Bola.com, Jakarta - Harus diakui, Timnas Indonesia saat ini tak lagi memiliki striker bernaluri pembunuh. Ini sangat berbeda dalam beberapa tahun sebelumnya, di mana Timnas Indonesia punya striker top lapar gol di eranya masing-masing, seperti Ricky Yacobi, Peri Sandria, dan Bambang Pamungkas.
Menarik untuk membicarakannya, karena pelatih Shin Tae-yong sendiri masih terus mencari sosok striker pembunuh.
Dalam formasi 4-3-3 yang diterapkan Shin Tae-yong di Grup C putaran ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia misalnya, Rafael Struick yang diplot sebagai tombak sejauh masih tampak kepayahan untuk mencetak gol.
Lucunya, di Timnas Indonesia U-23, Rafael Struick justru lebih sering berperan sebagai gelandang serang atau penyerang sayap.
Shin Tae-yong sebenarnya masih punya Hokky Caraka dan Dimas Drajad. Hanya saja, keduanya masih lebih sering diparkir di bangku cadangan. Sedangkan Ramadhan Sananta tak lagi dipanggil ke Timnas Indonesia.
Kondisi ini membuat mantan tombak Timnas Indonesia, Peri Sandria, merasa prihatin. Apalagi dalam waktu dekat Skuad Garuda akan kembali melakoni lanjutan Grup C dengan menjamu tim kuat Jepang dan Arab Saudi di Stadion Utama Gelora Bung Karno Jakarta pada 15 dan 19 November.
Belum Ada Lagi Striker Mematikan
Via kanal YouTube NTV Sport Cast belum lama ini, Peri Sandria, mantan striker Timnas Indonesia kelahiran 24 September 1969, bicara banyak terkait striker yang kini sangat langka di Timnas Indonesia.
"Di timnas senior sendiri saya melihat masih belum ada striker yang benar-benar mematikan," kata Peri Sandria, top scorer Liga Indonesia 1994/1995 dengan total 34 gol.
"Sebenarnya di Indonesia banyak striker yang bagus-bagus. Mungkin yang lebih dari saya juga ada," imbuh eks mesin gol Bandung Raya yang juga pernah memperkuat Krama Yudha Tiga Berlian, Assyabaab Salim Grup, Putra Samarinda, Bandung Raya FC, Persib Bandung dan Persikabo.
Legenda yang kini berusia 55 tahun itu menyatakan, seorang striker murni harus pandai mencari bola dan mencari ruang tembak termasuk lewat kepala tanpa harus turun jauh ke bawah.
"Sejauh ini saya belum melihat kita punya striker murni. Kebanyakan justru striker liar yang harus turun ke bawan mencari bola," katanya.
Lebih Suka Pasokan Bola dari Sayap
Peri Sandria mencontohkan dirinya saat masih aktif di lapangan, baik di level klub maupun tim nasional, terlebih saat kesulitan mencetak gol.
"Kuatnya tim pertahanan lawan dan untuk memecahkannya, kita tidak bisa harus bermain dari tengah. Kita harus bisa memecahkan mereka supaya buyar dan itu harus dilakukan lewat winger. Itu jalan satu-satunya," ujar Peri Sandria.
"Karena apa, karena mereka pasti tidak bisa mengantisipasi baik itu bek maupun kiper lawan. Ramadhan Sananta, Dimas Drajad juga, sebenarnya mereka punya kelebihan masing-masing. Kayak Sananta ini kan dia punya postur tubuh tinggi. Tapi karena penempatan posisi mereka kadang-kadang suka salah."
"Sekarang kita sebagai striker ini kan posisi kita harus di mana pada saat bola crossing, pada saat set piece. Kalau bicara saya, ya saya itu paling suka bola-bola crossing daripada bola dari tengah."
"Karena apa, karena pada saat bola crossing pemain bertahan pasti dekat dengan saya. Tapi pada saat bola itu mau diangkat, pergerakan saya itu sudah berubah. Jadi pada saat boa itu diangkat, saya harus bertemu dengan bola. Jadi ini bicara timing. Jadi bukan saya harus dulu lari baru bola. Itu pasti lewat kan."
"Jadi kalau saya lihat, striker-striker timnas kita ini harus pintar. Harus bisa memanfaatkan bola-bola seperti itu. Seandaiya saya dijaga ketat nih, tapi begitu bola sudah mulai diangkat kita sudah mulai menghilang seperti hantu. Jadi saya nggak mau dipegang."
Saran untuk Striker Timnas Indonesia
Bagaimana kalau pasukan bola dari tengah seret, apa yang harus dilakukan seorang striker?
"Ya striker harus bisa mencari ruang kosong. Ini kita bicara buntu ya. Ya kita harus bisa menempat diri kita. Oh di sana kosong, ya kita harus mencari bola. Namun, posisi kita yang kita tinggalkan sebagai striker itu harus ada yang menempati," ujar Peri Sandria.
"Pada saat nanti kita turun ke bawah minta bola dan mendapatkannya, kita bisa balik ke belakang dan langsung menjurus ke gawang lawan dan sudah ada teman di depan.
Peri Sandria kembali berbagi pengalaman, bagaimana ia bisa mengecoh pemain bertahan lawan hingga bisa keluar dari tekanan lalu mencetak gol.
"Pada saat kita dijaga pemain bertahan lawan dengan ketat, kita harus pintar. Yang pasti kita tak mau diam di tempat. Ya saya harus punya akal. Saya harus berpikir bagaimana caranya saya bisa membuka ruang buat teman dan saya tetap bisa mencetak gol."
"Otomatis, kalau saya dijaga lawan dengan ketat, ini lawan harus saya bawa ke bawah supaya ada ruang buat orang ketiga masuk. Biasanya pemain gelandang. Terkadang, kejelian seorang striker begitu sudah membawa lawan dia harus banyak tipu-tipu. Artinya pergerakan kita harus cepat. Begitu dia mengikuti kita lebih cepat, kita harus bisa balik badan lebih cepat dari dia. Itulah yang belum ada di timnas kita."
Sebuah pencerahan dari mantan striker pembunuh. Semoga, dalam waktu dekat kita punya bomber berdarah dingin dengan naluri gol mumpuni seperti Peri Sandria.
Baca Juga
VIDEO: Timnas Indonesia Gagal Total di Piala AFF 2024, Salah Shin Tae-yong?
Stadion Nasional Dipakai Konser, Timnas Singapura Terpaksa Geser ke Jalan Besar di Semifinal Piala AFF 2024: Kapasitas Hanya 6 Ribu Penonton
Sydney Menyala! 3.250 Suporter Akan Dukung Timnas Indonesia Vs Australia di Kualifikasi Piala Dunia 2026 pada 20 Maret 2025