Liga Inggris: Paul Pogba Ungkap Pengalamannya di MU, Ungkap Sulitnya Menjadi Ole Gunnar Solskjaer

oleh Gregah Nurikhsani diperbarui 18 Okt 2024, 16:00 WIB
Manajer Manchester United, Ole Gunnar Solskjaer, bersama Paul Pogba, setelah kemenangan telak 6-2 atas AS Roma di leg pertama semifinal Liga Europa, Jumat (30/4/2021) dini hari WIB. (Paul ELLIS / AFP)

Bola.com, Jakarta - Mantan gelandang Manchester United, Paul Pogba, baru-baru ini mengungkapkan perasaannya selama membela klub. Ia mengakui bahwa keinginannya untuk meninggalkan United sudah muncul sejak tiga tahun sebelum akhirnya hengkang pada 2022.

Dalam wawancara terbarunya, Paul Pogba secara terbuka mengungkapkan bahwa dirinya sudah menyampaikan niat untuk pergi kepada Manchester United pada 2019.

Advertisement

Pogba menjelaskan bahwa ia sempat berbicara dengan manajer saat itu, Ole Gunnar Solskjaer, yang kemudian berjanji untuk berdiskusi dengan Ed Woodward mengenai kemungkinan kepindahannya.

Bahkan, Pogba mengaku sempat menghadap langsung kepada mantan CEO tersebut untuk menyampaikan permintaan yang sama. Namun, keinginannya ditolak oleh klub.

“Saya berbicara dengan Ed untuk mencoba pindah, tetapi dia menolaknya. Saya tidak ingin bermain untuk MU lagi, tetapi saya harus bersikap profesional. Secara mental saya tidak di sana dan kemudian saya mengalami cedera,” kata Pogba, seperti dikutip dari The Mail.

2 dari 4 halaman

Solskjaer Terjebak dalam Situasi Sulit

Karakter Ole Gunnar Solskjaer yang dikenal dekat dengan pemain menjadi pertimbangan utama dirinya masuk dalam radar pelatih pengganti Thomas Tuchel di Bayern Munchen. Ia diharapkan mampu menjalin hubungan baik dengan para pemain Bayern Munchen. Selain itu, ia juga memiliki hubungan yang dekat dengan Direktur Olahraga Bayern Munchen saat ini, Christoph Freund. (AFP/Ian Kington)

Pada waktu itu, terlihat jelas bahwa Pogba tidak lagi memiliki semangat untuk bermain di Manchester United. Ole Gunnar Solskjaer pun harus menghadapi konsekuensi dari situasi tersebut. Menangani pemain yang tidak ingin berada di klub adalah tantangan terberat bagi seorang manajer, dan bagi Solskjaer, situasi ini hampir mustahil untuk diatasi.

Pogba, sebagai pemain dengan profil tertinggi di United, menjadi sorotan. Situasi yang dihadapinya membuat Solskjaer kesulitan, karena Pogba sering cedera, mengambil tempat di skuad, serta menyedot gaji besar tanpa memberikan kontribusi maksimal.

Lebih parahnya lagi, penjualan Pogba terhalang oleh tuntutan harga tinggi dari United, yang ingin mengembalikan biaya transfer rekor dunia yang mereka keluarkan untuk mendatangkan pemain Prancis tersebut.

 

3 dari 4 halaman

Solskjaer Sukses Meski dengan Keterbatasan

Di tengah situasi sulit dengan Pogba, Solskjaer masih mampu menunjukkan performa yang mengesankan. Namun, jika ia mendapat dukungan yang lebih baik dan diizinkan menjual Pogba serta mendatangkan pengganti yang diinginkan, mungkin pencapaian Solskjaer bersama United bisa lebih baik lagi. Selama masa jabatannya, hanya Bruno Fernandes yang berhasil didatangkan untuk memperkuat lini tengah, sementara potensi transfer lain terhambat oleh ketidakjelasan nasib Pogba.

Perlakuan berbeda yang diterima oleh Solskjaer dan ten Hag menunjukkan betapa pentingnya dukungan klub dalam membentuk tim. Bagi Solskjaer, kehadiran Pogba yang tidak bahagia hanya menambah beban, sementara ten Hag diberi keleluasaan untuk mengambil langkah tegas demi kebaikan tim.

Penulis: Lutfi Galih

4 dari 4 halaman

Posisi MU di Liga Inggris

Berita Terkait