Bola.com, Jakarta - Hujan disertai angin kencang mengguyur kota Tokyo sejak pagi, Sabtu (2/11/2024). Cuaca dengan suhu sekitar 15 derajat celcius semakin terasa dingin karena efek hujan dan angin yang menerpa tubuh. Suasana tersebut mengiringi perjalanan hari kedua Bolacom yang menerima undangan dari pengelola kompetisi JLeague untuk datang menyaksikan langsung pertandingan di Jepang.
Menu hari kedua di Jepang adalah menyaksikan laga final Levain Cup alias Piala Liga Jepang. Turnamen ini diikuti oleh seluruh tim peserta kompetisi tiga strata J1, J2, dan J3 di Jepang yang jumlah totalnya ada 29 tim. Nagoya Grampus dan Albirex Niigata menjadi kontestan partai final.
Peluang untuk menjuarai JLeague sudah tertutup buat kedua tim. Tak heran jika laga final Levain Cup ini jadi ajang terakhir buat Nagoya Grampus dan Albirex Niigata untuk meraih trofi musim ini.
Tak Peduli Hujan
Situasi lapar gelar ini tercermin dari kondisi sebelum duel digelar di Stadion Nasional Tokyo, Jepang. Dua jam sebelum kick off, pendukung kedua tim sudah menyemuti sekitar venue yang berkapasitas 67.750 penonton ini.
Jika dibandingkan suasana di laga JLeague Kawasaki Frontale vs Kashima Antlers sehari sebelumnya, penonton laga final ini jauh lebih banyak. Mereka datang dari berbagai penjuru Tokyo. Kebanyakan fans Nagoya Grampus dan Albirex Niigata ini keluar dari stasiun kereta bawah tanah di sekitar Stadion Nasional. Dingin dan hujan tak menghalangi antusiasme penonton untuk datang.
Satu hal yang menarik adalah para penonton ini berasal dari bermacam kalangan. Tua-muda, pria-wanita, semuanya tumplek blek di area venue. Banyak terlihat penonton yang terdiri dari satu keluarga dan membawa anak-anak. Suasana yang aman dan nyaman membuat orang tua tak ragu membawa anak untuk datang.
Larangan di Tribun
Di dalam stadion, fasilitas yang tersedia memang lengkap dan tertata rapi. Ambil contoh, untuk keluarga yang membawa bayi dan kereta bayi, terdapat tempat parkir khusus kereta bayi. Kios penjual makanan juga berlimpah di dalam stadion.
Satu jam sebelum kick off, tribun stadion terlihat sudah hampir penuh. Full house. Sama seperti di Stadion Todoroki, suporter adu keras untuk meneriakkan yel-yel dan chant. Dalam jumlah yang jauh lebih banyak. Suasana begitu meriah dan gegap gempita. Layak jika atmosfer seperti ini menyelimuti stadion sebelum laga final.
Sayang, pihak pengelola JLeague tak mengijinkan atmosfer stadion ini diabadikan dalam bentuk video atau foto untuk dipublikasikan di media.
"Silahkan ambil foto dan video di luar stadion. Tapi di dalam stadion hal itu jangan dilakukan. Kalau dilanggar, ada konsekuensi yang harus ditanggung pihak yang melanggar. Kami harus melindungi kepentingan official pemegang hak siar," jelas Shoko Irie, perwakilan JLeague yang ada di venue.
Sebagai solusi, pihak JLeague memberikan foto-foto pertandingan buat media yang membutuhkan tapi tidak memiliki akses mendokumentasi pertandingan dan suasananya. Terkesan ribet. Namun apa yang dilakukan JLeague ini adalah hal yang memang harus dilakukan. "Kami akan kirimkan foto-foto lewat email," ujar Shoko lagi.
Man of The Match
Partai final berjalan dengan sengit. Nagoya Grampus sempat unggul dua gol lebih dulu. Lantaran mengira bakal mengakhiri laga dalam waktu normal, ofisial Nagoya Grampus sudah mengeluarkan kaos yang bertema juara. Namun jelang laga berakhir, Albrirex Niigata mampu menyamakan skor lewat sepakan penalti. Stadion seakan pecah.
Pada babak perpanjangan waktu, kedua tim menambah satu gol. Skor 3-3 tak berubah hingga babak perpanjangan waktu usai. Nagoya Grampus akhirnya menang adu penalti 5-4. Mitchell Langerak, terpilih jadi pemain terbaik. Kiper asal Australia itu sudah memastikan akan pergi setelah bermain di Nagoya Grampus sejak 2018.
"Bermain buat klub ini adalah pengalaman indah yang tak pernah terbayangkan. Rasanya tak akan cukup kata untuk mengungkapkan rasa terima kasih saya buat semua yang sudah mendukung selama ini. Terima kasih buat klub dan kota yang luar biasa dalam hidup saya," kata kiper yang pernah bermain buat Borussia Dortmund, Stuttgart, dan Levante ini.
Apresiasi dan respek luar biasa ditunjukkan suporter kedua klub. Fans Nagoya Grampus memberikan tepuk tangan membahana ketika para pemain Albirex Niigata naik podium untuk menerima medali dan penghargaan sebagai tim runner up. Sementara fans Albirex Niigata tak beranjak dari stadion sampai seremoni juara selesai.
Benar-benar suasana final ideal, di dalam lapangan dan tribun penonton. Di dalam dan luar stadion.