Cerita Bayu Eka Sari: Berawal dari Nonton Timnas Indonesia dan Kecopetan di Pakansari, hingga Jadi Asisten Luis Milla

oleh Vincentius Atmaja diperbarui 11 Nov 2024, 08:57 WIB
Pelatih Timnas Indonesia, Luis Milla, didampingi penerjemahnya, Bayu Eka Sari, tampak kecewa menunggu acara jumpa pers yang terlambat di Hotel Alana, Sleman, Senin (12/6/2017). (Bola.com/Vitalis Yogi Trisna)

Bola.com, Jakarta - Sosok Bayu Eka Sari belum lama berkecimpung di sepak bola Indonesia. Ia dikenal sebagai satu di antara pelatih muda dan potensial, yang kini bekerja untuk klub BRI Liga 1, Dewa United.

Ia lahir di Makassar pada 26 Oktober 1990. Usianya baru 34 tahun, namun ia sudah punya bekal dengan menjadi asisten pelatih di klub sepert RANS Nusantara, Persib Bandung, dan sekarang Dewa United.

Advertisement

Tidak ada pengalaman sebagai seorang pesepak bola profesional yang dimilikinya. Murni semua karena hasratnya sebagai penggila sepak bola sejak kecil.

Siapa sangka, momen delapan tahun silam adalah titik awal untuk bisa berkecimpung di sepak bola Indonesia. Ya, saat itu Bayu Eka Sari masih menjadi suporter Timnas Indonesia yang sedang berlaga di Piala AFF edisi 2016, dan berkandang di Stadion Pakansari, Bogor.

Lantas bagaimana ceritanya, Bayu Eka Sari akhirnya bisa berkecimpung di sepak bola Indonesia, hingga pernah masuk jajaran tim pelatih Timnas Indonesia menjadi asisten Luis Milla?

Wujudkan Impian

Sebelum melamar pekerjaan di PSSI hingga akhirnya diterima, Bayu Eka masih berstatus sebagai karyawan di salah satu perusahaan di Jakarta. Namun, ia mengaku jenuh dengan rutinitas di pekerjaanya, dan selalu terbayang untuk bisa bekerja di dunia sepak bola.

Hingga akhirnya, bang BES diterima untuk bekerja di PSSI. Ia sempat ditanya perihal penguasaan bahasa Spanyol, karena ia dipoyeksikan menjadi penerjemah Luis Milla. Jodoh itu pun datang, Bayu Eka secara resmi bekerja di federasi sepak bola Indonesia dan menjadi asisten pelatih asal Spanyol itu.

Luis Milla tercatat menangani Timna Indonesia dalam periode 2017 hingga 2018 setelah perhelatan Asian Games di Jakarta.

"Akhirnya dapat kerja di federasi ditanya bisa bahasa apa, saya bilang bisa bahasa Eropa (Spanyol, Prancis, dan Portugis). Saya teleponan sama Luis Milla dan nyambung hingga menjadi asistennya," ujar Bayu Eka.

"Banyak teman yang menyayangkan saya keluar dari perusahaan. Saya enggak happy, mau rileks, dan mau nonton sepak bola. Akhirnya keterima sampai di office federasi setelah tidak mempekerjakan Luis Milla."

"Tapi lama-lama muncul hasrat untuk ke lapangan, saya keluar dengan bekal lisensi B untuk jadi asisten pelatih RANS Nusantara," lanjutnya.

 

2 dari 4 halaman

Momen Kecopetan dan Bisa Bahasa Spanyol

Bayu Eka Sari, penerjemah bahasa pelatih Timnas Indonesia, Luis Milla, berlibur ke Spanyol. (Bola.com/Dok. Pri)

Dalam perbincangan di podcast Liputan6 baru-baru ini, Bayu Eka Sari menceritakan pengalaman uniknya dengan sepak bola Indonesia, Timnas Indonesia, hingga kedekatannya dengan Luis Milla.

Pria yang akrab disapa bang BES tersebut punya kenangan yang sulit dilupakannya saat menonton langsung perjuangan Timnas Indonesia, di bawah polesan Alfred Riedl di Piala AFF 2016.

Ia harus mengeluarkan gocek hingga Rp500 ribu untuk membeli tiket pertandingan, harus memanjat pagar stadion, hingga kehilangan telepon genggamnya karena dicopet.

Serangkaian peristiwa itu memuncak ketika melihat sesi konferensi pers Luis Milla yang sudah dipersiapkan PSSI untuk menjadi pelatih baru Timnas Indonesia, sebagai pengganti Alfred Riedl.

Ia terkejut karena penerjemahnya memakai bahasa Inggris, situasi yang menggelitiknya lantaran Bayu Eka rupanya cukup menguasai beberapa bahasa negara Eropa, termasuk Spanyol.

Bang BES pernah menjadi mahasiswa di salah satu negara Eropa, dan bisa berbahasa Inggris, Prancis, dan Spanyol. Ia pun sangat ingin bekerja di linkungan PSSI, terutama menjadi penerjemah Luis Milla.

"Timnas Indonesia kalah dari Thailand di final, pelatihnya Alfred Riedl, dan saya masih fans biasa. Lalu saya melihat konferensi pers Luis Milla dan penerjemahnya pakai bahasa Inggris. Saya mikir ribet sekali, lalu berjalannya waktu saya cari tahu biar bisa bekerja di PSSI," kata Bayu Eka.

 

3 dari 4 halaman

Dapat Ilmu

Translator Timnas Indonesia, Bayu Eka Sari, hadir saat melawan PS Badung pada laga uji coba di Stadion I Wayan Dipta Gianyar, Bali, Jumat (28/7/2017). Timnas menang 6-1 atas PS Badung. (Bola.com/Vitalis Yogi Trisna)

Luis Milla mencatatkan 29 pertandingan memimpin Timnas Indonesia, dengan hasil 13 kali menang, tujuh imbang, dan 9 kali kalah. Ada banyak ilmu yang didapatkan bang BES dari sosok mantan pemain legendaris Barcelona itu.

"Dia membawa sepak bola yang lagi ngetren di Eropa saat itu yaitu sepak bola proaktif, menguasai bola, permainan cepat di sayap. Banyak yang bilang kenapa tidak tiki-taka, tapi sepak bola yang berkembang saat itu adalah permainan sayap, kejadian Prancis juara Piala Dunia 2018," tutur Bayu Eka.

"Contohnya lagi Spanyol juara Euro 2024. Mereka tidak bermain ball poessesion, tapi proaktif dari bawah, direct ketika bola sampai Lamine Yamal, Dani Olmo atau Morata. sepak bola akan seperti ini beberapa tahun."

"Kelemahan terbesar pelatih dalah waktu, dikejar waktu dan prestasi, dituntut dengan target. SEA Games 2017, kita kalah dari Malaysia. Kemudian lawan Uni Emirat Arab di Asian Games, memang berat, meski kita bermain lebih menekan. Sangat singkat kontrak Luis Milla yang 1,5 tahun dengan prestasi yang tak kalah bagus," lanjut dia menambahkan soal Luis Milla yang tak diperpanjang kontraknya oleh PSSI.

 

4 dari 4 halaman

Kabar Luis Milla

Pelatih kepala Persib Bandung, Luis Milla saat laga lanjutan BRI Liga 1 2022/2023 antara Persib Bandung melawan PSM Makassar di Stadion Pakansari, Bogor, Selasa (14/02/2023). (Bola.com/Bagaskara Lazuardi)

Setelah tak menangani Timnas Indonesia, Luis Milla kembali berkecimpung di sepak bola Tanah Air. Ia mengarsiteki Persib Bandung di Liga 1 pada periode Agustus 2022 hingga Juli 2023, memimpin 30 pertandingan untuk Mang Bandung.

Bayu Eka Sari yang memang sudah dekat dengannya, kembali diminta menjadi asisten di Persib. Bayu mengaku masih sering berkomunikasi dengan pelatih berusia 58 tahun itu dan masih mengikuti sepak bola Indonesia.

"Saya yakin kalau Luis Milla jadi pelatih di era federasi sekarang, saya yakin dapat waktu dan persiapan timnya. Pemerintah banyak membantu, profesionalnya federasi, dan dukungan penuh masyarakat. Saat itu situasinya memang lebih sulit, tidak diperpanjang, kontraknya habis, yang tahu Luis Milla dan federasi kenapa kontraknya harus selesai."

"Dia cinta Indonesia, sering tanya sepak bola Indonesia karena ada tawaran melatih. Kesempatan itu datang jadi pelatih Persib. Belum lama ini dia mengaku dapat tawaran dari Iran, dengan nada bercanda maunya melatih di Indonesia saja," tandas Bayu Eka memungkasi.

Sumber: Kanal Youtube Liputan6

Berita Terkait