Raja Isa Sebut Putra Mahkota Johor, Tunku Ismail Idris Bisa Jadi Erick Thohir-nya Malaysia: Bawa Sepak Bola Negeri Jiran Mendunia!

oleh Gatot Sumitro diperbarui 27 Nov 2024, 22:30 WIB
Momen Ketua Umum PSSI, Erick Thohir bertemu Putra Mahkota Johor, Mayor Jenderal Tunku Ismail Idris Ibni Sultan Ibrahim. (Dokumentasi PSSI)

Bola.com, Kediri - Erick Thohir mulai menjadi role model bagi sepak bola di kawasan ASEAN. Meski baru setahun memangku jabatan Ketum PSSI, Menteri BUMN itu sukses mengangkat prestasi Timnas Indonesia di semua level Asia.

Keberhasilan Timnas Indonesia bertarung di putaran ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia dan berpeluang lolos ke AS, Kanada, dan Meksiko dua tahun mendatang membuat iri negara-negara anggota AFF lainnya.

Advertisement

Federasi Sepakbola Malaysia (FAM) pun seolah kebakaran jenggot. Mereka pun berencana meniru kisah sukses Erick Thohir membangun Timnas Indonesia lewat program naturalisasi.

Publik Negeri Jiran pun mulai mencari sosok sekaliber Erick Thohir untuk memajukan prestasi Harimau Malaya. Raja Isa Raja Akram Syah menyebut nama Tunku Ismail Idris Ibni Sultan Ibrahim sebagai sosok yang diharapkan membangkitkan sepak bola Malaysia.

"Dari sisi status dan kiprah di sepak bola, Tunku Ismail Idris Ibni Sultan Ibrahim bisa jadi Erick Thohir-nya Malaysia. Status beliau putra mahkota Kesultanan Johor dan pemilik klub Johor Darul Ta'zim (JDT) di Liga Super Malaysia," katanya.

 
 
2 dari 4 halaman

JDT Jadi Bukti

Johor Darul Ta'zim (JDT) juara Piala FA Malaysia 2024. (Bola.com/Dok.Facebook JDT).

Di tangan tentara aktif berpangkat Mayjend di Angkatan Darat Diraja Malaysia itu JDT disulap menjadi klub raksasa dengan pengelolaan profesional dan fasilitas mentereng.

Saat ini JDT memimpin klasemen sementara Liga Super Malaysia dengan poin 40. Angka ini sangat jauh dari klub elite Selangor FC yang masih mengoleksi 29 angka.

"Kerja keras dan prestasi Tunku Ismail Idris sudah terbukti. Beliau rendah hati ingin belajar dari Indonesia. Pertemuan beliau dengan Erick Thohir di Jakarta sangat positif untuk membuka jaringan sepak bola antara Malaysia dengan Indonesia," ucap pengamat sepak bola Malaysia itu.

3 dari 4 halaman

Bertemu Erick Thohir untuk Belajar dan Bekerja Sama demi Sepak Bola ASEAN

Kedua tokoh itu memang sempat silaturahmi di Jakarta, Rabu (13/11/2024) lalu. Mereka saling respek dan siap bekerja sama untuk memajukan sepak bola negara masing-masing dan kawasan ASEAN.

"Sebuah pertemuan positif dan membuahkan banyak hal ide, sekaligus visi antara saya dan Putra Mahkota Johor yang ingin sepak bola di Indonesia dan Malaysia maju. Sekaligus ingin membawa sepakbola Asia Tenggara makin berbicara di Asia dan dunia," ujar Erick Thohir saat itu.

Sebelumnya, Tunku Ismail Idris Ibni Sultan Ibrahim juga memberikan apresiasi kepada Ketum PSSI itu dengan mengatakan Asosiasi Sepak bola Malaysia (FAM) butuh sosok seperti Erick Thohir karena punya koneksi yang luas di level internasional.

"Pertemuan yang sangat bermanfaat. Kami berdiskusi mengenai sepak bola dan rencana masa depan yang akan menjadi game changer bagi sepak bola ASEAN. Salam hormat untuk pak Erick," tulisnya akun Instagram pribadinya @hrhcrownprinceofjohor.

4 dari 4 halaman

Punya Klub di Spanyol

Selain sepak terjangnya di dalam negeri, lanjut Raja Isa, Tunku Ismail Idris Ibni Sultan Ibrahim dikenal sebagai pemilik klub Valencia di La Liga Spanyol.

"Semua potensi sudah dimiliki Tunku Ismail Idris Ibni Sultan Ibrahim. Seperti Erick Thohir dulu sebagai Presiden Inter Milan, beliau sekarang pemilik klub Valencia. Jadi beliau telah punya jaringan sepak bola Internasional," jelas Raja Isa.

Raja Isa juga mengungkapkan pada 15 Desember 2024 akan ada pemaparan konsep restrukturisasi sepak bola Malaysia.

"Tunku Ismail Idris sangat berkomitmen untuk mengubah landscape sepak bola Malaysia. Setahu saya programnya kurang lebih sama dengan yang telah dilakukan Erick Tohir. Namun dengan konsep sedikit berbeda sesuai kebutuhan Malaysia," jelasnya.

Menurut Raja Isa penataan kembali sepak bola Malaysia sesuai visi dan misi Harimau Malaya menuju Piala Dunia, Olimpiade, dan Piala Asia.

"Namun semua itu butuh kesabaran jika kita ingin mengulang sejarah tahun 1970-1980 bisa lolos ke Olimpiade dan menjadi kekuatan ketiga di Asia pada tahun 1974 silam. Membangun sepak bola tak semudah membalikkan telapak tangan," paparnya.

Berita Terkait