Cerita dari Portugal: Menyingkap Kutukan 100 Tahun Tanpa Gelar Eropa di Museum Benfica

oleh Bagaskara Lazuardi diperbarui 26 Nov 2024, 18:45 WIB
Museum Benfica di kompleks Estadio da Luz, Lisbon, Portugal. (Bola.com/Bagaskara Lazuardi)

Bola.com, Jakarta Menarik rasanya mencari cerita sisi lain dari klub besar sepak bola. Tak hanya soal kesuksesannya, tapi juga menggali lebih dalam hingga dongeng dan mitosnya.

Kali ini, Bola.com mendapatkan kesempatan melawat ke museum klub tersukses di Liga Portugal, yaitu Benfica. Itu menjadi rangkaian agenda Korea-Korea Selecao pada hari kelima pemusatan latihan di Portugal, Senin (25/11).

Advertisement

Museum Benfica terletak satu kompleks dengan Estadio da Luz. Di dekatnya ada pusat merchandise resmi klub berjuluk As Aguias tersebut.

Memasuki museum, rombongan langsung disambut dengan patung sang pelatih kebanggaan Benfica, Bela Guttmann. Ia satu-satunya pelatih yang berhasil mempersembahkan gelar Piala Eropa yang kini dikenal dengan Liga Champions.

Namun, kesuksesan itu berubah menjadi hal buruk bagi Benfica. Melahirkan mitos kutukan yang hingga kini bukan hanya menjadi cerita fiksi belaka.

 

2 dari 3 halaman

100 Tahun Tanpa Gelar Eropa

Suasana Museum Benfica di kompleks Estadio da Luz, Lisbon, Portugal, Senin (25/11/2024). (Bola.com/Bagaskara Lazuardi).

Bela Guttmann merupakan mantan pelatih dari Benfica pada 1959 hingga 1962.

Di tangan Guttmann, Benfica menjelma sebagai tim kuat di Eropa. Mereka bahkan berhasil menyabet dua gelar Piala Eropa (sekarang Liga Champions) pada 1961 dan 1962.

Tidak main-main, saat itu Benfica pada berhasil menumbangkan dua raksasa Spanyol, Barcelona pada 1961, dan Real Madrid pada 1962 di laga final Piala Eropa.

Sayangnya, kegemilangan Benfica tersebut menjadi awal mula dari petaka.

Guttmann yang berhasil membawa Benfica menjadi Raja Eropa berusaha mengajukan kenaikan gaji kepada presiden baru Benfica, Antonio Carlos Cabral Fezas Vital.

Namun, karena tuntutan dari sang pelatih dirasa tak masuk akal, permintaan tersebut ditolak. Bela Guttmann memutuskan meninggalkan Benfica. Tak hanya hengkang, pelatih Hungaria tersebut juga mengutuk Benfica.

Begini bunyi kutukan dari Bela Guttman, “Not in 100 years from now will Benfica win a European Cup” atau yang berarti Benfica tidak akan memenangkan Piala Eropa dalam 100 tahun mendatang.

 

3 dari 3 halaman

Berusaha Melepas Belenggu Kutukan

Koleksi trofi di Museum Benfica, milik klub Benfica, di Lisbon, Portugal. (Bola.com/Bagsakara Lazuardi)

Kutukan Bela Guttmann tersebut seolah nyata bagi Benfica. Sejak ditinggalkan oleh sang pelatih, tidak ada satu pun gelar Eropa yang berhasil mereka bawa hingga 2024.

Benfica hanya puas menjadi finalis Piala Eropa (Liga Champions) pada 1968, 1988, dan 1990. As Aguias, julukan Benfica, kalah dari Manchester United, PSV Eindhoven, dan Milan.

Nasib yang sama juga terjadi di kompetisi Liga Europa atau yang kala itu bernama UEFA Cup. Benfica gagal mengangkat trofi pada 1983 setelah kalah dari Anderlecht dengan skor 1-2.

Kasus paling baru adalah final Liga Europa 2013 dan 2014. Benfica lagi-lagi kandas di partai final setelah kalah dari Chelsea dan Sevilla.

Kini, Bela Guttmann telah tiada. Ia meninggal 28 Augustus 1981 dan dimakamkan di Wina, Austria.

Jika kutukan tersebut belum dicabut, akankan Benfica benar-benar tanpa gelar Eropa hingga 2062?

Berita Terkait