Bola.com, Jakarta - Riccardo Calafiori mengungkapkan bahwa rekan setimnya di Timnas Italia, Jorginho, memainkan peran penting dalam meyakinkannya untuk bergabung dengan Arsenal.
Yang menariknya keduanya baru saling mengenal selama beberapa minggu saat Timnas Italia berjuang di Euro 2024 beberapa waktu lalu.
"Saya baru bertemu Jorginho satu bulan yang lalu, tetapi saya bisa melihat bahwa dia adalah pria yang sangat baik," kata Riccardo Calafiori dalam wawancara pertamanya sebagai pemain Arsenal.
"Saya sudah yakin gabung Arsenal, tetapi dia ikut memaksa saya. Dia berkata 'ayo, ayo, ayo! Anda akan menikmati berada di sini."
"Tim ini luar biasa dan para staf, semuanya bagus. Anda bisa melihatnya sejak menit pertama di sini," tambahnya.
Arsenal secara resmi mengkonfirmasi perekrutan Calafiori pada hari Senin. Ini adalah transfer permanen dengan biaya kurang lebih 50 juta euro yang mencakup sekitar 5 juta dalam bentuk bonus.
Pemain berusia 22 tahun itu telah menandatangani kontrak berdurasi lima tahun, yang akan berlangsung hingga akhir Juni 2029.
Mantan pemain bertahan Bologna ini akan mengenakan kostum nomor punggung 33 pada musim pertamanya di Premier League.
Meski kariernya melejit dengan cepat, Riccardo Calafiori menyimpan masa lalu yang kelam. Ia mengalami cedera parah sehingga sempat dicap tak akan bisa bermain sepak bola lagi. Seperti apa kisah mengharukannya?
Cedera Parah
Pada Oktober 2018, saat pertandingan remaja melawan Viktoria Plzeň di UEFA Youth League, Riccardo Calafiori mengalami cedera lutut yang sangat parah. Saking parahnya, dokter khawatir dia tidak akan pernah bermain lagi.
Calafiori mengalami cedera multi-ligamen, dengan kerusakan parah pada ACL, PCL, dan meniskusnya. Dokter bedah menggambarkan cedera itu sebagai salah satu yang terburuk yang pernah dilihatnya pada pemain muda, mirip korban kecelakaan mobil.
Pembedahan yang diperlukan untuk memperbaiki lutut melibatkan beberapa rekonstruksi. Dokter bedah memperingatkan bahwa bahkan dengan operasi yang sukses, tidak ada jaminan untuk kembali ke sepak bola profesional. Tingkat keparahan cedera dapat berdampak signifikan terhadap mobilitas dan kekuatannya.
Meskipun ada banyak rintangan, Calafiori tidak pernah menyerah. Tekad dan kemauannya yang kuat terlihat jelas saat ia menjalani rehabilitasi yang melelahkan. "Setiap hari, saya memvisualisasikan diri saya kembali ke lapangan", katanya, menggarisbawahi ketahanan dan kekuatan mentalnya.
Persembahan dari Edin Dzeko, Sedih Tak Bisa Main Bareng De Rossi
Selama masa pemulihannya, Calafiori menerima penghormatan yang tulus dari rekan satu timnya, termasuk Edin Dzeko, yang mendedikasikan hat-tricknya untuk Calafiori. Dukungan dari keluarga Roma adalah bagian penting dari perjalanannya kembali ke sepak bola.
Salah satu momen tersulit bagi Calafiori adalah kehilangan kesempatan bermain bersama pahlawan masa kecilnya, Daniele De Rossi, yang meninggalkan Roma sebelum kembalinya Calafiori. Itu adalah momen pahit, kehilangan berbagi lapangan dengan legenda yang dia kagumi.
Momen Comeback
Pada September 2019, setelah hampir 11 bulan absen, ia kembali melawan Pescara. Satu bulan kemudian, dia mencetak gol pertamanya sejak kembali yang ia lesakkan ke gawang Napoli di tim muda.
Pada tanggal 3 Desember, ia mencetak gol senior pertamanya, tembakan jarak jauh melawan Young Boys di Liga Europa, momen yang melambangkan perjalanannya yang luar biasa kembali dari tepi jurang.
Kisah Calafiori adalah bukti ketahanan dan ketekunan. Kembalinya dia tidak hanya menginspirasi penggemar tetapi juga mengingatkan kita akan semangat gigih yang bisa dimiliki para atlet. Perjalanannya berlanjut, saat ia berusaha untuk membuat dampak yang lebih besar di lapangan.