Bola.com, Jakarta - David de Gea telah membuktikan ucapannya pada hari pertama bergabung dengan Fiorentina, bahwa ia ingin "mencetak sejarah" bersama klub tersebut.
Tiga bulan kemudian, hal itu tampaknya telah menjadi kenyataan.
Fiorentina meraih kemenangan ketujuh berturut-turut di Serie A, Minggu (24/11/2024), dengan kemenangan 2-0 atas Como. Ini adalah pencapaian luar biasa yang sebelumnya hanya terjadi sekali pada 1960.
David de Gea menjadi elemen krusial dalam kebangkitan Fiorentina.
Momen Penting De Gea
Dalam pertandingan melawan Como, De Gea mencatatkan clean sheet kelimanya sejak debut liga pada 15 September, lebih banyak dibandingkan kiper lain dalam periode yang sama. Namun, pencapaiannya bukan tanpa kerja keras.
Satu di antara momen penting terjadi saat Fiorentina unggul 1-0 di Stadio Giuseppe Sinigaglia. Edoardo Goldaniga melepaskan tembakan jarak dekat yang berhasil ditepis De Gea dengan lututnya, diikuti penyelamatan gemilang lainnya dari Federico Barba.
Penjaga gawang asal Spanyol ini bahkan sempat memukul bola sebelum Goldaniga bisa memanfaatkan rebound kedua.
Manajer Como sekaligus mantan rekan setimnya di Timnas Spanyol, Cesc Fabregas, mengakui dan berkomentar:
"Saya belum pernah melihat penyelamatan seperti itu dalam beberapa tahun terakhir."
Pendukung Fiorentina pun berdebat apakah penyelamatan itu merupakan yang terbaik sejak ia mengenakan seragam ungu.
Sebelumnya, De Gea juga tampil heroik dengan menggagalkan dua penalti dalam kemenangan 2-1 atas Milan, yang menjadi awal dari rentetan tujuh kemenangan beruntun ini.
Motivasi Baru
Siapa sangka performa gemilang ini datang dari seorang pemain yang sempat menganggur selama lebih dari setahun setelah dilepas Manchester United pada 2023?
Banyak yang mengira De Gea akan pensiun, tetapi ia memberi penegasan.
"Saya tidak pernah berpikir untuk pensiun. Hanya saja sulit menemukan motivasi untuk babak baru setelah 12 tahun di klub besar," ungkapnya.
Kendati hanya berlatih secara pribadi dan bermain padel selama masa istirahatnya, De Gea harus beradaptasi kembali dengan atmosfer kompetisi.
Pada debutnya bersama Fiorentina di kualifikasi Conference League melawan Puskas Akademia, ia kebobolan tiga gol. Fiorentina nyaris tersingkir dan harus melewati adu penalti untuk melaju.
Kota Saksi Kebangkitan
Awal musim tampak berat. Di bawah pelatih baru Raffaele Palladino, Fiorentina hanya menang sekali dalam sembilan pertandingan kompetitif pertama.
Namun, Kota Florence, yang dikenal sebagai tempat lahirnya Renaisans, kini menjadi saksi kebangkitan karier para pemain. Selain De Gea, Moise Kean juga bersinar dengan mencetak 12 gol dalam 15 pertandingan setelah musim tanpa gol di Juventus.
Di lini belakang, Robin Gosens, yang bergabung dari Union Berlin, tampil memukau hingga kembali memperkuat Timnas Jerman.
Edoardo Bove, lulusan akademi Roma, juga mencetak gol spektakuler melawan mantan klubnya.
Keberhasilan ini tak lepas dari fleksibilitas Palladino. Setelah awal yang buruk dengan formasi tiga bek, ia beralih ke formasi 4-2-3-1 yang lebih kompak, mengutamakan transisi cepat dan pertahanan solid.
Ancaman di Serie A
Meski begitu, Palladino tetap terbuka untuk perubahan taktis selama pertandingan.
Ketika ditanya tentang performa Kean, Palladino berkomentar:
"Moise tidak bermain maksimal hari ini, dari sisi teknis, dan saya sudah bicara dengannya soal itu. Tapi, dari luar, semua orang hanya melihat golnya."
Pernyataan ini mencerminkan pendekatan Palladino yang keras, tetapi realistis.
Fiorentina tidak memiliki sumber daya sebesar tim-tim papan atas seperti Inter atau Juventus, tetapi dengan kerja keras dan semangat kolektif, mereka perlahan menjadi ancaman di Serie A. S
"Kami adalah tim yang harus bekerja keras, tetap fokus, dan berkorban demi tim. Baru nanti kita lihat klasemen dan menentukan tujuan," begitu yang dikatakan Palladino.
Sumber: The Guardian
Baca Juga