Bola.com, Jakarta Tak banyak yang tahu, Rayhan Hannan punya seorang ayah yang sangat beken di masanya yakni Harry Salisbury. Kini, sang ayah berharap, Rayhan Hannan bisa melampaui ketenarannya di pentas sepak bola nasional.
Di masa bekennya, siapa yang tak kenal Harry Salisbury. Meski lahir, besar, dan mengawali karier di Jakarta bersama Persijatim, Harry Salisbury justru berkibar bersama PSIS Semarang. Ia pernah membawa Laskar Mahesa Jenar ke final Liga Indonesia 2006.
Kini, setelah pensiun, legenda 47 tahun yang dulu sangat ditakuti di lini tengah itu pastinya menaruh harapan besar di pundak putra tercintanya.
Bagi yang belum kenal, Rayhan Hannan saat ini bermain bersama Persija Jakarta, klub yang pernah dibela ayahnya selama semusim, 2009-2010.
Di Macan Kemayoran, kelahiran 2 April 2004, berperan sebagai gelandang. Sebelum naik pangkat ke tim senior, Rayhan Hannan terlebih dulu ditempa di Persija U-18. Melihat bakatnya yang terus meroket, ia promosi pun ke tim senior.
Sukses yang ia raih saat ini tentunya tak didapat dengan mudah. Butuh kerja ekstra keras, bahkan ia nyaris berhenti mengejar mimpinya menjadi pesepakbola terkenal seperti ayahnya.
"Sempat bimbang, mau sekolah atau main bola. Karena akhir tahun 2022 itu, mau dikirim Persija ke Australia. Cuma saat balik enggak langsung ke tim senior, tapi balik lagi ke EPA. Habis itu selang beberapa bulan, aku nge-apply buat kuliah ke Turki dan lolos ke tahap selanjutnya," kata Rayhan Hannan via kanal YouTube GamePlan.
Hampir Berhenti Sepak Bola
Kalau jadi berangkat ke Turki, bisa dipastikan karier Rayhan Hannan di sepak bola otomatis terhenti, karena di Turki ia murni menuntut ilmu. Dengan kata lain, tak ada lagi waktu untuk menyentuh si kulit bundar.
"Waktu memang sangat berat, karena harus memilih. Kalau milih sekolah, ya sekolah saja. Waktu itu keluarga juga bilang keputusan saya sendiri. Aku akhirnya memutuskan berangkat ke Australia," kata Rayhan Hannan.
Keputusan bertahan di Persija mendatangkan berkah. Musim lalu, di sepanjang musim 2023/2024, yang merupakan musim debutnya di tim profesional, Rayhan Hannan hadir dalam 25 laga bareng Macan Kemayoran. Sebuah torehan yang sangat mengagumkan untuk pemain yang masih berusia 20 tahun.
Pengalaman di Australia
Pengalaman selama di Australia sangat berpengaruh dalam mendongkrak performa Rayhan Hannan.
"Waktu di Australia itu sangat berpengaruh besar. Kita bukan hanya diajari ilmu sepak bola saja, tapi juga kehidupan di luar lapangan. Kita ke mana-mana harus sendiri. Waktu itu saya berumur 18 tahun," ujarnya.
Sosok di balik banyaknya jam terbang Rayhan Hannan di Persija musim lalu adalah pelatih Thomas Doll. Rayhan Hannan berterima kasih kepada mantan pelatih Macan Kemayoran itu.
"Menurutku dia orang yang sangat fair. Dia nggak peduli pemain muda atau tua. Siapa yang paling siap ke lapangan, itu yang diturunin. Saya merasa sangat nyaman dilatihnya. Saya sering diomelin," kenang Rayhan Hannan.
Berpisah dengan Thomas Doll
Terkait kepergian Thomas Doll, Rayhan Hannan mengatakan bahwa hal itu biasa di sepak bola. "Banyak hal-hal terjadi di luar ekspektasi. Apa pun bisa terjadi di sepak bola. Aku baru merasakan chemistry-nya," ujar Rayhan Hannan.
Kontrak Rayhan Hannan di Persija akan berakhir Desember tahun ini. Ia pastinya berharap mendapat perpanjangan kontrak, mengingat Persija merupakan salah satu tim papan atas Indonesia.
Kalau pun takdir berkata lain, ia bisa saja terus berkembang bersama tim lain dan menjadi legenda seperti ayahnya, Harry Salisbury.
Dan tak menutup kemungkinan juga kariernya akan berlanjut ke Timnas Indonesia senior, mengingat dirinya masih bagian dari Timnas Indonesia U-23 sejak 2023