Cerita Indriyanto Nugroho: Mister Cepek yang Kini Fokus Pembinaan Sepak Bola Usia Dini

oleh Choki Sihotang diperbarui 09 Nov 2024, 11:15 WIB
Indriyanto Nugroho. (Bola.com/Dody Iryawan)

Bola.com, Jakarta - Dari ball boy, atau yang lebih akrab disapa anak gawang, hingga menjadi legenda sepak bola nasional, kisah perjalanan hidup Indriyanto Nugroho sungguh berwarna sarat makna.

Dari yang tidak dikenal menjadi bintang pujaan jutaan orang, Indriyanto Nugroho sosok yang tak akan pernah bosan untuk dibicarakan.

Advertisement

Bagi remaja awal 2000-an, tak ada yang tidak mengenal kelahiran Sukoharjo 14 September 1976. Ia salah satu penyerang top pada masanya, andalan di klub dan Timnas Indonesia.

Bakat mudanya yang bergelora di lapangan rumput membuat PSSI memberi kesempatan untuk berguru sepak bola modern ke Italia, bergabung dengan Indonesia primavera. Untuk level klub, ia pernah memperkuat Pelita Jaya, PSIS Semarang, serta Persik Kediri.

Selain pernah menjadi anak gawang, Indriyanto Nugroho, yang kini berusia 48 tahun dan kini menggeluti profesi sebagai pelatih bakat-bakat muda di Bogor City Football Academy, pernah pula dijuluki sebagai 'Mister Cepek'.

 
 
2 dari 4 halaman

Cerita soal Mister Cepek!

Legend Series - Indriyanto Nugroho (Bola.com/Adreanus Titus/Foto: Abdi Satria)

Apa yang terjadi? Legenda yang sangat dicintai oleh suporter PSIS Semarang itu menjadi rebutan Pelita Jaya - Arseto Solo jelang bergulirnya musim 1996/1997.

Saat itu, Indriyanto Nugroho baru saja tiba di Indonesia usai mengantongi banyak ilmu sepak bola dari Italia via program PSSI Primavera.

Sang bintang kemudian ke Solo, berlatih dengan Diklat Arseto. Indriyanto Nugroho sebenarnya berharap mendapat sodoran kontrak yang jelas dari Arseto. Hanya saja, tunggu ditunggu, nanti dinanti, kepastian kontrak tak hadir jua.

Pada saat bersamaan, klub kaya raya Pelita Jaya yang dimiliki pengusaha tajir Nirwan Bakrie datang dengan proposal yang lebih jelas dan menggiurkan. Indriyanto Nugroho tak kuasa menolak.

Arseto Solo tak memberi restu. Konflik pecah. PSSI turun tangan. Pada 29 Maret 1996, PSSI duduk bareng dengan Arseto Solo dan Pelita Jaya.

Singkat cerita, Arseto Solo akhirnya mau melepas Indriyanto Nugroho dengan nilai transfer yang terkesan meledek, yakni Rp100. Seratu rupiah? Ya, seratus rupiah!

Indriyanto Nugroho berlabuh ke Pelita Jaya dan menjadi pemain dengan nilai transfer termurah sepanjang sejarah Indonesia, mungkin juga dunia. Sejak itu, ia dijuluki 'Mister Cepek'.

3 dari 4 halaman

Kabar Terkini

Indriyanto Nugroho bersaudara dengan Hariyanto Prasetyo (Achsanulqosasi.com)

Lama tak muncul, apa kabar Indriyanto Nugroho? Lewat kanal YouTube Bola Bung Binder, ia bicara banyak hal sekaligus obat penawar rindu bagi publik sepak bola nasional.

"Setelah pensiun 2015, saya memutuskan menjadi pelatih karena saya punya lisensi C AFC waktu itu. Butuh waktu lima tahun bagi saya untuk bisa mencapai titik level sebagai asisten pelatih Timnas Indonesia U-19 yang dilatih Bima Sakti," kata Indriyanto Nugroho.

Menurut Indriyanto Nugroho, waktu itu Bima Sakti sedang mencari asisten pelatih. Wartawan olahraga senior yang juga komentator sepak bola, Yusuf Kurniawan, kemudian mengusulkan kepada Bima Sakti agar merekrut Indriyanto Nugroho yang merupakan koleganya di timnas.

"Gayung bersambut. Selanjutnya gabung ke timnas U-16 tahun 2019. Setelah itu kita jalan terus sampai Piala Dunia kemarin. Sekarang ya kembali ke talent scout, kembali ke pembinaan usia muda lagi. Sekarang di Bogor City Football Academy," imbuhnya.

4 dari 4 halaman

Cerita soal Pemain Usia Dini

Indriyanto Nugroho, striker veteran Timnas Primavera memulai karier dari nol melatih SSB. (Bola.com/Dok. Pribadi/Romi Syahputra)

Lantas, bagaimana dengan situasi dan kondisi pemain-pemain muda kita di akar rumput, khususnya yang berusia di bawah 16 tahun?

"Sebenarnya potensinya banyak sekali di daerah-daerah. Seperti yang kami lihat di Medan, Kendari, Ambon, Ternate, sangat banyak, tapi mereka kurang ada event. Kenapa event hanya di Jabodetabek saja sekarang? Padahal, di daerah ini lebih banyak potensinya yang bisa dikembangkan lagi," ujarnya.

"Khususnya lagi di Papua. Tindak lanjut dari federasi untuk mengembangkan sepak bola pembinaan usia muda di daerah-daerah. Kenapa hanya swasta saja yang bisa membuat kompetisi berjenjang. Padahal di daerah lebih banyak potensinya," lanjutnya.

Sebagai mantan jebolan pemain muda penuh bakat, apa yang kerinduan Indriyanto Nugroho merupakan sesuatu yang lumrah dan masuk akal.

Terlebih di saat seperti ini, di tengah gempuran pemain asing yang membludak di BRI Liga 1 serta pemain naturalisasi di Timnas Indonesia.

Hallo, PSSI?

 

Berita Terkait