Bola.com, Jakarta - Keputusan beberapa klub kontestan BRI Liga 1 2024/2025 yang merekrut pemain usia tua menjadi sorotan publik khususnya dari kalangan suporter dan pemerhati sepak bola nasional.
Keputusan klub mengambil pemain asing yang usianya sudah masuk masa pensiun dipandang sebagai langkah yang kurang tepat.
Karena dari segi statistik dan tentunya kemampuan sudah banyak berkurang mengingat usianya sudah tidak muda lagi.
BRI Liga 1 adalah kompetisi yang kompetitif sehingga pemain dituntut konsisten dari satu pertandingan ke pertandingan lainnya.
Adalah Persija Jakarta dan PSS Sleman yang akhir-akhir ini mendapatkan sorotan dari publik sepak bola termasuk dari Footbal Institute.
Kedua tim itu diketahui merekrut pemain yang sudah uzur mengingat usia mereka tidak lagi muda.
Menit Bermain Pun Minim
Persija Persija Jakarta rekrut Pedro Dias, 31 tahun yang menempati posisi defender. Pasca pengumuman resmi Pedro Dias, kalangan suporter pun menunjukan berbagai reaksi.
Setali tiga uang, PSS Sleman pun mengumumkan rekrutan pemain asing mereka yang menempati posisi penjaga gawang yakni Alan Bernardon, 30 tahun.
Founder Footbal Institute, Budi Setiawan mengaku heran PSSI dan PT Liga Indonesia Baru (PT LIB) meloloskan verifikasi kedua pemain asing tersebut.
Yang pertama, Budi Setiawan mengatakan Pablo Dias musim 2023 nganggur alias tidak punya klub. Pernah bermain di liga Malaysia, Singapura dan Thailand sejak 2018.
Dalam enam musim Pedro Dias hanya bermain sebanyak 24 kali dengan total menit bermain 1.867 menit. Artinya, enam musim hanya bermain 24 kali, lebih sedikit dari total jumlah pertandingan klub Liga 1 dalam satu musim.
Begitupun dengan rekrutan PSS Sleman, kata Budi Setiawan, Alan Bernardon, sejak 2016 sampai 2023 total bermain 17 kali dengan menit bermain 1.405 menit. Terakhir bermain di Serie D Brasil dengan Cascavel PR hanya bermain 2 kali atau setara dengan 180 menit.
Kok Bisa Lolos Verifikasi
Masih kata Budi, hal ini menjadi pertanyaan, padahal strata liga sesuai edaran PSSI yang dapat bermain di liga 1 adalah seri A, B dan C untuk Brasil.
Sebelum pindah ke PSS Sleman Alan Bernardon berstatus pemain botafogo (Serie C Brazil) namun tidak pernah bermain.
"Kenapa bisa diloloskan verifikasinya oleh PSSI? Saya pikir ini adalah sebuah kesalahan bagi Liga Indonesia, jika klub mengambil pemain yang berlabel "sampah" dan tidak jelas asal usulnya," kata Budi Setiawan kepada Bola.com, Jumat (09/8/2024).
"Begitu juga dengan pelatih yang tidak memiliki rekam jejak yang tangguh. PSSI dan Liga Indonesia rasa-rasanya perlu mengintervensi dan memastikan perekrutan pelatih dan pemain asing yang berkualitas," tambahnya.
Lebih lanjut, pria berkacamata ini menilai keputusan dua klub tersebut sangat bertolak belakang dengan niatan federasi dalam meningkatkan kualitas pemain pemain yang ada di Elite Pro Academi (EPA) agar bisa promosi ke tim senior.
Buang-buang Uang
Cara kedua klub itu, bisa dikatakan sebagai cara membuang uang karena membeli pemain dan pelatih yang sudah memasuki usia pensiun.
Sistem itu pun tak akan pernah bisa memberikan dukungan kepada Ketua Umum PSSI, Erick Thohir yang ingin membawa kompetisi Liga 1 masuk jajaran kompetisi elite di ASEAN serta Asia.
"Di satu sisi juga menaikkan kualitas kompetisi EPA agar lahir pemain berkualitas untuk naik ke jenjang senior," Budi Setiawan menuturkan.
"Sistem yang membuang uang untuk pelatih dan pemain yang sudah memasuki usia pensiun tidak akan membawa liga indonesia mencapai cita-cita ketua umum PSSI untuk menjadi Liga nomor 1 di ASEAN dan 15 besar di Asia," ungkapnya.
Budi Setiawan kembali menegaskan, cara-cara klub dalam melakukan perekrutan pemain khususnya pemain yang sudah masuk usia pensiun dipastikan bukan cara yang tepat dalam mengembangkan sepak bola Indonesia.
"Kegagalan sistem ini sudah terjadi di Liga China dan Liga Saudi Arabia. Mengapa harus diikuti oleh Liga Indonesia? Jangan sampai hanya demi fomo mengambil semua kuota pemain asing 8 pemain, namun tidak memikirkan dampaknya bagi klub dan liga indonesia," Budi Setiawan mengakhiri pembicaraan.