Bola.com, Jakarta - Perselisihan hukum terkait Piala Dunia Antarklub 2025 mulai memanas, setelah serikat pemain Fifpro dan sejumlah liga top Eropa mengajukan keluhan resmi terhadap FIFA.
Keluhan tersebut muncul akibat padatnya jadwal pertandingan, yang dinilai makin berat dengan adanya perluasan format Liga Champions, Europa League, dan Conference League.
Penambahan jadwal tersebut berpotensi membuat para pemain mengalami kelelahan karena waktu istirahat mereka di musim panas akan kian sedikit, terutama dengan format baru Piala Dunia Antarklub yang dimulai pada 2025.
Komunitas sepak bola kini bersatu untuk menindaklanjuti isu ini. Fifpro, bersama dengan Liga-Liga Eropa yang mewakili 39 divisi termasuk Serie A, Premier League, dan La Liga, telah mengambil langkah hukum dengan mengajukan pengaduan ke Komisi Eropa.
Menurut Alexander Bielefeld, Direktur Kebijakan Fifpro, situasi ini merupakan sesuatu yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Gugatan Piala Dunia Antarklub 2025
Pertarungan hukum ini dimulai pada Juni lalu, dengan gugatan yang diajukan di Pengadilan Perdagangan Brussels.
Gugatan tersebut menantang legalitas keputusan FIFA, yang secara sepihak menetapkan kalender pertandingan internasional, termasuk keputusan untuk membuat dan menjadwalkan Piala Dunia Antarklub FIFA 2025.
Turnamen yang dijadwalkan berlangsung di Amerika Serikat dari 15 Juni hingga 13 Juli 2025 ini akan diikuti oleh Inter Milan dan Juventus sebagai perwakilan dari Serie A.
Serie A dan Kritik terhadap Jadwal Pertandingan
"Serie A, seperti hampir semua liga Eropa lainnya, tidak menambah jumlah pertandingan dalam 20 tahun terakhir," ujar Luigi De Siervo, CEO Lega Serie A.
"Di sisi lain, FIFA dan UEFA terus memperbesar kompetisi mereka, baik untuk klub maupun timnas, hingga kita kini mencapai titik jenuh dalam hal jadwal pertandingan," imbuhnya.
De Siervo juga menegaskan bahwa beban berat pada para pemain bukan disebabkan oleh kompetisi domestik, melainkan oleh FIFA dan UEFA.
Kendati UEFA melakukan konsultasi dengan berbagai pihak yang terlibat, FIFA dianggap memaksakan format baru ini tanpa adanya diskusi atau konsultasi yang memadai dengan penyelenggara kompetisi lainnya.
Sumber: Football Italia