Bola.com, Jakarta - Mantan penyerang Timnas Indonesia, Mustaqim, melayangkan pujian untuk sosok Ragnar Oratmangoen yang belakangan ini menjadi andalan Shin Tae-yong untuk mengisi lini depan skuad Merah Putih.
Sejak resmi menjadi warga negara Indonesia, Ragnar Oratmangoen menjadi sosok pemain yang paling sering dipercaya Shin Tae-yong. Dia sejauh ini sudah mencetak dua gol dan dua assist dari sembilan pertandingan di Kualifikasi Piala Dunia 2026.
Mustaqim menjelaskan minimnya stok penyerang mematikan di skuad Timnas Indonesia memang memaksa Shin Tae-yong menggeser posisi Ragnar yang awalnya beroperasi di winger menjadi striker.
“Dari awal, Timnas Indonesia ini tidak punya striker yang bertipe killer. Artinya, tidak ada sosok penyerang yang berbahaya di area kotak penalti. Dari awal ini tidak punya,” kata Mustaqim dalam kanal YouTube Bicara Bola by Akmal.
“Ragnar Oratmangoen dan Rafael Struick ini akhirnya dijadikan striker. Namun, dari segi kekuatan, mereka masih kurang. Ketika harus berduel dengan bek lawan, mereka masih kalah,” tambah dia.
Pemain Bertipe Barbar
Dalam skema 3-4-3, Ragnar Oratmangoen dan Rafael Struick memang jadi dua pemain yang paling sering dipercaya untuk mengisi pos lini depan. Sedangkan satu slot lainnya secara bergantian diisi pemain lain.
Nama-nama tersebut mulai dari Witan Sulaeman, Malik Risaldi, hingga Marselino Ferdinan. Pemain ini memang dianggap mampu bermain fleksibel untuk mengisi ruang-ruang kosong di area pertahanan lawan.
Khusus Ragnar, Mustaqim merasa pemain ini bertipe bar-bar. Sebab, lelaki berusia 26 tahun itu bisa bergerak ke mana pun sesuai kondisi. Pergerakannya yang sangat cair ini adalah karakter pemain yang disukai Mustaqim.
“Oratmangoen ini memang perannya lebih bebas di lini serang. Saya paling suka dengan tipe pemain seperti itu. Kalau di era saya zaman dahulu, dia adalah tipe pemain barbar. Saya suka dengan karakternya,” ujar Mustaqim.
Posisi Striker Krusial
Meskipun demikian, Ragnar Oratmangoen juga sempat membuat banyak pihak kecewa karena gagal memaksimalkan sejumlah peluang emas. Satu paling diingat publik tentu ketika dia tinggal berhadapan dengan kiper Jepang, Zion Suzuki.
Menurut Mustaqim, hal semacam ini memang wajar mengingat Ragnar bukan penyerang asli sehingga tidak memiliki ketajaman seperti striker-striker mematikan.
“Kenapa dia tidak bisa memaksimalkan peluang saat menghadapi Jepang? Karena dia bukan pemain yang posisi aslinya striker. Saya merasakan sendiri, striker itu tidak gampang lho bikin gol,” ujar eks asisten pelatih Aji Santoso di Persebaya itu.
“Orang ngomong bikin gol itu gampang, padahal sebetulnya tidak. Kalau bukan expert-nya di situ, ya sulit. Sementara pemain yang posisinya sebagai striker memang tugasnya bikin gol,” ia menambahkan.
Masih Minim Pilihan
Pelatih berusia 60 tahun ini memang menyoroti minimnya stok penyerang mematikan yang dimiliki Timnas Indonesia. Padahal, pada masanya, ada banyak sosok striker yang bisa jadi andalan untuk menjebol gawang.
Sebut saja nama-nama seperti Bambang Pamungkas, Boaz Solossa, Kurniawan Dwi Yulianto, Ilham Jaya Kesuma, hingga Widodo Cahyono Putro. Menurut dia, hal ini tak terlepas dari banjirnya penyerang asing di kompetisi domestik.
“Setiap pelatih itu memang diharapkan bisa membawa timnya menang. Dan untuk menang, tentu membutuhkan striker yang bagus. Karena, tuntutannya tinggi. Jika tidak mampu, pelatih bakal dipecat,” ujarnya.
“Cara paling instan ialah mengambil pemain asing di lini serang. Jika dilihat daftar pencetak gol terbanyak, mayoritas adalah pemain asing. Karena hampir semua klub menggunakan striker asing,” lanjutnya.