Bola.com, Malang - Arema FC masih berjuang lepas dari papan bawah, terutama setelah Singo Edan terpuruk ke urutan 14 karena kekalahan yang dialami pada laga pekan keenam BRI Liga 1 2024/2025. Seperti halnya nasib klub, beberapa pemain lokal Arema FC juga masih berjuang untuk mendapatkan kesempatan bermain.
Berada di bawah kepelatihan Joel Cornelli, komposisi starting eleven tim berjulukan Singo Edan ini agak berubah. Pelatih asal Brasil itu melakukan regenerasi di beberapa posisi. Plus dengan penambahan kuota pemain asing menjadi delapan.
Dari enam laga pertama di BRI Liga 1 musim ini, ada tiga putra daerah yang sudah kehilangan posisi. Dua di antaranya selalu menjadi tulang punggung tim dan namanya sangat lekat dengan Arema FC pada beberapa musim terakhir, yaitu Dendi Santoso dan Jayus Hariono.
Sementara satu nama lainnya merupakan rekrutan baru dari Persis Solo, Shulton Fajar. Dalam dua musim terakhir, Shulton kerap menjadi pemain pengganti di klub lamanya. Namun, bersama Arema FC, dia malah sama sekali belum dimainkan.
Padahal dari segi pengalaman, tiga pemain ini sudah kenyang bermain di BRI Liga 1. Usia mereka juga sudah matang. Sepertinya, ketiga pemain ini belum masuk skema permainan sang pelatih.
Bola.com menganalisis alasan tiga nama itu tidak menjadi pilihan utama di skuad Arema FC pada musim ini:
Dendi Santoso
Ini jadi kali pertama Dendi hanya jadi penghangat bangku cadangan sejak awal musim. Sejak promosi ke tim senior Arema FC pada 2008, Dendi sudah dapat kesempatan bermain meskipun jadi pengganti.
Pada dua pekan awal musim ini, Dendi tidak ada dalam skuad Arema FC karena menjalankan ibadah umroh ke tanah suci.
Namun, setelah kembali, pemain berusia 34 tahun itu tidak kunjung mendapatkan kesempatan bermain karena tim pelatih menganggap kondisi fisiknya menurun, lantaran kurang lebih dua pekan dia tidak menjalani latihan bersama tim.
Sebulan berlalu, sampai saat ini dia belum bisa mendapatkan kesempatan bermain. Dendi hanya jadi penghangat bangku cadangan. Sang pelatih, Joel Cornelli memilih dua winger yang lebih muda sebagai penggantinya, yakni Salim Tuharea dan Tito Hamzah.
Sepertinya sang pelatih memilih winger yang punya kecepatan. Singo Edan cukup sering mengandalkan serangan balik cepat.
Sedangkan Dendi, cenderung bermain efektif dengan mengutamakan akurasi umpan. Terkadang dia juga menjadi pengatur tempo.
Jayus Hariono
Posisinya sebagai gelandang bertahan membuatnya harus bersaing dengan pemain asing, antara Pablo Oliveira dan Julian Guevara. Kedua pemain asing itu pun turun bergantian. Sementara satu gelandang lain diisi ppemain muda Arkhan Fikri.
Saat ini, Jayus baru tampil dalam satu pertandingan. Dia menjadi starter pada pekan pertama melawan Dewa United.
Namun, gelandang berusia 27 tahun itu hanya bermain di babak pertama. Setelah itu, Jayus duduk manis di bangku cadangan. Padahal sejak musim 2021, dia menjadi pemain inti Arema FC.
Pelatih asal Portugal, Eduardo Almeida, yang memberikan kepercayaan besar kepadanya. Dia jadi pemain yang bertugas memutus serangan lawan dari lini tengah. Sehingga kerja pemain belakang lebih terbantu.
Jika melihat persaingan untuk menjadi pemain utama, musim ini akan lebih berat. Dia menjadi opsi ketiga setelah Pablo dan Julian.
Namun, ada peluang Arema FC ingin tampil lebih bertahan, Jayus bisa menggantikan Arkhan Fikri, seperti yang terjadi pada era 2021. Singo Edan turun dengan dua gelandang jangkar sehingga mereka jadi tim dengan pertahanan terbaik.
Shulton Fajar
Pemain yang satu ini merasa sangat bangga bisa gabung dengan Arema FC pada awal musim ini, karena dia merupakan putra daerah.
Setelah merantau di Liga 2 dan ke kasta tertinggi bersama Persis Solo, kesempatan berkontribusi untuk tim tanah kelahirannya datang.
Sayang, Shulton hanya jadi pemanis bangku cadangan. Nasibnya sama seperti putra daerah lainnya, Jayus Hariono, karena mereka memiliki posisi yang sama, sehingga Shulton juga harus bersaing dengan dua gelandang asing, Pablo Oliveira dan Julian Guevara.
Bahkan sejak turnamen Piala Presiden 2024, Shulton tidak mendapatkan kesempatan untuk turun. Padahal banyak netizen yang berharap pemain berusia 30 tahun itu setidaknya dicoba untuk membuat perbedaan di lini tengah, karena Shulton dianggap pemain yang pnya karakter khas Malang, punya fighting spirit tinggi dan kerap berani berduel dengan lawan.