Bola.com, Jakarta - BRI Liga 1 2024/2025 jadi sebuah tantangan berat bagi pelatih, terutama bagi pelatih lokal. Mereka selalu jadi minoritas di kasta tertinggi sepak bola Indonesia. Musim ini, hanya 4 klub yang menggunakan pelatih lokal, yakni Barito Putera, Madura United, Malut United dan Semen Padang.
Namun, hingga pekan ke-6 BRI Liga 1, belum ada pelatih yang membawa timnya bersaing di papan atas. Justru dua pelatih sudah lengser dari jabatannya, yakni Hendri Susilo (Semen Padang) dan Widodo Cahyono Putro (Madura United).
Mengingat Semen Padang dan Madura United terdampar di zona degradasi., dua pelatih itu tidak mampu memenuhi ekspektasi klubnya sehingga mundur setelah menjalani empat laga awal.
Sampai saat ini, Rahmad Darmawan yang punya posisi paling bagus. Dia membawa Barito Putera sementara di urutan ke-9. Sementara Imran Nahumarury masih berupaya membawa tim promosi, Malut United, lepas dari papan bawah. Malut United kini ada di posisi 13.
Berkaca dari musim-musim sebelumnya, pelatih lokal menangani tim dengan materi yang kurang mentereng. Sebab, tim yang dihuni pemain dengan nama besar lebih memilih pelatih asing, sebut saja Persib Bandung, Persija Jakarta, Borneo FC, Bali United dan lainnya. Sehingga pelatih lokal jarang yang bisa membawa timnya ke papan atas.
Berikut rapor buruk pelatih lokal di BRI Liga 1 musim ini:
Rahmad Darmawan (Barito Putera)
Untuk saat ini, Rahmad Darmawan membawa Barito Putera ke papan tengah BRI Liga 1 2024/2025. Dari materi pemain, tim ini punya komposisi lumayan.
Ada nama-nama yang pernah melejit di Liga 1, seperti Bagas Kaffa, Bagus Kahfi, Rizky Pora, Youssef Ezzejjari, hingga Wawan Hendrawan. Namun, itu tak cukup membuat tim berjulukan Laskar Antasari bersaing di papan atas.
Pelatih yang akrab disapa RD ini belum membuat Barito Putera tampil konsisten. Baru dua kemenangan diraih. Itupun dari tim papan bawah yang juga ditangani pelatih lokal, yakni Madura United dan Semen Padang.
Sedangkan dua kekalahan diderita dari tim kuat seperti Persija Jakarta dan Persebaya Surabaya. Untungnya, dua laga lain berakhir imbang, yakni lawan Persik Kediri dan Borneo FC.
Kans RD membawa Barito Putera ke posisi lebih baik masih terbuka. Dia punya pemain asing baru yang tampil apik, yakni Lucas Morelatto. Gelandang serang asal Brasil itu mencetak 3 gol dan 1 assist.
Selain itu, ada beberapa pemain muda potensial yang bisa diorbitkan jadi tulang punggung Barito Putera. Seperti Alex Kamuru, Aditya Daffa dan beberapa nama lainnya.
Sebenarnya, RD merupakan pelatih papan atas Liga 1. Koleksi gelarnya komplet. Dua kali juara ISL dan tiga kali Piala Indonesia.
Namun, gelar terakhirnya didapat 2010 silam. Artinya, sudah 15 tahun pelatih asal Lampung itu tidak mengangkat trofi. Maklum, belakangan dia menangani tim papan tengah dan bawah, seperti Persikabo 1973, RANS Nusantara dan Barito Putera.
Imran Nahumarury (Malut United)
Meski menangani tim promosi, Malut United, Iman Nahumarury dapat materi pemain berpengalaman. Terutama di sisi pemain lokal.
Contohnya dua pemain kembar Timnas Indonesia. Yance dan Yakob Sayuri. Selain itu ada Hari Nur Yulianto, Wahyu Prasetyo, Ilham Udin Armaiyn, Manaheti Lestusen, Alwi Slamat dan lainnya.
Namun, sampai saat ini prestasi Malut United belum memuaskan. Mereka di urutan 13 klasemen BRI Liga 1 2024/2025. Baru satu kemenangan yang diraih. Itupun didapat dari tim papan bawah, Semen Padang.
Selebihnya, tiga hasil imbang melawan tim asal Jawa Timur. Seperti Madura United, Persebaya Surabaya dan Persik Kediri.
Yang membuat posisi Imran terancam, justru dua hasil terbaru. Malut United menelan kekalahan dari Borneo FC dan Bali United, dua tim yang selama ini berada di papan atas.
Sebenarnya, Imran tergolong pelatih muda potensial. Pelatih 45 tahun ini pernah menangani PSIS Semarang.
Dia juga yang membawa Malut United promosi ke kasta tertinggi musim ini. Sepertinya, di BRI Liga 1, dia harus membuat timnya berdaptasi kembali, karena cukup banyak penambahan komposisi pemain baru. Terutama pemain asing.
Widodo Cahyono Putro (Madura United)
Sebenarnya, Madura United merupakan tim besar di Liga 1. Musim lalu, tim berjulukan Laskar Sape Kerrap itu berstatus sebagai runner up BRI Liga 1. Namun, musim ini Widodo dapat warisan materi pemain yang berbeda.
Para pemain bintang Madura United musim lalu memilih hengkang, seperti Dalberto Luan dan Lucas Frigeri ke Arema FC. Sedangkan Hugo Jaja ke Dewa United. Pemain terbaik musim lalu, Francisco Rivera menyeberang ke Persebaya Surabaya. Belum lagi barisan pemain lokal yang pergi.
Widodo seperti membentuk tim baru musim ini. Hanya Lulinha yang tampil apik. Selebihnya, masih dalam proses adaptasi.
Dalam empat pertandingan awal, Madura United hanya bisa meraih satu poin. Itu membuatnya lengser dari kursi pelatih kepala.
Widodo hanya menyumbangkan satu poin di laga pertama melawan tim promosi Malut United. Selebihnya, dihajar Barito Putera, Persita Tangerang dan Persis Solo.
Sepeninggal Widodo, Madura United juga tidak bisa meraih kemenangan. Jadi, persoalan utama tim ini adalah perombakan skuad yang terlalu banyak, sehingga butuh waktu untuk menemukan chemistry antarpemain.
Hendri Susilo (Semen Padang)
Dia jadi pelatih yang paling cepat lengser dari kursi pelatih BRI Liga 1 musim ini. Setelah timnya kalah dari tim promosi Malut United di pekan 4, Hendri memilih mundur dari posisinya. Hanya beberapa hari sebelum Widodo Cahyono Putro mengakhiri kebersamaan dengan Madura United.
Sebenarnya, Hendri sempat memberikan 1 kemenangan untuk Semen Padang, yakni melawan tim papan bawah lainnya, PSS Sleman. Namun, itu tak cukup membuat suporter dan manajemen Semen Padang puas, karena tiga laga lain berujung kekalahan.
Jika melihat lawan yang dihadapi Semen Padang, sebenarnya laga itu tidak mudah bagi Hendri, karena dia melawan tim sekelas Bali United, Borneo FC di dua pekan awal. Dua tim yang materi pemainnya jauh lebih mentereng. Hanya saja, kekalahan dari tim promosi Malut United yang jadi puncaknya.
Namun, setelah Hendri mundur, Semen Padang makin terpuruk. Mereka kalah dari Barito Putera dan Persita Tangerang. Dari materi pemain, bisa dibilang tim ini tidak terlalu mentereng.
Beberapa pemain senior memang didatangkan. Seperti Teguh Amiruddin dan Bayu Gatra. Namun, dua pemain ini mulai tenggelam.