Bola.com, Jakarta - Saat ini, siapa yang tak mengenal Rizky Ridho. Pada usianya yang masih terbilang belia, 22 tahun, ia sudah memahat sejarah.
Pada 2023 lalu, Rizky Ridho ikut membawa Timnas Indonesia memenangkan medali emas sepak bola SEA Games, setelah tak pernah lagi memenangkannya sejak SEA Games 1991 di Malina, Filipina.
Setahun berselang, ia berkontribusi di balik kesuksesan Timnas Indonesia U-23 melaju jauh di Piala Asia U-23 2024, dan kini pemain kelahiran Surabaya 21 November 2001 menjadi salah satu pemain penting pelatih Shin Tae-yong di Grup C putaran ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia.
Pada 16 dan 19 November mendatang, Rizky Ridho juga berpotensi dimainkan saat Skuad Garuda menjamu Jepang dan Arab Saudi di Stadion Utama Gelora Bung Karno Jakarta.
Selain di timnas, karier Rizky Ridho di level klub juga moncer. Selepas memperkuat Persebaya Surabaya dari 2020 hingga 2023, ia melanjutkan karier ke Persija Jakarta dan memasuki musim 2024/2025 dengan dipercaya sebagai kapten Macan Kemayoran.
Sukses Rizky Ridho tak jatuh begitu saja dari langit. Kerja keras, kesabaran, dan doa merupakan santapan sehari-sehari menapaki karier.
Peran Besar Sang Ayah
Sosok penting di balik kesuksesan Rizky Ridho, siapa lagi kalau bukan ayahnya tercinta, Sutoyo. Menurut Rizky Ridho, ayahnya tak hanya memberikan motivasi tapi juga tak jemu-jemu menggembleng fisik dan stamina sang anak.
"Dulu ayah yang sangat keras sama saya. Ayah kan kerja di pasar. Pergi jam 1 dini hari, pulangnya ham 9 pagi. Jadi enggak ketemu saya waktu ke sekolah. Ayah hanya berpesan, kalau tiap pagi itu lari. Jangan tidur, terus berangkat ke sekolah," kata Rizky Ridho, mengenang awal-awal perjuangannya, lewat kanal YouTube Sportcast77.
"Bagaimana mau jadi pemain bola hebat kalau tidur terus sekolah. Jadi setiap pagi saya otomatis lari di kampung itu keliling-keliling. Kadang di depan rumah. Sampai bermain di Persebaya pun seperti itu. Mau dibilang orang apalah, saya enggak peduli. Yang penting saya menambah saja sendiri, seperti skiping, lari," lanjutnya.
Menurut Rizky Ridho, dulu fisiknya tak seperti sekarang. Itulah mengapa, ayahnya selalu mengingatkannya.
"Saya juga merasa, waktu di SSB saya ditaruh di gelandang. Pelatih-pelatih sering bilang fisik kamu kurang. Akhirnya dicoba di stoper lebih simpel mainnya dan Alhamdulillah bisa sampai sekarang," kisahnya.
Terkadang Rizky Ridho tak kuat juga harus menyantap program fisik tambahan dari ayahnya.
"Sampai kadang habis latihan gitu, sepatu saya taruh di depan rumah. Sengaja, biar kalau ayah pulang, oh iya anak saya tadi latihan," ujar Rizky Ridho seraya tertawa renyah.
"Ibu juga bilang, 'latihan situ, nanti ayah marah. Katanya mau jadi pemain bola'," kenangnya.
Pernah Berdagang Ayam saat Kompetisi Terhenti
Cerita menarik lainnya, tak banyak yang tahu kalau Rizky Ridho pernah membantu salah satu saudaranya berjualan ayam potong. Itu ia lakoni saat COVID-19 melanda yang membuat kompetisi terhenti. Tabungan pun perlahan terkuras.
"Sempat membantu kakak saya jual ayam. Saya promosikan di Instagram," ujar bek yang kini bermain untuk Persija Jakarta itu.
"Waktu itu lumayan, follower saya sudah 30 ribu. Saya post saja, siapa yang beli ayam, saya bilang saya yang mengantar sendiri. Alhammdulillah, satu hari untungnya bisa Rp300 ribu. Senangnya minta ampun," kisah Ridho.
Cerita Awal Bergabung Bersama Timnas Indonesia
Penunjukan Shin Tae-yong sebagai pelatih Timnas Indonesia pada Januari 2020 mendatangkan berkah tersendiri bagi Rizky Ridho. STY memanggilnya ikut seleksi bersama 60 pemain lainnya.
"Saya seleski di Cikarang, ada 60 orang itu. Karena ikut TC, ada uang saku. Akhirnya saya tabung-tabunglah. Itu seleksinya seminggu. Mulai pengenalan dan game 11 lawan 11. Shin TAe-yong mantau di atas. Kalau dia gabut itu, ngetrap sendiri di tangga-tangga tribune stadion," kisahnya.
"Saya habis bermain sengaja melihat ke atas dia sedang apa. Ternyata lari-lari saja sendiri di tribune. 'Ini orang kuat sekali, sudah tua juga,' saya bilang begitu," kata Rizky Ridho, lagi-lagi tertawa.
"Habis TC kami berangkat ke Thailand lalu dua bulan ke Kroasia. Waktu di Thailand parah sekali, yang kira-kira lolos seleksi, enggak ikut lagi yang game 11 lawan 11. Jadi waktu itu saya, Saddam, Dewangga, Witan, dan teman-teman itu enggak ikut yang 11 lawan 11 lagi."
"Kita latihan terpisah, sprint-sprint saja. Terus saya sok-sok ngejek pelatih fisik, 'coach masa ringan banget'. Akhirnya dia bilang, 'awas, i kill you in Thailand'," lanjutnya.
Kisah Latihan Keras untuk Menggenjot Kualitas Fisik
Benar saja, pelatih fisik memberikan menu latihan berat kepada Rizky Ridho cs. Latihan fisik yang belum pernah mereka dapat sebelumnya.
"Di Thailand benar-benar, tidur pun di bus. Ada waktu 30 menit itu habis digojlok, dimanfaatkan buat tidur. Enggak ada waktu main hape lagi. Serius," ujarnya.
Seberat apa latihannya? "Pagi latihan. Start makan jam 9. Terus berangkat. Start latihan mulai jam 11. Dia menyuruh bawa dua sepatu. Jadi awalnya kami latihan dasar-dasar, passing-passing yang menurut beliau kita kurang baik, diperbaiki."
"Setelah itu, kami disuruh ganti sepatu. Beliau naik mobil golf. Pelatih lain naik sepeda. Kami ngapain ini? Enggak tahunya kami disuruh jogging sampai ujung tempat kami naik bus tadi, lalu kembali lagi sampai training centre. Harus di bawah 25 menit."
"Kalau melebihi 25 menit, lari tambahan lagi di lapangan itu. Hukuman lagi. Jadi seperti ini, dia naik mobil sama Jeje di depan, kita lari mengejar dia. Terus, sore hari jam 3 ada uji coba lawan Universitas Korea. Kami pikir enteng menghadapi tim universitas, ternyata kami kalah. pemain lawan besar-besar. Padahal di Indonesia enggak ada kayak gini. Besok hari seperti itu lagi, hampir 10 hari kita di Thailand seperti itu."
Tempaan demi tempaan membuat performa, fisik, mental, percaya diri, dan semangat juang Rizky Ridho terus membaja. Kini, jelang bentrok kontra Jepang, rakyat Indonesia menaruh harapan besar di pundaknya.
Selamat berjuang, Rizky Ridho!
Baca Juga