Bola.com, Qingdao - Bintang Timnas China, Li Yuanyi, enggan meremehkan Timnas Indonesia di putaran ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia. Apa kata penyerang berusia 31 tahun itu?
China bakal meladeni perlawanan Timnas Indonesia dalam matchday keempat Grup C di Qingdao Youth Football Stadium, Qingdao, pada Selasa (15/10/2024) malam WIB.
Secara ranking FIFA per 19 September 2024, China menempati peringkat ke-91 dengan 1.253,77 poin. Sementara Timnas Indonesia ke-129 lewat 1124,17 angka.
Timnas Indonesia lebih baik dari China dalam klasemen sementara Grup C. Tim berjulukan Garuda itu menempati peringkat kelima dengan tiga poin dari tiga partai.
Juru Kunci
Sedangkan China terpuruk sebagai juru kunci Grup C. Armada Branko Ivankovic itu menjadi kesebelasan pesakitan karena selalu kalah dalam tiga pertandingan.
Li Yuanyi juga menyinggung kekuatan Timnas Indonesia yang diperkuat banyak pemain naturalisasi keturunan dan berkarier di Eropa, sehingga tidak bisa dipandang sebelah mata.
"Pertama, kami bermain di kandang, dan sikap kami terhadap pertandingan ini adalah bahwa kami harus berjuang untuk tiga poin di kandang," ujar Li Yuanyi dinukil dari media China, Sohu.
Ungkapan Pemain China
"Karena ini adalah pertandingan yang tidak ada jalan mundur. Dari peringkat kedua tim, kita tidak bisa secara langsung mencerminkan perbedaan kekuatan antara kedua tim," ungkap Li Yuanyi.
"Karena Timnas Indonesia telah naturalisasi banyak pemain dari Eropa, dan mereka bermain dengan tempo liga Eropa. Ini pasti akan menjadi pertandingan yang sulit."
"Kami tidak bisa menganggap bahwa hanya karena peringkat Timnas Indonesia lebih rendah, pertandingan ini akan mudah. Kami semua harus berusaha keras untuk meraih tiga poin," ucapnya.
13 Pemain Naturalisasi
Dalam skuadnya saat ini, Timnas Indonesia mempunyai 13 pemain naturalisasi keturunan meliputi Maarten Paes, Mees Hilgers, Jay Idzes, Sandy Walsh, Calvin Verdonk, hingga Shayne Pattynama.
Selain itu, juga Ivar Jenner, Thom Haye, Nathan Tjoe-A-On, Eliano Reijnders, Rafael Struick, Ragnar Oratmangoen, dan Jordi Amat.
Sumber: Sohu