Bola.com, Jakarta - Setelah hampir meraih juara di 2023, tetapi kalah dari Francesco Bagnaia di balapan terakhir, Jorge Martin yang merasa gelar tersebut "dirampas" darinya membuat janji tegas: "Tahun depan adalah milik saya".
Janji itu ditepati Jorge Martin pada musim ini.
Dengan menunjukkan kedewasaan dan konsistensi, ia mengalahkan Bagnaia dalam perebutan gelar, meski memenangkan lebih sedikit balapan dibanding rivalnya.
Bagnaia mencatat 11 kemenangan dari 20 balapan musim ini, sedangkan Martin hanya menang tiga kali. Namun, performa Martin dalam 'balapan setengah jarak' aka sprint race di hari Sabtu mengukuhkan reputasinya sebagai "Raja Sprint" MotoGP sejati.
Sepanjang musim, Martin mengamankan podium dalam sprint atau balapan utama – bahkan kadang di keduanya – di setiap seri. Total, ia mencatat 32 podium dari 40 balapan, yang akhirnya mengukuhkan namanya di trofi MotoGP Champions Tower yang gemerlap.
"Ini perjalanan yang panjang. Karier saya tidaklah mudah. Saya memang mendapatkan peluang bagus, tetapi saya merasa peluang itu saya bangun sendiri," ujar Martin.
"Saya bekerja sangat keras. Banyak pengorbanan yang saya lakukan di rumah setiap hari untuk menjadi orang yang lebih baik. Musim lalu, saya punya kesempatan, tetapi saya belum siap untuk menang. Namun, tahun ini saya merasakannya, ini adalah tahun saya," imbuh Martinator, julukan Jorge Martin.
Belajar dari Kesalahan
Bagnaia menghadapi masalah akibat beberapa kecelakaan yang membuatnya harus mengejar ketertinggalan pada paruh kedua musim. Satu di antara momen krusial terjadi di sprint di Sepang, ketika Bagnaia terjatuh saat berusaha mengejar Martin.
Kendati memenangkan balapan utama di Sepang dan menyusul dengan kemenangan ganda di Barcelona, Bagnaia tetap tertinggal 10 poin di akhir musim.
Berbeda dengan musim lalu, di mana Martin gagal naik podium dalam tiga balapan terakhir, musim ini ia tampil lebih matang. Kecuali keputusan yang kurang tepat untuk mengganti motor saat hujan di San Marino, Martin hampir tidak membuat kesalahan berarti.
"Musim lalu saya sangat tegang dan gugup. Saya benar-benar kesulitan dengan situasi dan merasakan banyak tekanan," ujar Martin di Sepang lalu.
"Tahun ini, saya merasa jauh lebih dewasa... Saya mencoba belajar dari rasa sakit dan momen-momen buruk. Kekalahan juga bisa memberikan pelajaran yang luar biasa."
Kegagalan Bagnaia mencetak poin di lima balapan sprint menjadi celah yang dimanfaatkan Martin untuk memimpin klasemen dengan keunggulan signifikan.
Meski Ducati berhasil mengamankan gelar konstruktor dengan enam seri tersisa, tim pabrikan ini tidak banyak merayakan dalam beberapa bulan terakhir.
Di tengah kelembapan tinggi di Sepang, suasana pasrah tampak terasa di garasi Ducati, sementara Martin secara emosional mengunci gelar juara di Barcelona.
Babak Baru Bersama Aprilia
Dulu dianggap sebagai kandidat kuat untuk kursi tim pabrikan Ducati, Martin akhirnya memilih jalannya sendiri ketika Ducati lebih condong merekrut Marc Marquez untuk menjadi rekan setim Bagnaia musim depan.
Martin, yang merasa tidak dihargai, mengatakan bahwa Aprilia "sangat menginginkannya".
Kini, Martin meninggalkan Ducati dengan gelar juara dunia, membuktikan diri sebagai yang terbaik.
Tahun depan, ia akan membalap bersama Aprilia dengan nomor satu di motornya – meninggalkan jejak prestasi yang tak terbantahkan.
Sumber: Reuters