Pernah Dikirim PSSI Kursus ke KNVB, Legenda Arema Akui Pentingnya Players Pool Bagi Timnas Indonesia Dalam dan Luar Negeri

oleh Gatot Sumitro diperbarui 19 Sep 2024, 18:15 WIB
Gusnul Yakin, pelatih yang pernah menangani Arema maupun Persik Kediri. (Bola.com/Gatot Susetyo)

Bola.com, Jakarta Ketua PSSI, Erick Thohir pernah menyatakan pentingnya players pool bagi seluruh jenjang Timnas Indonesia. Ketersediaan jumlah pemain mulai level bawah ke atas seperti bentuk piramida, yakni gemuk di dasar, kemudian mengerucut ke puncak.

Meski istilah 'kolam pemain' ini baru dilontarkan di Indonesia, namun sejatinya program ini telah dijalankan dengan masif di negara-negara kiblat sepakbola Dunia.

Advertisement

Erick Thohir menyebut Timnas Indonesia mulai U-17 harus memiliki setidaknya 150 pemain yang terseleksi dengan ketat. Dalam perjalanan berikutnya Timnas U-17 pasti ada penyusutan atau penambahan pemain baru untuk naik ke jenjang lebih tinggi yakni Timnas Indonesia U-19, dan seterusnya hingga puncaknya menjadi kekuatan Timnas Indonesia Senior.

"Pemikiran Erick Thohir benar. Saya setuju dengan itu. Namun 150 pemain itu jumlah minimal. Tapi untuk Indonesia dengan penduduk ratusan juta jiwa bisa ditambah lagi. Kemudian hari jika terjadi penyusutan, stok pemain kita masih cukup banyak," kata Gusnul Yakin.

2 dari 4 halaman

Dalam dan Luar Negeri

Selebrasi kemenangan pemain Timnas Indonesia U-19, Jens Raven setelah berakhirnya laga final Piala AFF U-19 2024 menghadapi Thailand di Stadion Gelora Bung Tomo, Surabaya, Senin (29/7/2024). (Bola.com/Bagaskara Lazuardi)

PSSI sedang gencar membangun kekuatan Timnas Indonesia di semua level. Baik itu lewat seleksi di dalam negeri maupun talent scouting pemain diaspora yang tersebar di mancanegara.

"Langkah ini sangat jitu. Kita akan tahu potensi seorang pemain sejak usia dini. Baik soal skill maupun attitude mereka. Setelah masuk daftar players pool, kita terus pantau dan kembangkan potensi tersebut hingga matang dan siap masuk Timnas Senior," ucapnya.

Karena program kolam pemain ini baru dijalankan di Indonesia, tentu hasilnya tak bisa langsung terlihat dan dinikmati.

"Semua memang butuh proses panjang. Tapi jika program ini dijalankan dengan istiqomah, maka lima tahun kedepan Indonesia akan memiliki Timnas yang kuat," jelasnya.

3 dari 4 halaman

Mengejar Ketertinggalan

Timnas Indonesia - Jens Raven, Dimas Drajad, Rafael Struick, Ramadhan Sananta, Hokky Caraka, Ragnar Oratmangoen (Bola.com/Adreanus Titus)

Gusnul Yakin juga mendukung kebijakan naturalisasi pemain Timnas Indonesia Senior yang sekarang sedang berjuang di putaran ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026.

"Karena program players pool kita baru mulai, maka untuk mengejar ketertinggalan jika Indonesia ingin berprestasi di level Internasional langkah terbaik untuk Timnas Senior memang harus lewat naturalisasi masif," ujarnya.

Namun, mantan pelatih Arema ini menilai stok pemain Timnas Senior masih sangat kurang.

"Idealnya Timnas Senior punya 50 pemain. Mereka tak hanya siap pakai, tapi grade-nya juga harus tinggi. Saya amati banyak pemain di Liga 1 siap dipakai, tapi apakah grade mereka cukup untuk ditarungkan di level Asia atau Dunia?" tuturnya.

4 dari 4 halaman

Pentingnya Players Pool

Seharusnya semua pihak harus mengakui materi pemain Timnas Indonesia yang diasuh Shin Tae-yong saat ini.

"Semua harus jujur. Dari ratusan pemain Liga 1 hanya sedikit yang menurut Shin Tae-yong punya grade tinggi. Maka kita jangan apriori menyalahkan program naturalisasi. Seharusnya justru pemain sadar dan memacu diri, jika ingin masuk Timnas Indonesia kudu punya grade tinggi," pungkasnya.

Gusnul Yakin pun mengungkapkan pengalamannya saat kursus ke KNVB pada tahun 1990-an.

"Saat itu era keemasan Timnas Belanda dengan pemain hebat seperti Ruud Gullit dan Marco van Basten. Players pool mereka kuat. Jika ada salah satu pemain absen, pemain penggantinya punya kualitas setara. Jadi keseimbangan Timnas Belanda tetap terjaga," paparnya.

Berita Terkait