihat kembali Aji Santoso beraksi di lapangan hijau.
Dulu, Aji Santoso pemain top, salah satu bek kiri terhebat yang dimiliki Timnas Indonesia. Jasanya penah dipakai sejumlah klub beken, di antaranya Arema Malang dan Persebaya.
Kepada dua raksasa Jawa Timur itu, Aji Santoso panen gelar. Bersama Singo Edan, ia memenangkan Galatama 1992/1993 dan Liga Indonesia 2004. Sementara, bareng Bajul Ijo, ia menggondol Liga Indonesia 1996/1997.
Tak hanya itu, legenda yang kini berusia 54 tahun juga meninggalkan torehan manis di Kota Anging Mammiri, saat memperkuat PSM Makassar. Meski hanya semusim, namun kelahiran 6 April 1970 ikut andil dalam kesuksesan Juku Eja menjadi yang terbaik di Liga Indonesia 1999/2000.
Di Timnas Indonesia, nama Aji Santoso juga berkibar. Ia bagian dari skuad bersejarah yang sukses menyabet medali emas sepak bola SEA Games 1991 di Manila, Filipina. Saat itu, Aji Santoso masih berusia 21 tahun. Pesonanya yang terus bersinar membuat sang pelatih, Anatoli Polosin, mengangkutnya ke timnas.
Tak lagi menjadi pemain tak membuat Aji Santoso lantas meninggalkan sepak bola. Ia banting setir jadi pelatih dan kiprahnya sebagai juru taktik terus eksis sampai saat ini. Banyaknya klub yang pernah ia tukangi membuat Aji Santoso sosok nakhoda sarat pengalaman.
Kenyang Pengalaman
Persik Kediri, Persebaya Surabaya, Arema FC, dan PSIM Yogyakarta merupakan tim yang pernah diarsitekinya sejak 2005. Selain klub, Aji Santoso juga pernah dipercaya menukangi Timnas Indonesia U-17, U-22, serta U-23.
Kini, jelang bergulirnya musim 2024/2025, Aji Santoso yang kini membesut Persikabo 1973 berbagi kisah lewat kanal YouTube Omah Balbalan, termasuk sejarah unik kenapa kemudian memilih bermain di sektor kiri pertahanan yang justru bukan posisi awalnya.
"Jadi pertama kali belajar sepak bola itu di kampung saya, Kepanjen. Ketika menginjak SMP kelas 1, saya mainnya di gelandang," kata Aji Santoso.
Bek Kiri Legendaris
Lalu mengapa jadi bermain sebagai bek kiri?
"Waktu itu, kebetulan di kampung gak selalu 11 lawan 11. Kadang 15 lawan 15, 17 lawan 17. Jadi seadanya berapa banyak orang di situ. Jadi saking banyaknya orang di tengah, ya sudah saya pindah ke belakang sebagai bek kiri," ujar Aji Santoso.
Lucunya, Aji Santoso bukan seorang yang berkaki kidal. "Tapi ketika saya memutuskan bermain di sebelah kiri, ya saya melatih kaki kiri terus menerus. Mau ngontrol, mau shooting, mau nendang saya terus berlatih dengan kaki kiri," jelas Aji Santoso. Ibarat kata pepatah, bisa karena terbiasa.
Dari Asrama Gajayana ke Seluruh Indonesia
Dari Kepanjen, sebuah kecamatan di Kabupaten Malang, Aji Santoso memberanikan diri mengikuti seleksi Persema junior.
"Itu sekitar tahun 1985 atau 1986. Di Persema junior, kami sampai delapan besar. Mainnya di Tangerang. Kami ketemu Tebing Tinggi, timya Ansyari Lubis. Persema kalah 2-1," kata Aji Santoso.
Keputusan Aji Santoso mengikuti seleksi dan serangkaian laga bersama Persema junior membawa berkah tersediri. Sepulang dari Tangerang, ia direkrut PS Gajayana Malang.
"Saya kemudian tinggal dan tidur di asrama Gajayana Malang. Dari situlah saya mulai meniti karier," kata Aji Santoso.
Waktu kemudian mencatat, Aji Santoso, anak Kepanjen itu, mulai terkenal ke seantero Jawa Timur bahkan Indonesia.