Bola.com, Jakarta Bagi pencinta kompetisi sepak bola Indonesia dekade 1990-an hingga awal milenium, sepertinya cukup familiar dengan pemain bernama Ekene Michael Ikenwa.
Pesepakbola berpaspor Nigeria itu pernah berseragam klub PKT Bontang, Pelita Krakatau Steel, kemudian pernah mengenakan seragam Persik Kediri, Persib Bandung, Sriwijaya FC. Ia juga mencicipi kompetisi sepak bola Malaysia, Singapura, Vietnam, hingga India.
Siapa sangka, ia ternyata pernah bermain untuk Nigeria U-17 dan menjuarai Piala Dunia U-17 1993 di Jepang. Ikenwa sedikit bercerita tentang sepak terjang negaranya 31 tahun silam.
"Saya menjadi rekan setim dengan Nwankwo Kanu dan Celestine Babayaro. Persiapan kami dua tahun dimulai dari sekolah. Uji coba dengan lawan tim yang lebih senior," kenang Ikenwa dalam kanal Youtube Bicara Bola.
"Kita tampil di final melawan Ghana dan banyak pemainnya yang bermain di klub besar Eropa semacam Samuel Kuffour di Bayern Munchen dan Daniel Addo," imbuh pria kelahiran Lagos, 14 September 1977.
Kemajuan Sepak Bola Indonesia
Lama berkecimpung di kompetisi sepak bola Indonesia, Ekene Ikenwa turut menyaksikan pergelaran Piala Dunia U-17 tahun lalu. Ya, Indonesia menjadi tuan rumahnya, skuad Garuda Muda ikut bertarung di babak penyisihan grup, dan gelar juara jatuh di tangan Jerman.
"Piala Dunia U-17 di Indonesia saya sering nonton, saya kira persaingan sudah semakin luar biasa, kualitas antartim sama. Dulu Kanada kami bantai 7-0, namun sekarang belum tentu bisa," ujar Ekene Ikenwa.
Sekarang kemajuan sepak bola di semua negara termasuk Indonesia bertambah bagus. Termasuk Timnas Indonesia U-17 kemarin, dan punya banyak potensi, lihat pemain sekarang sering berlatih dan kualitasnya ada," lanjut dia.
Polemik Naturalisasi
Timnas Indonesia melalui PSSI gencar menaturalisasi pemain yang masih punya garis keturunan atau nenek moyang yang pernah lahir di Indonesia. Menurut Ekene Ikenwa, hal itu sah-sah saja, bahkan negara semacam Prancis dan Inggris sudah lama menggunakan jalur naturalisasi.
"Semua negara di dunia mau bermain bagus dan mencari pemain pilihan, kita bisa bicara Prancis atau Inggris yang banyak bukan orang asli negara itu, tapi inilah perkembangan sepak bola dunia."
"Kalau untuk tim kelompok umur sebaiknya tidak perlu naturalisasi, tapi memaksimalkan potensi dan kesempatan buat pemain-pemain lokal untuk berkembang. Karena banyak sekali potensi pemain lokal Indonesia," pesannya.
"Yang penting mau serius, punya mimpi, dukungan orang tua, pasti bisa. Karena saya sudah melihat anak-anak Indonesia kalau mereka menjaga bakatnya itu, 10 tahun lagi bisa mewujudkan impiannya. Timnas Indonesia nantinya juga tidak perlu panggil pemain naturalisasi lagi," tegas pria 44 tahun.
Sadar Sepak Bola
Ekene Ikenwa berharap agar Indonesia ikut sedikit mengadapsi budaya di Nigeria soal pengembangan bakat pesepakbola sejak dini. Sekolah-sekolah formal dapat memberikan kesempatan bagi anak-anak untuk mengembangkan bakatnya di sepak bola, meski pendidikan juga tidak kalah pentingnya.
"Di Nigeria sudah sadar dan paham sepak bola, maka sepak bola tidak menjadi halangan bagi anak untuk mewujudkan mimpi menjadi pesepakbola hebat di masa depan. Saya juga pernah dilarang untuk bermain sepak bola, karena orang tua saya seorang guru dan meminta fokus untuk di bangku sekolah, tapi akhirnya saya membuktikan diri bisa."
"Saya satu kampung dengan kampung halaman Greg Nwokollo, daerah saya banyak menghasilkan pemain hebat Nigeria, Jay-Jay Okocha, hingga Victor Igbonefo," bebernya memungkasi.