Stadion Nasional Bahrain, Saksi Bisu Tempat Pembantaian Timnas Indonesia 12 Tahun Lalu

oleh Choki Sihotang diperbarui 05 Okt 2024, 17:45 WIB
Bek Timnas Indonesia, Gunawan Dwi Cahyo mencoba menghadang pergerakan striker Bahrain, Mohammed Ali dalam laga Kualifikasi Piala Dunia 2014. Laga yang berlangsung di Stadion Nasional Rifaa pada 29 Februari 2012 itu berakhir dengan kemenangan 10-0 untuk Bahrain.

Bola.com, Jakarta - Sejak Timnas Jepang menggebuk Timnas Bahrain di Bahrain National Stadium, Riffa, stadion megah itu tak lagi angker bagi tim tamu, termasuk Timnas Indonesia.

Fans Bahrain sepertinya masih menyimpan trauma, menyusul kekalahan menyakitkan tim kesayangan pada laga pertama Grup C putaran ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia beberapa waktu lalu.

Advertisement

Menjamu Jepang, tim asuhan Dragan Talajić tersungkur lima gol tanpa balas. Mahdi Abduljabbar dan kawan-kawan sama sekali tak mampu mengimbangi permainan cepat Samurai Biru.

Kekalahan tersebut merupakan aib terbesar Bahrain dalam beberapa tahun terakhir di kandang sendiri.

Kekalahan dari Jepang tadi bisa jadi memunculkan pertanyaan di hati para pendukung setia The Maroons: Bagaimana melawan Timnas Indonesia?

 

2 dari 3 halaman

Sekarang Sudah Berbeda

Timnas Indonesia - Jay Idzes, Mees Hilgers, Rizky Ridho, Jordi Amat (Bola.com/Adreanus Titus, Geaby Fadhilatu Sholikha)

Pertanyaan yang sangat logis, mengingat skuad Timnas Indonesia kini sangat jauh berbeda dari sebelumnya.

Saat ini, Skuad Garuda dijejali pemain naturalisasi Grade A yang sebagain besar berkarier di Eropa dan negara lain macam Jay Idzes, Calvin Verdonk, Thom Haye, Ragnar Oratmangoen, Rafael Struick, dan Maarten Paes.

Belum lagi Indonesia menambah kekuatan dengan bergabungnya dua pemain naturalisasi anyar sangar, Mees Hilgers serta Eliano Reijnders.

Jika Bahrain dipermak Jepang, tak demikian halnya dengan Indonesia. Pasukan Shin Tae-yong suskes memetik dua angka usai bermain imbang dengan Arab Saudi dan Australia.

Oleh karena itulah, Jay Idzes cs. diliputi optimistis tinggi bisa mencuri poin dari Bahrain pada 10 Oktober nanti, meski masih dibayang-bayangi trauma masa silam.

 

3 dari 3 halaman

Pembantaian

Pelatih Timnas Indonesia Wim Rijsbergen (kanan) memimpin latihan Timnas Senior jelang leg kedua kualifikasi Piala Dunia 2014 melawan Turkmenistan di SUGBK, Senayan, Selasa (26/7). FOTO ANTARA/Andika Wahyu

Pada 29 Februari 2012, Bahrain National Stadium, Riffa, pernah menjadi neraka bagi Indonesia. Saat itu, dalam laga lanjutan Kualifikasi Piala Dunia 2014, Indonesia yang diarsiteki Aji Santoso dilibas tanpa ampun 10-0.

Padahal, Indonesia ketika itu bermaterikan talenta-talenta muda terbaik seperti Irfan Bachdim, Hengky Ardiles, Diego Michiels, Ferdinand Sinaga, serta penjaga gawang Syamsidar.

Kemenangan inilah yang selalu menjadi acuan bagi Bahrain setiap kali bersua Indonesia, namun kali ini tidak lagi. Seperti disinggung di atas, Indonesia sekarang sangat jauh berbeda dari sebelumnya.

Pada putaran kedua Grup H lalu, Bahrain National Stadium, Riffa, tak lagi mendatangkan tuah bagi laskar Dragan Talajić.

Saat menjamu Yaman misalnya, mereka hanya mampu bermain imbang tanpa gol. Mereka bahkan takluk 0-2 tatkala meladeni Uni Emirat Arab.

Tapi Jay Idzes dkk. tak boleh terlalu jemawa. Kewaspadaan tetap dijaga, karena biar bagaimana pun anak-anak Bahrain bertekad ingin mengembalikan keangkeran Bahrain National Stadium, Riffa, rumah kebangaan mereka. Lawan!

Berita Terkait