Cerita Perjalanan Imran Nahumarury: Persikota Jadi Batu Loncatan, Bersinar Terang Bersama Persija hingga Jadi Andalan Timnas Indonesia

oleh Choki Sihotang diperbarui 17 Jul 2024, 14:30 WIB
Mantan pesepak bola Persija, Imran Nahumarury memandangi Stadion Lebak Bulus sesaat sebelum dibongkar, Sabtu (25/7/2015). (Bola.com/Vitalis Yogi Trisna)

Bola.com, Jakarta - Bagi publik Persija Jakarta pada era milenium baru, bakal mudah mengingat Imran Nahumarury. Dia merupakan salah pemain penting saat Persija Jakarta menggondol gelar Liga Indonesia 2001.

Saat itu bersama sejumlah bintang macam Bambang Pamungkas, Anang Ma'ruf, Luciano Leandro, dan Nuralim, Imran Nahumarury membawa Macan Kemayoran ke puncak tertinggi kompetisi terelite dalam negeri.

Advertisement

Di final yang mentas di Stadion Utama Senayan, kini Stadion Utama Gelora Bung Karno Jakarta, Persija berjumpa PSM Makassar. Macan Kemayoran menang tipis 3-2, Imran Nahumarury menyumbang sebiji gol dalam laga sarat sejarh itu.

Usai mengukir sejarah di Persija, Imran Nahumarury memutuskan meninggalkan klub yang dibelanya sejak 2000 lalu bergabung dengan Persib Bandung pada 2004.

Di Persib, kelahiran 12 November 1978 hanya bertahan setahun dan selanjutnya melanjutkan petualangan bersama Persita Tangerang, Persikabo Bogor, dan berakhir di PSSB Bireuen.

Selain tim-tim di atas, salah satu gelandang terbaik di masanya itu juga pernah memperkuat PSB Bogor dan Persikota Tangerang di awal-awal kariernya pada medio 1990-an.

Di Timnas, pencapaian anak Tulehu, kelahiran 12 November 1978, juga tak kalah moncer. Setidaknya, ia dua kali membawa timnas ke final Piala AFF 2000 serta 2002 dan finis sebagai runner-up.

2 dari 4 halaman

Kenangan Masa Kecil

Pelatih Malut United, Imran Nahumarury saat menghadapi FC Bekasi City pada laga ketiga Grup Y babak 12 besar Pegadaian Liga 2 2023/2024 di Stadion Singaperbangsa, Karawang, Kamis (18/1/2024). (Bola.com/M Iqbal Ichsan)

Setelah gantung sepatu, Imran Nahumarury meneruskan kecintaannya terhadap sepak bola via jalur kepelatihan. Ada beberapa klub yang pernah dia latih. Di antaranya PSIS Semarang dan PSIM Yogyakarta.

Kini, legenda yang kini berusia 45 tahun dipercaya menukangi Maluku Utara FC. Jabatan tersebut diembannya sejak 2023. Sentuhan tangan dingin Imran Nahumarury sukses mengantarkan Laskar Kie Raha promosi ke BRI Liga 1 2024/2025.

Jelang bergulirnya musim baru yang penuh tantangan, Imran Nahumarury, lewat kanal YouTube Liputan6 Sport, berbagi kisah-kisah menarik yang tentunya belum diketahui banyak oleh khayalak pecinta balbalan di Tanah Air.

Menurut Imran Nahumarury, ia jatuh cinta kepada sepak bola sejak masih tinggal di kampung halaman, Tulehu, Maluku Tengah.

"Di sana itu sepak bola sudah menjadi agama kedua bagi kita. Jadi ketika orang tua anaknya lahir, dia berharap anaknya laki-kali. Karena ketika laki-laki yang lahir makanya dia menjadi pemain bola. Jadi saya besar di lingkungan sepak bola. Di sana itu kebanyakan nelayan dan petani. Dengan sepak bola kita bisa mengangkat harkat dan martabat keluarga," kata Imran Nahumarury.

Dari Tulehu, Imran Nahumarury datang ke Jakarta. "Saya sampai ke Jakarta tak lepas dari kesempatan memperkuat Maluku di Pekan Olahraga Pelajar Nasional," kata Imran Nahumarury.

3 dari 4 halaman

Bakat Muncul

Caretaker PSIS Semarang, Imran Nahumarury saat memimpin sesi latihan di Stadion Citarum, Semarang, Jumat (13/8/2021). (Dok PSIS)

Mendapat kesempatan tampil di Popnas mendatangkan berkah tersendiri bagi Imran Nahumarury. Dari ajang bergengsi antarpelajar se-Indonesia itulah cita-citanya untuk menjadi pesepak bola profesional mulai terbuka.

"Waktu itu, turnamen yang menjadi acuan bagi pemandu bakat dari Ragunan (GOR) dan PSSI ada dua. Yang pertama Popnas dan yang kedua Piala Soeratin. Kebetulan saya masuk pantauan dari Ragunan. Dari situlah saya masuk ke Ragunan," ujarnya.

Ditempa keras di GOR Ragunan, sekarang PPOP Ragunan, Imran Nahumarury mengawali kariernya di PSB Bogor pada 1996. Kenapa PSB Bogor? Karena klub tersebut punya kerja sama dengan GOR Ragunan. "Jadi semua pemain yang ada di GOR Ragunan, harus bermain di PSB Bogor," tukas Imran Nahumarury.

Selanjutnya, seiring dengan berjalannya waktu, Imran Nahumarury mulai dikenal banyak orang dan puncaknya adalah ketika ia ikut membawa Persija juara Liga Indonesia 2001 dan dua kali runner-up Piala AFF bersama Timnas Indonesia.

"Awalnya orang tua tak setuju saya menjadi pemain sepak bola. Saya kan paling bontot. Saya disuruh harus jadi ustad. Jadi guru agama. Jadi mulai dari madrasah, tsanawiyah, saya sudah disekolahi di situ. Cuma pada saat itu saya sudah ikut Popnas memperkuat Maluku, mau nggak mau ya ini kesempatan buat saya," kata Imran Nahumarury seraya tertawa kecil.

Meski terpilih mewakili Maluku, kedua orang tuanya tak lantas setuju. "Setelah berdiskusi dengan orang tua, dengan berat hati orang tua bilang ya sudah itu pilihan kamu. Akhirnya berangkatlah ke Ragunan," jelas Imran Nahumarury.

4 dari 4 halaman

Dipoles RD

Pelatih kepala Malut United FC, Imran Nahumarury saat memberikan arahan kepada para pemain. (Bola.com/Dok Malut United FC)

Sebagai pemain muda berbakat dengan talenta luar biasa, Imran Nahumarury sebenarnya bisa memilih bermain di klub besar. Tapi ia malah merapat ke Persikota Tangerang usai cabut dari PSB Bogor pada 1998.

Tak tanggung-tanggung, demi bisa mendapatkannya, Rahmad Darmawan yang ketika itu menjadi asisten pelatih Persikot, datang langsung menemui Imran Nahumarury.

"Saat itu ada dua pilihan, Persija atau Persikota. Akhirnya saya ke Persikota. Coach Rahmad Darmawan datang langsung meminta saya untuk bergabung ke Persikota. Waktu itu dia masih asisten coach Sutan Harhara. Padahal kalu mau lebih bagus lagi Persija ya kan. Cuma karena saya melihat Rahmad Darmawan datang langsung bahkan menjemput saya, oh ok berarti beliau serius," katanya.

"Dan saya juga berpikir, kalau saya ke Persija, enggak bisa. Karena saingan sangat banyak. Saya lebih mencari tim yang bisa memberikan kesempatan buat saya bermain dan itu di Persikota," Imran Nahumarury menambahkan.

Selain pertimbangan menit bermain, Imran Nahumarury juga tak menjadikan uang sebagai patokan.

"Saat itu saya tidak melihat duit dan saya juga tak melihat klub besar. Yang ada di otak saya bagaimana mendapat menit bermain yang banyak. Tentu itu menambah pengalaman serta menambah rasa percaya diri. Setelah itu baru kita memikirkan hal-hal lain. Kalau saat itu saya memilih Persija, rasa percaya diri belum ada dan pengalaman belum ada maka mental saya akan drop. Dan itu terjadi di teman-teman yang lain," pungkasnya.

Kini, setelah melewati banyak rintangan dan kerja keras pantang menyerah, Imran Nahumarury pastinya masuk daftar pelatih berganji tinggi di Liga 1 Indonesia 2024/2025.

Sumber: Kanal YouTube Liputan6 Sport

Berita Terkait