Bola.com, Solo - Sepak bola semestinya menjadi milik semua. Ya, itulah pemandangan yang tersaji sepanjang penyelenggaraan Piala Presiden 2024 di Kota Solo. Empat tim terbaik yang lolos ke fase semifinal menyajikan hiburan bagi semua kalangan.
Laga sepak bola yang sering kali identik dengan kericuhan, kini mampu hadir sebagai hiburan. Seorang ayah tak harus bergelut dengan perasaan cemas sekaligus was-was ketika mengajak buah hatinya menonton langsung pertandingan di Stadion.
Selama Piala Presiden 2024 dihelat di Kota Solo, tak hanya suporter pendukung klub saja yang mendominasi hajatan ini. Sebab, anak-anak yatim piatu, siswa sekolah sepak bola (SSB), hingga keluarga, bisa ikut mengisi bangku-bangku stadion dengan aman dan nyaman.
Upaya merawat ruang yang aman dan nyaman ini tentu menjadi perhatian serius pihak penyelenggara. Menciptakan iklim stadion sebagai tempat yang ramah bagi anak dan keluarga harus menjadi kesadaran kolektif yang diperjuangkan bersama-sama lewat Piala Presiden 2024.
Ruang Aman dan Nyaman
Menonton pertandingan sepak bola di stadion sudah menjadi alternatif rekreasi bagi Gesang Dedi Gunawan dan keluarga kecilnya. Bersama istri, Tutik Handayani, beserta dua anaknya, lelaki berusia 38 tahun itu cukup rutin menyaksikan laga di Stadion Manahan.
Butuh waktu sekitar 30 menit dari rumahnya yang berada di Mojolaban, Sukoharjo, untuk melintasi padatnya jalanan menuju stadion. Baginya, menonton laga sepak bola tak ubahnya sumber hiburan keluarga yang cukup mudah diakses.
“Keluarga kami sudah cukup sering menyaksikan laga di stadion. Seringnya nonton Persis Solo. Anak saya yang pertama ini sudah kelas dua SMP. Dia juga ikut SSB. Makanya sangat senang lihat sepak bola,” kata Gesang saat berbincang dengan Bola.com, Sabtu (4/8/2024).
Jika sebelumnya sepak bola identik dengan kekerasan dan kericuhan, kini nuansa semacam itu perlahan mulai meluntur. Meningkatnya prosedur pengamanan yang disesuaikan dengan standar FIFA berdampak positif bagi keamanan dan kenyamanan penonton.
Gesang menyaksikan langsung perubahan pola pengamanan itu. Jika dibandingkan Stadion Manahan sebelum direnovasi, kini akses untuk memasuki stadion mulai tertata. Menurutnya, penjagaan yang kian ketat ini justru menimbulkan rasa tenteram, terutama bagi keluarga.
“Kalau dulu, petugas keamanannya masih relatif sedikit. Kalau sekarang lebih banyak dan terjamin keamanannya. Memang sekarang penjagaannya lebih ketat. Saya rasa itu juga perlu demi keamanan semuanya,” ujarnya.
Ramah Anak, Ramah Keluarga
Upaya untuk menciptakan ruang aman dan nyaman di stadion ini memang menjadi target yang akan terus ditingkatkan oleh Ketua Local Organizing Committee (LOC) Piala Presiden 2024, Ginda Ferachtriawan. Apalagi, Kota Solo punya pengalaman menggelar Piala Dunia U-17 2023.
Dari perhelatan itu, panitia penyelenggara lokal mendapatkan banyak pelajaran berharga untuk menggelar pertandingan yang ideal. Dengan prosedur pengamanan yang dibenahi, Ginda menyebut laga sepak bola kini sudah semestinya bisa diakses semua kalangan tanpa perlu merasa terancam.
“Kita bisa melihat stadion yang ramah anak, ramah keluarga, dan ini bisa menjadi salah satu destinasi wisata. Inilah yang dimaksud bahwa sebagai sport tourism,” ujar Ginda kepada Bola.com.
“Harapannya, keluarga hingga anak-anak bisa datang ke stadion dengan nyaman tanpa merasa ada tekanan. UMKM bisa ikut masuk, sehingga ekonomi ikut bergerak. Itu bisa menjadi salah satu upaya untuk mengembangkan kota ini,” imbuhnya.
Asapmu Bukan Untukku
Jika ingin meningkatkan rasa nyaman, tribune penonton perlu mendapatkan perhatian. Sebab, dari tempat inilah penonton menghabiskan waktu paling banyak di stadion untuk menikmati pesepak bola yang beraksi di atas lapangan.
Kenyamanan selama periode 2x45 menit itu kini mulai dibangun lewat imbauan agar tidak merokok di tribune penonton. Asap rokok yang mengepul bisa sangat mengganggu, terutama bagi anak-anak yang terancam menjadi perokok pasif.
Gesang dan Tutik memang sama-sama sepakat jika tribune mesti bebas dari asap rokok. “Bagi saya, terkadang hal semacam ini mengkhawatirkan. Anak-anak zaman sekarang ini cenderung lebih cepat meniru orang lain. Jika melihat orang merokok, mereka bisa ikut-ikutan,” ujarnya.
“Dengan tidak merokok, artinya tidak mengganggu penonton lainnya. Ini juga baik untuk anak-anak kecil. Mereka lebih nyaman karena tidak terpapar asap rokok,” sahut Tutik menimpali pendapat suaminya.
Imbauan inilah yang belakangan mulai disosialisasikan oleh Panpel. Ginda menjelaskan, pihaknya aktif mengingatkan penonton untuk tidak merokok di tribune. Sebab, sudah ada sejumlah tempat yang disediakan untuk merokok.
Saat jeda pertandingan, biasanya kini para penonton mulai bergerak keluar area stadion. Mereka menuju area-area khusus yang disediakan Panpel bagi para perokok. Ginda berharap, kredo ‘Asapmu bukan untukku’ bisa memantik kesadaran publik untuk menahan diri agar tak merokok saat berada di tribune.
“Arahan dari PT LIB ternyata juga sama. Stadion bukan tempat untuk merokok. Apakah itu berarti tidak boleh merokok? Sebetulnya boleh. Tetapi kami sediakan tempat khusus untuk merokok,” kata Ginda.
“Jadi, semangatnya bukan untuk melarang merokok, tetapi asapmu bukan untukku. Nah itu berlaku untuk melindungi anak-anak, ibu-ibu, dan keluarga. Mereka tidak semestinya terpapar asap rokok ketika berada di tribune,” lanjutnya.
Suporter Makin Dewasa
Penyelenggaraan Piala Presiden 2024 sebetulnya telah menyelipkan secercah harapan baru. Kedewasaan berbagai kelompok suporter menjadi salah satu aspek layak mendapatkan apresiasi.
Sejumlah tim yang berstatus sebagai tuan rumah memang mengalami nasib tragis. Persib Bandung dan Bali United yang menjadi tuan rumah di fase penyisihan harus gigit jari karena gagal lolos ke semifinal.
Hal yang sama juga dialami Persis Solo. Pada laga semifinal, mereka harus mengakui keunggulan Arema FC. Namun, suporter ketiga tim merasa legawa dengan hasil tersebut. Tak ada kericuhan yang meletus.
“Kita harus bersyukur bahwa kedewasaan suporter itu sudah mulai terjadi. Kan yang paling susah itu sebetulnya ialah menerima apabila timnya mengalami kekalahan saat bermain di kandang,” kata Mauarar Sirait.
Ara berharap, kedewasaan suporter semacam ini bisa berdampak positif untuk BRI Liga 1 2024/2025. Sebab, sampai saat ini kompetisi masih menerapkan larangan suporter tamu selepas meletusnya Tragedi Kanjuruhan.
“Ternyata, suporter kita sudah naik kelas. Mereka sudah semakin sportif dan semakin matang. Kami berterima kasih kepada mereka. Bagi kami, ini menjadi bukti konkret,” ujar lelaki asal Medan tersebut.
“Mudah-mudahan sanksi FIFA bisa segera dicabut, supaya nanti suporter bisa berangkat away. Tentu harus diikuti dengan kesadaran yang semakin tinggi. Kami berharap, semakin cepat dicabut semakin bagus,” lanjutnya.