Bola.com, Jakarta - Meski baru saja menyelesaikan pekan pertama, peta kekuatan antartim di pentas BRI Liga 1 2024/2025 mulai terbuka. Fakta itu, setidaknya, bisa diamati dari materi tim, cara bermain, dan skor akhir yang diraih para kontestan.
Empat tim papan atas BRI Liga 1 musim lalu, kecuali Madura United, masih akan menjadi kekuatan nggegirisi alias menakutkan bagi kawan-kawannya. Lihat saja. Bagaimana Persib, Bali United, dan Borneo FC yang tampil perkasa di kandang dan luar kandang.
Ketiganya tak banyak melakukan perombakan tim. Namun, mereka berusaha menyempurnakan skuadnya dengan mengontrak pemain baru berkualitas agar lebih mumpuni dalam persaingan yang makin masif.
Kendati Persib dan Borneo FC hanya menghadapi dua tim promosi Liga 1, yakni PSBS dan Semen Padang, tapi cara mereka bermain dan dominasi penguasaan bola sangat kuat.
Jangan melihat bahwa PSBS dan Semen Padang sekedar tim debutan, tapi mari menganalisis bagaimana cara Persib dan Borneo FC mengalahkan keduanya.
Persib menggasak PSBS 4-1 di Bandung, dan Borneo FC menghajar Semen Padang 1-3 yang berstatus tuan rumah musafir di Stadion PTIK Jakarta, karena Stadion H. Agus Salim sedang direnovasi.
Begitu pula bagaimana kebangkitan Bali United dari kegagalan di Piala Presiden lalu mampu bermain spartan saat berhasil 'merampok' Persik dengan skor meyakinkan 1-3 di Kediri. Maka bisa ditarik kesimpulan mental dan kematangan tim Persib, Borneo FC, dan Bali United memang nyaris sempurna.
Dalam kompetisi panjang, faktor mental dan kematangan tim sangat berpengaruh dalam pencapaian prestasi. Nah, inilah yang sedang dibangun Persija, Arema FC, dan Dewa United FC di BRI Liga 1 musim ini.
Auman Keras Macan Kemayoran
Persija boleh gagal di babak semifinal Piala Presiden 2024. Namun, kemenangan sangat telak tiga gol tanpa balas atas Barito Putera di laga pekan pertama BRI Liga 1 musim ini jadi alarm bahaya bagi para rival.
Gustavo Almeida kembali dalam performa terbaiknya dengan memborong tiga gol Persija.
Pelatih Carlos Pena mendapat warisan skuad bagus dari Thomas Doll. Meski arsitek asal Jerman itu telah meninggalkan kandang Macan Kemayoran, namun Maciej Gajos dan Ondrej Kudela yang dibawa Thomas Doll masih ada dalam tim.
Bahkan lini tengah Persija makin solid. Gajos punya tandem anyar berkualitas, Ramon Buenos, yang diterbangkan dari Spanyol. Ryo Matsumura pun mencapai kematangannya di sayap serang, setelah tiga musim berkarier di Indonesia.
Posisi kiper yang dinilai masih kurang tangguh pun diperbaiki. Kini Andritany Ardhiyasa tak bisa lagi merasa jadi kiper nomor satu di tim, karena dia mendapat saingan baru dari Brasil, Carlos Eduardo Mota.
Spirit Singo Edan
Musim ini Arema FC punya modal bagus untuk mengarungi kompetisi BRI Liga 1. Gelar juara Piala Presiden 2024 jadi nutrisi bagi spirit Singo Edan. Ditambah kocek Rp5,2 miliar hadiah juara Piala Presiden bisa membuat finansial makin aman.
Tim kebanggaan Aremania ini banyak melakukan restorasi pemain, khususnya di sektor asing. Julian Guevara dan Charles Lokolingoy masih dipertahankan, tapi sepak terjang pemain asing baru, seperti kiper Lucas Rugeri, Thales Lira, Choi Bo-Kyung, Dalberto, dan Wiliam Moreira da Silva Marcílio telah membuktikan kualitasnya secara jelas.
Kekuatan Arema FC diprediksi makin mengerikan dengan hadirnya gelandang bertahan baru dari Brasil, Pablo Oliveira. Kedatangan Pablo akan mengembalikan William di posisi aslinya sebagai penyerang sayap.
Dalberto pun bisa bergantian dengan Charles Lokolingoy sebagai juru gedor bagi Singo Edan di saat tim membutuhkan. Kondisi ini seperti posisi Gustavo Almeida dan Marco Simoncelli di Persija.
Arema FC memang hanya bermain imbang tanpa gol melawan Dewa United FC di Blitar. Singo Edan masih kagok bermain. Bahkan pengamat menilai performa anak asuh Joel Cornelli kembali ke setelan pabrik. Ganas di turnamen, tapi melempem di kompetisi.
Namun, BRI Liga 1 adalah kompetisi panjang, bukan seperti Piala Presiden 2024 yang bersifat turnamen jangka pendek. Apalagi Arema FC masih menjadi tim musafir.
Jika Stadion Kanjuruhan rampung direnovasi, cakar kuku Singo Edan bisa menakutkan bila tampil di hadapan ribuan Aremania.
Dewa United, Sang Midas
Dalam mitologi Yunani ada seorang raja bernama Midas. Dia adalah figur yang terkenal karena kemampuannya mengubah semua yang dia sentuh berubah menjadi emas. Kemampuan linuwih-nya ini membuat Midas diibaratkan seorang Dewa.
Kebetulan pula jika klub satu ini memilih nama Dewa United FC. Sejak mengakuisisi Martapura FC pada 22 Februari 2021 lalu, Dewa United FC menjadi kekuatan baru di sepak bola Indonesia.
Mereka hanya butuh waktu satu musim berlaga di Liga 2 untuk kemudian naik ke kasta tertinggi. Sejak itu pula, klub berjulukan The Tangsel Warriors ini selalu bikin kejutan.
Manajemen rapi dan finansial kuat membuat Dewa United FC bisa memiliki skuad tangguh. Kejutan terbesar dilakukan Dewa United FC musim lalu.
Tim asuhan Jan Olde Riekerink ini nyaris saja merusak peta kekuatan empat besar untuk bersaing di fase Championship Series. Akhirnya mereka menempati peringkat kelima klasemen akhir Reguler Series.
Rasa penasaran ini membuat Dewa United FC melakukan belanja pemain mahal. Hugo Jaja, Taisei Marukawa, dan Alexis Messidoro yang berlabel pemain papan atas pun diboyong.
Bahkan keberhasilan mengontrak Messidoro ibarat sebuah kemenangan, karena Dewa United FC mengalahkan Persib yang juga ngebet dengan pemain asal Argentina itu.
Dewa United FC juga masih tampak kaku memulai BRI Liga 1 musim ini. Namun, lumayanlah karena Egy Maulana Vikri dkk. bisa mencuri satu angka milik Arema FC lewat duel tanpa gol di Blitar. Namun secara keseluruhan, Dewa United FC menguasai jalannya pertandingan.