Bola.com, Jakarta - Brasil merupakan salah satu kiblat sepak bola dunia. Dari sana, entah sudah berapa pemain top muncul. Dari mulai Pele hingga Vinicius Junior, negeri Samba tak pernah sepi dari talenta memesona. Meski begitu, kalau bicara atmosfer sepak bola, ternyata Brasil masih kalah dari Indonesia. Tak percaya? Itulah pengakuan Jacksen F Tiago.
"Tidak ada apa pun yang bisa dibandingkan dengan atmosfer sepak bola yang saya dapat di Indonesia. Indonesia sungguh luar biasa. Brasil kalah dengan environment di dalam stadion," kata Jacksen F Tiago dalam kanal YouTube Bicara Bola.
Jacksen F Tiago pastinya tak asal bicara. Ia punya banyak pengalaman di Indonesia dan bisa dibilang salah satu legiun asing yang sangat fenomenal di kancak sepak bola nasional.
Di Indonesia, ia mengawali kariernya bersama Petrokimia Putra pada 1994. Dari Gresik, pria kelahiran Rio de Janeiro, 28 Mei 1968, melanjutkan kisah balbalannya ke sejumlah klub seperti PSM Makassar dan Persebaya Surabaya.
Selain di Indonesia, legenda yang kini berusia 56 tahun pernah pula mencicipi Liga Singapura dan bermain untuk klub China, Guangzhou Matsunichi.
Pengalaman bermain di Brasil, China, dan Singapura membuat Jacksen F Tiago dapat menyimpulkan bahwa atmosfer sepak bola di dalam stadion di seantero Indonesia yang pernah ia kunjungi begitu dahsyat.
Nyaman dengan Masyarakat Indonesia
Klub-klub Indonesia memang memiliki ribuan pendukung setia. Stadion dipastikan penuh setiap tim kesayangan melakoni laga kandang.
Persebaya Surabaya dan PSM Makassar misalnya, kedua tim papan Indonesia ini punya ribuan bahkan jutaan penggemar fanatik.
"Saya sangat beruntung, perjalanan hidup berjalan sangat lancar. Saya juga mendapatkan masyarakat di sini hampir sama dengan di Brasil," ujar Jacksen F Tiago.
"Mereka sangat terbuka, membuat saya merasa nyaman dan menghargai karier saya. Itu yang membuat salah satu sangat cinta negara ini," lanjutnya.
Cerita Soal Awal Karier di Indonesia
Jacksen F Tiago bicara awal kariernya di Indonesia, yang bergulir tanpa sengaja.
"Sebenarnya baru tahu kita akan bermain sepak bola di Indonesia kita tiba di Jakarta. Awalnya, kita sebenarnya mau bermain di Malaysia," ujar Jacksen.
"Ada dua cerita. Pertama, waktu sama agen kita disuruh bikin paspor justru siapkan paspor untuk main di Portugal. Kita langsung semangat. Terus tiba-tiba, dipanggil lagi untuk yang kedua kali disampaikan bahwa kita akan berangkat ke Malaysia. Berangkatlah kita ke Malaysia. Tapi tiba-tiba justru ke Jakarta," kata Jacksen sambil tertawa.
Tak menyangka justru mendarat di Jakarta, Jacksen dan sejumlah temannya jelas bingung.
"Waktu tiba di Jakarta kita semua bingung, sehingga saya sama sekali tidak tahu kita akan bermain di Indonesia. Dan jujur, saya tidak tahu tentang apa pun soal Indonesia saat itu," imbuhnya.
Sempat Terkejut
Takdir dan nasib kemudian membawa Jacksen F Tiago ke dalam sepak bola Indonesia. Ia mengaku awalnya sangat kaget.
"Sangat kaget. Seperti sepak bola jalanan di Brasil. Dalam arti, ya macam street football. Kita punya peraturan, dari leher ke atas itu kaki. Makanya begitu datang ke Indonesia, saya melihat kerasnya, kondisi lapangan, wasit, agresivitas suporter saat itu jujur saya sangat kaget sekali," ujarnya.
"Kalau di Brasil orang datang untuk benar-benar menyaksikan pertandingan sepak bola dan mereka tidak peduli timnya kalah atau tuan rumah menang," kata Jacksen.
Lantas, mengapa mengawali karier bersama Petrokimia Putra? Padahal, Petrokimia Putra bukan pilihannya.
"Waktu itu kebetulan sepak bola itu seperti NBA Draft. Mereka punya konsep seperti itu. Sehingga, begitu kita tiba ada beberapa pengurus klub di Indonesia yang sudah berada di situ," kisah Jacksen.
"Dan dari yang saya dengar, mereka punya ranking. Masing-masing klub itu punya rangking dan mereka pilih pemain itu sesuai rangkingnya klub itu. Karena Petro rangking paling rendah, jadi saya ke sana," lanjutnya.
Striker yang Menakutkan
Jacksen F Tiago menjelma menjadi striker yang sangat menakutkan. Bersama Persebaya, ia tak hanya membawa Bajul Ijo menggondol trofi Liga Indonesia 1996/1997 tapi juga mengukuhkan diri sebagai top scorer dengan torehan 26 gol.
Setelah gantung sepatu, Jacksen F Tiago memutuskan menjadi pelatih. Tangan dinginnya berhasil membawa Persebaya juara Liga Indonesia 2004.
Saat menukangi Persipura Jayapura, ia mempersembahkan gelar Indonesia Super League 2008/2009, 2010/2011, dan 2013 kepada Mutiara Hitam.
Kini, di usianya yang lagi muda, Jacksen F Tiago belum mau beranjak dari sepak bola Indonesia yang telah melambungkan namanya. Saat ini, ia dipercaya menjadi Direktur Teknik Akademi Borneo FC.