Bola.com, Blitar - Arema FC baru saja menjalani laga kandang pertama BRI Liga 1 di Stadion Soepriadi, Kota Blitar, Senin (12/82/2024). Hasilnya memang kurang memuaskan. Tim Singo Edan ditahan Dewa United 0-0.
Namun, di balik pertandingan itu ada beberapa sisi lain yang terjadi.
Laga ini cukup disorot. Terutama di Jawa Timur. Untuk kali pertama Singo Edan bermarkas di Jawa Timur setelah Tragedi Kanjuruhan 1 Oktober 2022. Sebelum pertandingan, ada vandalisme disekitar stadion. Tulisan penolakan terhadap keberadaan Arema FC di Blitar muncul, sehingga kekhawatiran muncul.
Selain itu, pemerintah Kota Blitar sempat menolak permohonan Arema menggunakan Stadion Soepriadi. Dengan alasan, warga sekitar stadion masih trauma dengan insiden yang melibatkan Aremania. Pada musim 2020, Aremania bentrok dengan Bonekmania di jalanan Kota Blitar ketika Arema bertemu Persebaya dalam semifinal Piala Gubernur Jatim.
Namun, trauma itu tak terlihat ketika Arema FC menjalani pertandingan lawan Dewa United kemarin. Aktifitas warga sekitar masih normal. Termasuk para pedangan yang ada di sekitar Stadion Soepriadi. Hanya saja, jalanan sekitar stadion di sterilkan sehingga situasi agak lengang.
Berikut sisi lain laga home perdana Arema FC di Blitar.
Pemain Asing Belajar Kenakan Sarung
Malam hari jelang pertandingan, rombongan Arema FC sempat berkunjung ke masjid Ar Rahman, Blitar. Itu merupakan salah satu ikon kota setempat. Kebetulan lokasinya ada di samping Stadion Soepriadi.
Saat berkunjung ke Masjid, para pemain asing yang tidak beragama Muslim tetap menghormati agenda tim. Mereka tetap masuk melihat beberapa area. Yakni Thales Lira, Lucas Frigeri, Charles Lokolingoy dan Julian Guevara. Karena para pemain tersebut mengenakan celana pendek, mereka harus memakai sarung untuk masuk ke area Masjid.
Ternyata, ini kali pertama empat pemain asing itu menggunakan sarung. Sehingga mereka sempat kesulitan. Dengan bantuan beberapa official, beberapa saat kemudian mereka sudah membaur dengan tim.
Hanya saja, ada beberapa pemain yang tidak bisa mengenakan sarungnya dengan rapi. Meski demikian, mereka tetap dapat sambutan hangat. Apalagi ada juga jamaah Masjid yang mengetahui keberadaan para pemain Arema. Mereka sempat bersalaman. Bagi Arema, momen ini sekaligus untuk mendekatkan diri dengan warga sekitar.
Sekolah Daring
Pertandingan Arema digelar pada hari normal. Mengantisipasi agar tidak terjadi hal-hal negatif, pemerintah setempat membuat kebijakan terhadap dunia pendidikan. Sekolah digelar secara online alias daring. Siswa tidak perlu keluar rumah untuk ke sekolah.
Hal ini membuat jalanan di Kota Blitar lebih lengang. Hal ini disikapi positif oleh manajemen Arema.
“Sekolah dibuat online di Blitar saat pertandingan kemarin. Kami anggap positif. Pagi sampai siang mereka sekolah. Lalu sorenya bisa nonton Arema Karena pertandingan ini jadi hiburan juga bagi warga sekitar,” jelas Manajer Operasional Arema, Sudarmaji.
Untungnya, pertandingan berjalan aman. Meski Arema meraih hasil imbang, tidak ada insiden yang terjadi. Aremania keluar dan masuk stadion dengan tertib. Sedangkan anak sekolah tidak terlihat di area stadion Karena tiket pertandingan dijual secara online. Warga sekitar kemungkinan besar menyaksikan pertandingan lewat layar kaca.
Pemasukan Warga Setempat
Ada hal positif lain yang didapat warga Blitar. Mereka dapat pemasukan dari kedatangan Aremania. Tiket pertandingan memang terjual sekitar 800. Tapi, cukup banyak Aremania yang berada di luar stadion. Mereka memilih tidak masuk karena dua alasan. Tiket yang mahal, Yakni 150 ribu untuk kategori ekonomi. Alasan kedua, tidak tahu cara pembelian secara online.
Kehadiran mereka jadi pemasukan bagi warga Blitar. Terutama bagi penyedia lahan parkir dan kuliner. Terlihat beberapa tempat menuju stadion dijadikan tempat parkir. Selain itu, warung dan jajanan pinggir jalan juga dikunjungi suporter Arema.
Aremania Ingin Timnya ke Gajayana
Meski Kota Blitar menyambut Arema dengan cukup hangat, Aremania ingin timnya segera kembali ke Malang. Usai pertandingan, suporter yang ada di belakang gawang sebelah selatan ingin Arema bermain di Stadion Gajayana, Kota Malang.
“Bawa kembali Arema bermain di Gajayana,” teriak mereka.
Jika bermain di Malang, tentu suporter tidak perlu melakukan perjalanan darat kurang lebih dua jam. Selain itu, dukungan yang diberikan Aremania akan lebih besar. Sayang, Stadion Gajayana belum bisa digunakan untuk menggelar Liga 1. Karena berapa aspek belum memenuhi standart.
Musim lalu, manajemen Arema sudah bertemu dengan Pemkot Malang terkait renovasi Stadion Gajayana. Namun, pembicaraan tersebut tidak mencapai kata sepakat. Sehingga manajemen Arema memilih kandang di Blitar.