Negara dan Klub yang Sukses Ketika Ditangani Pelatih Asal Belanda: Korsel Paling Fenomenal

oleh Choki Sihotang diperbarui 24 Nov 2024, 14:00 WIB
Guus Hiddink melatih Real Madrid pada musim 1998-1999. Setelah itu, Hiddink sukses dengan Timnas Korea Selatan, Rusia dan Australia serta tiga gelar juara Liga Belanda bersama PSV dan Piala FA bersama Chelsea. (AFP/SPORTASIA/Robyn Beck)

Bola.com, Jakarta - Penunjukan Arne Slot sebagai pelatih baru Liverpool sejauh ini bisa dibilang oke. Soalnya, hingga pekan ke-11, Liverpool masih memuncaki klasemen sementara Premier League 2024/2025.

The Reds melaju sendiri dengan torehan 28 poin atau unggul lima angka dari pesaingnya terberatnya di posisi kedua yang juga juara bertahan musim lalu, Manchester United.

Advertisement

Jika bisa tampil konsisten, bukan tak mungkin The Reds akan kembali menjadi yang terbaik kasta tertinggi Inggris.

Liverpool terakhir kali juara pada musim 2019/2020 saat masih ditukangi pelatih legendaris mereka berkebangsaan Jerman, Jurgen Klopp.

Bagi Arne Slot sendiri, melatih Liverpool merupakan tantangan tersendiri mengingat pria 46 tahun tersebut masih terbilang wajah anyar di pentas Premier League.

Sebelum terbang ke negara Raja Charles III, Arne Slot, yang saat masih aktif sebagai pemain pernah memperkuat FC Zwolle dan NAC Breda, menukangi raksasa Belanda, Feyenoord.

Panen trofi bersama Feyenoord itulah yang membuat manajemen Liverpool kepincut mengangkut Arne Slot ke Anfield guna mengisi posisi yang ditinggalkan oleh Jurgen Klopp.

Tak butuh waktu lama, Arne Slot langsung tancap gas dengan membawa Virgil van Dijk dan kawan-kawan ke puncak klasemen sementara.

Apakah Arne Slot akan menorehkan sejarah di musim debutnya bersama Liverpool? Hanya waktu yang bisa menjawab.

Yang pasti, sejumlah pelatih ber-KTP Belanda pernah menorehkan sejarah di kampung orang, baik di level klub maupun tim nasional.

Inilah kisah mereka:

2 dari 4 halaman

Guus Hiddink

Guus Hiddink. Eks pelatih berusia 75 tahun yang kini menjadi Direktur Teknik Timnas Curacao sejak awal Mei 2022 ini merupakan pelatih kedua asal Belanda yang mampu meraih trofi Piala Champions. Ia meraihnya di musim kedua pada periode pertamanya membesut PSV Eindhoven pada musim 1987/1988 usai mengalahkan Benfica lewat adu penalti di partai final. Total ia menukangi PSV selama 3 tahun di periode pertamanya, mulai Maret 1987 hingga Juni 1990. (AFP/Jacques Demarthon)

Di Korea Selatan, tak ada yang tak mengenal Guus Hiddink. Termasuk generasi saat ini. Namanya diceritakan dan dikisahkan turun temurun, lintas generasi.

Guus Hiddink dikenang sepanjang masa karena pernah membuat yang tak mungkin menjadi mungkin. Itu tersaji di Piala Dunia 2002. Ketika itu, tak ada yang menyangka kalau Korsel bakal menjelma menjadi salah satu tim yang sangat mengerikan.

Bagaimana tidak, di bawah telunjuk Guus Hiddink, Taegeuk Warriors merangsek hingga ke semifinal, sesuatu yang tak pernah mereka toreh di pentas terakbar empat tahunan, bahkan sampai detik ini.

Di fase Grup D, mereka tampil sebagai jawara grup. Di babak 16 besar, pasukan Guus Hiddink menghancurkan Italia. Lalu, di perempatfinal, giliran Spanyol yang mereka permalukan via adu penalti yang berakhir dengan skor 5-3.

Jika saja di semifinal Korsel bisa mengalahkan Jerman, wow, Negara Ginseng itu bukan tak mungkin akan terus menggila dan tampil sebagai kampiun.

Sayang, dalam perebutan tempat ketiga kontra Turki, Korea Selatan kalah tipis 2-3. Guus Hiddink tak ubahnya 'dewa', disanjung dan dipuja kemudian didapuk sebagai warga negara kehormatan sepanjang masa.

3 dari 4 halaman

Johan Cruyff

Johan Cruyff. (Sumber: Pixabay)

Ia dijuluki Pangeran Belanda di lapangan hijau. Di sana, tak ada yang lebih besar, lebih melegenda, dan lebih agung dari Johan Cruyff.

Meski tak pernah memenangkan Piala Dunia bersama Belanda, Johan Cruyff tetap saja disejajarkan dengan seniman bola dunia macam Pele dan Maradona, dimana ketiganya sudah sama-sama telah berpulang.

Jejak kejayaan Johan Cruyff masih bisa dilihat di Ajax, Barcelona, baik ketika ia masih bermain dan berstatus pelatih.

Banyak tang tak tahu, kalau tika-tika yang identik dengan Barcelona berawal dari kaki Johan Cruyff, dimana pada Piala Dunia 1974, Belanda yang diarsiteki Rinus Michels merevolusi permain sepak bola lewat Total Football.

Tatkala dipercaya menukangi Barcelona, Johan Cruyff menerapkan gaya permainan Total Football yang kemudian dikenal dengan tiki-taka ala Blaugrana. Hasilnya, Barcelona tampil digdaya dalan kurun waktu 1988 hingga 1996 di bawah rezim Johan Cruyff.

4 dari 4 halaman

Louis van Gaal

Louis van Gaal direkrut oleh Barcelona pada 1997 usai prestasinya bersama Ajax Amsterdam. Kedatangannya pun berdampak positif dengan berhasil merengkuh dua gelar La Liga, sekali Copa Del Ray, dan sekali UEFA Super Cup. Namun, gara-gara tak mampu menyabet trofi Liga Champions, Van Gaal kemudian dipecat. Selain itu, hubungannya dengan sejumlah pemain misalnya Rivaldo juga menjadi alasan tambahan. (AFP/Oli Scarff)

Ia pernah disebut-sebut sebagai salah satu kandidat yang paling tepat untuk menukangi Timnas Indonesia, jika PSSI pada akhirnya harus mendepak Shin Tae-yong.

Berusia 73 tahun, Louis van Gaal sosok pelatih kaya pengalaman. Jam terbangnya menukangi sejumlah klub dan Timnas Belanda tak perlu lagi diragukan, apalagi diperdebatkan.

Entah sudah berapa gelar ia raih, baik ketika mengarsiteki Ajax, Barcelona, pun Bayern Munchen. Ketiganya tangguh di kompetisi domestik, juga zona Eropa.

Di ajang Piala Dunia 2014, mantan pelatih Manchester United juga disanjung karena mampu membawa Belanda ke semifinal dan finis di peringkat ketiga.

Pada Piala Dunia 2022 Qatar, Louis van Gaal kembali dipercaya memimpin Belanda. Hanya saja, De Oranje hanya mampu bertahan sampai babak perempatfinal.

 

Berita Terkait