Cerita Bayu Sutha tentang Awal Jatuh Cinta dengan Sepak Bola: Fans Ricky Yakobi yang Sempat Jadi Murid Pertama di SSB

oleh Choki Sihotang diperbarui 01 Agu 2024, 10:45 WIB
I Gusti Ngurah Bayu Sutha bersama Mitra Devata. (Maheswara Putra/Bola.com)

Bola.com, Jakarta - Lama tak terdengar, apa kabar Bayu Sutha? Ternyata, mantan bek Timnas Indonesia ini memilih mudik ke Bali dan "semedi" di sana.

Bayu Sutha boleh-boleh saja menjauh dari sepak bola, tapi dunia balbalan tak akan pernah lepas dari veteran yang kini berusia 47 tahun itu.

Advertisement

Mungkin tak banyak lagi yang mengenalnya, terlebih generasi saat ini. Namun, bagi pecinta sepak bola nasional lawas, nama Bayu Sutha bukanlah nama yang asing.

Mengawali petualangan profesionalnya bersama Perseden Denpasar pada 1997, Bayu Sutha kemudian meneruskan karier ke Persegi Gianyar, Pelita Jaya Purwakarta, Persema Malang, dan Persib Bandung.

Setelah pensiun, Bayu Sutha banting setir ke dunia pariwisata. Bermodalkan ilmu sastra Inggris yang ia tekuni selama di bangku kuliah, kini Bayu Sutha membuka usaha tour guide.

Dengan pengalaman dan jam terbangnya yang cukup panjang, Bayu Sutha sebenarnya bisa saja menjadi pelatih atau mendirikan akademi sepak bola. Pasti sangat menjanjikan, mengingat nama Bayu Sutha cukup beken di Bali.

2 dari 4 halaman

Menyukai Sepak Bola sejak Kecil

Sepak bola sudah menjadi bagian yang terpisahkan dari Bayu Sutha sejak ia kecil.

"Memang dari kecil, waktu televisi masih hitam putih, nonton tim nasional seperti almarhum Ricky Yacobi, semua itu saya tonton," kata Bayu Sutha mengenang awal jatuh cintanya kepada sepak bola, dalam kanal YouTube Bicara Bola besutan Akmal Marhali.

"Saya sampai menulis celana saya Ricky Yacobi. Saya benar-benar ngefans. Saya bicara kepada orang tua bahwa suatu saat nanti saya ingin seperti mereka yang bermain di timnas. Eh, ternyata omongan ini menjadi kenyataan," lanjutnya.

Pilihan Bayu Sutha terhadap sepak bola jelas melenceng dari profesi leluhur, termasuk sang ayah, yang berkecimpung di dunia seni.

"Memang dari keluarga besar semuanya seniman. Kakak saya dan sepupu semuanya bisa menari. Di rumah kita juga punya puri. Jadi apa pun yang dicari ada. Cuma saya yang nyeleneh, keluar dari jalur," kata Bayu Sutha yang saat di Persib bermain bersama Nova Arianto, Zaenal Arief, Salim Al Idrus, dan Tema Mursadad.

"Saya main bola dari SD. Kebetulan di belakang rumah ada lapangan voli. Kalau pagi kita buka netnya, kita kasih gawang. Kita main bola di situ," ujarnya.

"Habis main bola badan kotor, luka-luka, kaki sakit. Bapak berpikir, kebetulan saat itu pertama kali ada buka SSB di Denpasar. Saya adalah murid pertama di situ," lanjutnya.

3 dari 4 halaman

Sempat Berhenti

Meski lari jalur seni, Bayu Sutha mendapat dukungan penuh dari sang ayah.

"Bapak sempat berfikir, nilai sekolah akan turun karena sepak bola. Itu pasti. Nah, saya sempat disetop karena harus Ebtanas SD. Nanti setelah Ebtanas, silahkan lanjut sepak bola. Dan memang benar. Pilihan orang tua itu selalu benar," ujarnya.

Hanya saja, di SMPN pilihan Bayu Sutha, sepak bola bukan olahraga favorit.

"Saya tak menemukan tempat untuk menyalurkan apa yang saya punya. Karena sekolah negeri saya itu lebih fokus ke seni. Olahraganya cuma bulutangkis," kisahnya.

"Akhirnya nakal, karena tidak tersalurkan. Milih ini, milih itu enggak jadi. Setelah itu, baru SMA saya ketemu lagi salah satu mantan pelatih SSB yang selama dua tahun melatih saya di SSB Perseden Denpasar. Dia masih ingat saya," lanjutnya.

4 dari 4 halaman

Mimpi yang Kembali Menyala

Pertemuan dengan mantan pelatih berlanjut dan mimpi Bayu Sutha yang tadinya sempat redup, mulai menyala lagi. Kebetulan, di SMA di mana ia bersekolah, mantan pelatihnya dipercaya sebagai guru ekstrakurikuler sepak bola dan punya tim.

"Bapak megang tim dan teman-teman kita dulu di SSB masuk klub di situ. Nama klubnya Putra Ngurah Rai yang pemiliknya orang Jerman yang gila bola," ujar Bayu Sutha menirukan ucapan mantan pelatihnya.

Awalnya, menurut Bayu Sutha, ia bermain bukan sebagai bek melainkan winger.

"Dari dulu saya main di sayap. Dilihat sama pelatih Putra Ngurah Rai, ditaruh di gelandang bertahan dan akhirnya dipindah lagi jadi stoper," kisahnya.

Bakatnya yang luar biasa kemudian membawa Bayu Sutha ke skuad Preseden dan dari tim ini namanya melambung dan menjadi incaran banyak klub bahkan sukses menembus Timnas Indonesia.