Wawancara Eksklusif Aples Tecuari: Kenangan Piala Asia Pertama dan Penyesalan Kalah di 2 Final Bersama Timnas Indonesia

oleh Hery Kurniawan diperbarui 24 Jul 2024, 07:45 WIB
Wawancara Eksklusif - Aples Tecuari (Bola.com/Adreanus Titus)

Bola.com, Jakarta - Talenta Papua selalu memiliki tempat di skuad Timnas Indonesia dari masa ke masa. Di era 1990-an hingga awal 2000-an, Aples Tecuari menjadi salah satu andalan di lini belakang Tim Garuda. 

Aples Tecuari dikenal dengan karakter permainan yang keras dan kuat. Aples pun bisa bermain di posisi bek tengah dan bek kiri. 

Advertisement

Selain mendapatkan kesempatan cukup banyak membela Timnas Indonesia, Aples Tecuari juga pernah memperkuat beberapa klub besar di Indonesia. Sebut saja Persija Jakarta, Pelita Jaya, dan PSPS Pekanbaru. 

Saat ini Aples Tecuari sudah berusia 51 tahun. Kira-kira apa kesibukannya saat ini. Bola.com mendapatkan kesempatan untuk melakukan wawancara eksklusif dengan Aples.

Simak wawancara lengkapnya di bawah ini.

2 dari 6 halaman

Kabar Terkini

Eks bek Timnas Indonesia, Aples Tecuari (Dokumen tari Pribdi Aples Tecuari)

Apa kabar Aples Tecuari? Apa kesibukan Anda saat ini?

Saat ini saya sedang di Semarang. Saya dan Rochy Putiray ditunjuk untuk menangani tim sepak bola putra Papua Pegunungan untuk PON Aceh-Sumut 2024. 

Provinsi ini pemekaran, begitu tumbuh Papua Pegunungan juara di babak kualifikasi. Jadi kami bisa berlaga di PON Aceh Sumut 2024. Kami sedang melakukan simulasi pertandingan di PON nanti. Jadi kami belakangan ini menjalani tur ke Jawa. 

 

 

3 dari 6 halaman

Awal Karier

Aples Tecuari dengan balutan jersey Timnas SEA Games 1997. (Dokumentasi Pribadi Aples Tecuari)

Aples Tecuari pernah menjadi bagian dari Tim Primavera Indonesia di Italia. Bagaimana ceritanya bisa masuk tim itu?

Saya sebenarnya sudah bermain di Timnas senior sebelum Primavera. Tahun 1993 kami bermain di Kualifikasi Piala Dunia 1994 yang saat itu digelar di Amerika Serikat. Saat pertama dipanggil ke Timnas senior saya masih kelas tiga SMA lho. 

Tahun 1995 saya ikut kompetisi Primavera dalam rangka persiapan menuju Pra Olimpiade 1996. Tim itu memang disiapkan untuk berlaga di Olimpiade. 

Saat itu saya, Alex Pulalo, Chris Yanggara dan Andri Iswantoro masuk tim Primavera kami satu tahun kelahiran 1973. Kami dipanggil waktu itu di usia 22 tahun. Sementara Primavera itu kompetisi U-19. Karena kami sudah di atas 19 tahun, panitia Primavera, dari empat itu cuma satu saja yang bisa bermain. Jadi bergantian, kalau saya main, yang lain tidak main. Terkadang juga Chris, terkadang Alex.

4 dari 6 halaman

Pengalaman di Piala Asia 1996

Aksi bek Timnas Indonesia, Aples Tecuari (kanan) saat melawan Kuwait di fase grup Piala Asia 1996. (AFP/Rabih Moghrabi)

Timnas Indonesia menjalani debut di Piala Asia 1996 dan Aples Tecuari menjadi bagian dari tim itu. Bagaimana rasanya bisa bermain di kompetisi bergengsi Asia?

Sebelum Piala Asia 1996, kami menjalani Kualifikasi di Malaysia, kita bisa lolos dari kualifikasi itu. Kita mampu mengungguli Malaysia dan India. Di Piala Asia 1996, kami pertama kali bermain melawan Kuwait. Gol Widodo luar biasa saat itu. Kami mengalami kesulitan terutama soal kondisi fisik, para pemain Kuwait lebih tinggi. Gol penalti dari mereka saya yang melakukan tekel. Sayang sekali saat itu kami unggul 2-0 lebih dulu tapi pada akhirnya imbang 2-2. Lawan Uni Emirat Arab kalah 0-3 lawan Korea Selatan kami dibantai 2-4. Jadi tidak bisa lolos dari fase grup Piala Asia 1996.

5 dari 6 halaman

2 Final

Aksi Aples Tecuari (kanan) saat beraksi bersama Timnas Indonesia (AFP/Weda)

Aples Tecuari pernah merasakan dua final bersama Timnas Indonesia yakni di SEA Games 1997 dan Piala AFF 2002. Sayangnya, dua final itu berakhir dengan kekalahan. Ada penyesalan?

Pertama waktu SEA Games 1997, kami kalah di babak adu penalti. Kadang masih tersimpan di hati saya, kenapa waktu itu saya tidak ambil tendangan penalti, padahal teman-teman sudah menyuruh, termasuk Bima Sakti. Secara mental teman-teman merasa saya bisa ambil penalti itu. Situasi itu pemain tidak ada yang berani ambil, karena penontonnya penuh. 

Waktu situasi penalti, pelatihnya almarhum Henk Wullems, siapa yang siap. Semua teman-teman saling bertatapan. Akhirnya Fakhri Husaini duluan, yang kedua Aji Santoso. Yang ketiga diam semua tu, kemudian Ronny Wabia yang ambil. Yang keempat Uston Nawawi, Uston termasuk yang paling muda saat itu. Yang kelima waktu itu Bima sudah suruh saya tapi saya ragu. Terus Ansyari akhirnya dipilih buat tendangan kelima. Tapi kan saat itu tendangannya tidak sampai ke Ansyari karena kita sudah kalah. 

Lalu di Piala Tiger 2002, ada satu momen. Tendangan penjuru, saya naik heading, tapi saya salah posisi. Sebenarnya saya berdiri saja tunggu bola, bolanya pasti dapat. Bolanya agak lewat sedikit dan kami kebobolan.

6 dari 6 halaman

Timnas Indonesia Saat Ini

Pelatih Timnas Indonesia, Shin Tae-yong, foto bersama Yance Sayuri dan Yakob Sayuri, saat melawan Burundi pada pertandingan kedua FIFA Matchday di Stadion Patriot Candrabhaga, Bekasi, Selasa (28/3/2023). Kedua tim bermain imbang 2-2. (Bola.com/M Iqbal Ichsan)

Bagaimana pendapat Aples Tecuari dengan kiprah Shin Tae-yong di Timnas Indonesia saat ini?

Banyak tim di luar sana yang lebih bagus yang tertarik dengan Shin Tae-yong yang sepak bolanya lebih maju. Tapi dia mau melatih Timnas Indonesia. Shin Tae-yong hadir untuk meningkatkan Timnas Indonesia. Shin Tae-yong adalah pelatih yang luar biasa

Saat ini ada tiga pemain Papua yang menjadi langganan Timnas Indonesia. Mereka adalah Yakob Sayuri, Yance Sayuri, dan Ricky Kambuaya. Pendapat Aples Tecuari mengenai tiga pemain itu?

Mereka adalah orang Papua dan menjadi kebanggaan bagi kami sebagai orang Papua. Meski jumlahnya tidak terlalu banyak, tapi selalu ada entah itu di level senior atau kelompok umur. Di Timnas Indonesia U-19 kan ada juga Iqbal Gwijangge. Sekarang persaingan di Timnas Indonesia lebih berat dengan adanya pemain keturunan dan naturalisasi.

Berita Terkait