Bola.com, Jakarta - Mengatakan bahwa masih ada lebih banyak yang bisa diharapkan dari Bruno Fernandes, yang telah menciptakan lebih banyak peluang di Premier League daripada siapa pun sejak tiba di Inggris, mungkin terdengar berlebihan.
Namun, sejak awal musim, Bruno Fernandes tampak seperti kapten yang lelah, menanggung beban tim yang sering kali tampil di bawah harapan.
2,5 tahun bersama Erik ten Hag, yang kurang mampu membentuk identitas permainan yang konsisten, telah berdampak besar pada satu-satunya pemain pasca-era Alex Ferguson yang bisa merasa harga transfernya memang layak.
Kendati performanya di lapangan masih konsisten dalam situasi tim yang sering kacau, bahkan di puncak kariernya di bawah Ole Gunnar Solskjaer, Fernandes tampak seperti masih menyimpan potensi yang belum sepenuhnya terwujud.
Sebuah awal baru di bawah pelatih asal Portugal yang telah lama ia dukung secara terbuka mungkin menjadi kunci yang diharapkan untuk melepaskan potensi sejati seorang Bruno Fernandes.
Pertanda Baik
Kendati Ruben Amorim belum sepenuhnya merampungkan kepindahannya, berakhirnya era Ten Hag minggu ini seolah menjadi pertanda baik.
Fernandes akhirnya mengakhiri paceklik golnya musim ini setelah 1362 menit dan 36 tembakan saat melawan Leicester pada Kamis dini hari WIB (31/10/2024).
Golnya melalui tendangan bebas yang berbelok arah mungkin bukan cara yang ia inginkan untuk menghentikan kutukan ini, tetapi kegembiraan di sekelilingnya begitu terasa.
Setiap pemain MU di lapangan bergegas mengelilingi kapten mereka, mengekspresikan kebersamaan yang jarang terlihat di Old Trafford belakangan ini.
Dengan standar tinggi yang ia tetapkan untuk dirinya sendiri, Fernandes mungkin belum merasa sepenuhnya terbebas sampai ia mencetak gol yang lebih meyakinkan. Gol keduanya di babak kedua, di mana ia menggiring bola melewati Danny Ward di gawang Leicester, benar-benar mengakhiri keraguannya.
Cara Fernandes mencetak gol keduanya dengan penuh energi seolah menunjukkan pelepasan emosi yang telah lama tertahan. Perayaan bersama rekan-rekan setimnya mencerminkan bahwa mereka memahami pentingnya gol tersebut baginya.
Ia seharusnya mencetak hattrick, setelah gagal memanfaatkan peluang emas di akhir pertandingan. Namun, Ruud van Nistelrooy, yang kemungkinan besar menjalani periode singkat sebagai manajer MU, telah membantu mengawali kebangkitan tim yang mungkin bersejarah.
Kesempatan Memulai Lagi dari Awal
Kedatangan Amorim di MU pun menjadi makin menarik. Satu di antara pernyataan yang menarik dalam pujian Fernandes untuk ikon Sporting Lisbon ini adalah ketika ia mengatakan bahwa "ia memainkan sepak bola terbaik".
Bahkan, di masa kejayaan Solskjaer, MU menunjukkan permainan menghibur yang jarang terlihat sejak era Ferguson, dengan Fernandes sebagai otak di lini tengah.
Kini, setelah paceklik golnya berakhir dan dengan pelatih yang mengerti apa yang bisa ia lakukan, Fernandes seakan mendapat kesempatan untuk memulai lagi dari awal.
Perubahan taktik besar akan terjadi dengan pendekatan Amorim yang cenderung menggunakan formasi tiga bek. Namun, tidak diragukan lagi, apa pun strategi pelatih muda ini, Fernandes akan menjadi pusat dari rencana permainan tim.
Dengan kebutuhan akan gol yang mendesak di akhir era Ten Hag, kembalinya semangat menyerang ala Solskjaer akan sangat dinantikan. Dan siapa yang tahu sejauh mana potensi tim ini ketika serangan yang berani dipimpin oleh seorang kapten yang bersemangat penuh?
Sumber: Irish Independent