Bola.com, Jakarta - Kalah terhormat. Tampaknya dua kata itu paling tepat menggambarkan perjuangan Gregoria Mariska Tunjung saat jatuh bangun menghadapi An Se-young pada semifinal bulutangkis Olimpiade Paris 2024 nomor tunggal putri, Minggu (4/8/2024). Perjuangan belum tuntas, sebab ada medali perunggu yang masih harus diraih.
Gregoria Mariska Tunjung memang tak difavoritkan meraih kemenangan pada laga ini. Maklum saja, lawannya adalah pebulutangkis nomor satu dunia dari Korea Selatan yang juga unggulan pertama pada Olimpiade Paris 2024.
Namun Jorji, sapaan karib Gregoria Mariska Tunjung, di luar dugaan mampu menampilkan performa impresif pada gim pertama. An Se-young tampaknya kaget melihat betapa taktisnya pola yang diperagakan sang lawan dan harus menyerah 11-21.
Sayang beribu sayang, Gregoria Mariska Tunjung kehilangan momentum dan kalah pada dua gim berikutnya. Meski begitu, terlihat betapa Jorji ogah menyerah dan 'memaksa menang', walau akhirnya tetap harus mengakui kemenangan An Se-young.
Memori Kelam Olimpiade 2012 Jangan Sampai Terulang
Indonesia terbilang cukup sukses pada cabor bulutangkis di pentas Olimpiade. Tetapi pada edisi London 2012, ada sejarah kelam.
Tradisi medali yang selalu terjaga sejak edisi-edisi sebelumnya tak berbekas. Jangankan emas, perunggu saja tidak mampu diraih Indonesia.
Saat itu, satu-satunya harapan mendulang medali ada pada pasangan Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir. Sayang, pada perebutan perunggu, mereka takluk dari ganda campuran Denmark.
Harapan di Pundak Jorji
Kini situasi pada Olimpiade Paris 2024 mirip dengan London 2012. Indonesia hanya menyisakan satu wakil di perebutan medali, lebih tepatnya medali perunggu.
Melihat permainan yang ditampilkan Gregoria Mariska Tunjung sejak fase grup hingga semifinal, sepertinya harapan itu masih ada.
Hingga berita ini turun, Jorji akan menghadapi Carolina Marin atau He Bingjiao.