Seberapa Besar Erling Haaland Harus Disalahkan atas Hasil Terkini Man City?

oleh Aning Jati diperbarui 26 Nov 2024, 10:45 WIB
Pemain Manchester City, Erling Haaland, tampak kecewa setelah gagal mencetak gol ke gawang Bournemouth pada pertandingan lanjutan Liga Inggris di Vitality Stadium pada Sabtu (2/11/2024). (AFP/Justin Tallis)

Bola.com, Jakarta - Manajer Man City, Pep Guardiola, sedang menghadapi situasi baru dalam kariernya.

Sebelum kekalahan dari Tottenham Hotspur di Premier League pada Minggu dini hari WIB lalu, Guardiola belum pernah mengalami lima kekalahan beruntun sejak menjadi manajer Man City, delapan tahun yang lalu.

Advertisement

Ini adalah periode terburuk yang dialami Guardiola sejak kedatangannya di sepak bola Inggris.

Banyak pihak menyebut absennya Rodri karena cedera sebagai alasan utama penurunan performa Man City. Memang benar, tanpa pemenang Ballon d'Or yang biasanya menjadi penghubung permainan di lini tengah, permainan The Citizens terlihat lebih rapuh.

Ada juga anggapan bahwa usia rata-rata skuad Man City terlalu tua untuk terus bermain dengan gaya yang diinginkan Guardiola.

Namun, peran Erling Haaland dalam situasi ini juga patut diperhatikan.

2 dari 4 halaman

Membatasi Fleksibilitas Permainan

Pemain Manchester City, Erling Haaland tengah berpikir saat laga lanjutan Liga Inggris 2024/2025 melawan Southampton yang berlangsung di Etihad Stadium, Manchester, Inggris, Sabtu (26/10/2024). (AFP/Oli Scarff)

Kendati Haaland adalah satu di antara pencetak gol terbaik generasinya dengan catatan luar biasa 75 gol dari 78 penampilan Premier League dalam tiga musim terakhir, kehadirannya terkadang membatasi fleksibilitas permainan Man City, baik saat menguasai bola maupun tanpa bola.

Dalam pertandingan melawan Tottenham, Haaland hanya menyentuh bola sebanyak 24 kali sepanjang laga. Sebagai perbandingan, Ederson, kiper City, bahkan lebih sering menyentuh bola.

Tidak ada pemain utama lain yang lebih jarang terlibat dalam permainan dibandingkan striker asal Norwegia itu.

Meski Haaland memiliki peluang mencetak gol, ia lebih sering terlihat sebagai pemain yang terisolasi di lapangan.

Ketika tanpa bola, Haaland juga dinilai kurang efektif dalam melakukan pressing dari lini depan. Dalam kekalahan melawan Spurs, ia tidak mencatat satu pun tekel.

Sebaliknya, pemain-pemain Tottenham seperti James Maddison, Dejan Kulusevski, dan Brennan Johnson berhasil menciptakan tekanan tinggi yang berujung pada kesalahan Man City.

Hal ini bertentangan dengan ekspektasi Guardiola terhadap para penyerangnya.

3 dari 4 halaman

Kehilangan Ritme Permainan

Kekalahan ini membuat City turun ke peringkat kedua dengan 23 poin dari 10 laga, Mereka tertinggal dua poin dari Liverpool sebagai pemuncak klasemen sementara Liga Inggris. (AP Photo/Kirsty Wigglesworth)

Walau terlihat tidak adil menyalahkan Haaland atas masalah yang juga dialami lini tengah dan belakang, kenyataannya Man City terlalu mudah ditembus.

Kurangnya tekanan dari lini depan, yang biasanya dimulai oleh pemain seperti Haaland, bisa menjadi satu di antara penyebabnya.

Performa Haaland yang tidak mampu menjadi motor penggerak tim di lini depan membuat Man City kehilangan ritme permainan yang diinginkan.

Guardiola kini menghadapi banyak pekerjaan rumah. Kevin de Bruyne, satu di antara pemain kunci, kontraknya akan habis pada akhir musim. Kyle Walker tidak lagi tampil seperti pemain vital yang dulu menjadi andalan The Citizens.

Sementara itu, Rodri diperkirakan tidak akan kembali bermain hingga musim panas mendatang.

Jika situasi ini terus berlanjut, Man City berisiko kehilangan peluang besar musim ini.

Gol-gol Haaland mungkin dapat menjadi penyelamat, mengingat ia sudah mencetak 15 gol di semua kompetisi musim ini. Namun, striker berusia 24 tahun itu juga tidak seharusnya lolos dari evaluasi. Ia mungkin saja menjadi bagian dari masalah yang saat ini dihadapi Man City.

 

Sumber: Forbes

4 dari 4 halaman

Cek Persaingan di Liga Inggris Musim Ini

Berita Terkait