Bola.com, Jakarta - Jepang sepertinya belum menjadi rezeki bagi pesepakbola asal Indonesia. Entah sudah berapa pemain Indonesia yang gagal di sana lalu pulang tanpa menit bermain yang diharapkan. Kecewa? Pasti.
Terkini adalah Justin Hubner. Bek muda idola jutaan penggemar Timnas Indonesia baru saja dipulangkan Cerezo Osaka, klub kasta tertinggi J League.
Cerezo Osaka meminjam Justin Hubners dari klub Inggris, Wolverhampton Wanderers, pada Maret lalu. Rencana awal, peminjaman akan berakhir pada Desember nanti.
Namun, masih berjalan empat bulan, Cerezo Osaka sudah memulangkan bek 20 tahun itu ke klub asalnya. Apa yang terjadi? Wolves ternyata kecewa berat terkait eksistensi Justin Hubners di Cerezo Osaka.
Bagaimana tidak, selama sekian bulan di sana, Justin Hubner sangat jarang dimainkan. Total, Justin Hubner cuma bermain selama 187 menit.
Sedih dan pedih bercampur menjadi satu. Justin Hubner sama sekali tak menyangka, rencana tak selaras dengan realita.
Kekecewaan Justin Hubner
Lewat pernyataan resmi yang dirilis Cerezo Osaka, tersirat kalau dirinya ingin lebih lama lagi beraksi di J League, kasta tertinggi Negeri Matahari Terbit. Tapi ada daya, nasib berkata lain.
"Saya sangat sedih meninggalkan klub ini," katanya. Meski singkat, Justin Hubner tetap bersyukur karena mendapat kesempatan bermain bersama salah satu raksasa Jepang. "Terima kasih banyak," ujarnya.
Tak hanya Wolves dan Justin Hubner, fans Timnas Indonesia juga pastinya geram dengan perlakuan Cerezo Osaka terhadap bintang pujaannya.
Soalnya, bagi fans Timnas Indonesia, Justin Hubners tak hanya sekadar idola tapi juga bintang pertandingan. Pemain naturalisasi asal Belanda ini dianggap sosok yang berjasa di balik kebangkitan timnas dalam dua terakhir.
Sukses Indonesia lolos ke babak 16 besar Piala Asia 2023, melangkah ke semifinal Piala Asia U-23 2024, dan melaju ke putaran ketiga kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia tak lepas dari air mata dan keringat Justin Hubner. Wajar kalau kemudian fans ikut berempati.
Justin Hubner menambah panjang daftar pemain asal Indonesia pernah berkarier di Jepang, dengan kisah yang hampir sama. Siapa saja mereka?
Irfan Bachdim
Mantan penyerang Timnas Indonesia yang kini berusia 35 tahun ini pernah memperkuat Ventforet Kofu, 2014-2015.
Bergabung sejak Januari 2014, Irfan Bachdim baru melakoni debut pada 21 Mei kontra Tokushima Vortis. Ia masuk pada menit ke-76.
Jadi, selama lima bulan, Irfan Bachdim hanya penghangat bangku cadangan. Kesulitan menembus tim utama membuatnya harus panjang sabar.
Selain di Ventforet Kofu, Irfan Bachdim juga penah mencoba meniti karier di klub Jepang lainnya, Hokkaido Consadole Sapporo. Di kasta kedua ini, Irfan Bachdim juga tak bertahan lama, 2015–2016.
Pratama Arhan
Tahun baru, harapan baru. Tapi, Pratama Arhan harus berbesar hati. Niatnya untuk mendapat menit bermain di klub Jepang, Tokyo Verdy, tak kesampaian.
Ia dilepas Tokyo Verdy pada medio Januari 2024 setelah dboyong dari Indonesia pada Januari 2023.
Selama setahun, pemain Timnas Indonesia yang terkenal dengan lemparan mautnya itu hanya tampil dalam empat laga bersama Tokyo Verdy.
Stefano Lilipaly
Sebelum menjadi Warga Negara Indonesia (WNI) dan berlabel pemain Timnas Indonesia, Stefano Lilipaly merantau ke Jepang.
Ia meninggalkan Belanda dengan harapan bisa menjadi pemain beken di Negeri Sakura. Klubnya di Belanda, Almere City, melepasnya ke Consadole Sapporo, Liga J2 Jepang, pada 2023.
Hanya saja, sejak menandatangani kontrak pada 23 Maret, Stefano Lilipaly sama sekali tak pernah dilirik. Tahun itu juga, ia cabut dari Jepang.
Pada tanggal 23 Maret 2014, Lilipaly menandatangani kontrak dengan klub Liga J2 Jepang, Consadole Sapporo. Namun bersama klub barunya, Lilipaly tak tampil satu pun, lalu ia kembali ke Belanda.
Ricky Yakobi
Di masanya, ia adalah striker terbaik yang dipunya Timnas Indonesia. Ketajamannya membawa Indonesia menggondol medali emas sepak bola SEA Games 1987.
Di level klub, Ricky Yakobi momok yang mengerikan bagi semua pemain bertahan lawan. Di era Galatama, pemain asal Medan, Sumatera Utara, tercatat dua kali menjadi top skore, 1986/1987 dan 1990.
PSMS Medan dibawanya ke singgasana juara Perserikatan 1983 dan 1985. Pindah ke Arseto Solo, ia membawa tim itu ke podium tertinggi Galamata 1987.
Pesonanya yang lur biasa itulah yang membawanya terbang jauh ke Jepang. Matsushita Electric, cikal bakal Gamba Osaka, merekrutnya pada 1988.
Namun, sang bomber gagal bersinar. Bukan karena ketajamannya luntur, melainkan lantaran faktor iklim yang menurutnya sanga dingin.
Terbukti, dalam cuaca ekstrim sekali pun, Ricky Yakobi masih mampu mendulang satu gol dalam enam laga.
Tak sampai semusim, legenda yang berpulang pada 21 November 2020 itu memutuskan kembali ke Tanah Air.