Kendala Malaysia Jalankan Program Naturalisasi: Stok Pemain Diaspora Tak Melimpah Seperti Indonesia

oleh Gatot Sumitro diperbarui 29 Nov 2024, 12:45 WIB
Gelandang Malaysia, Mohamadou Sumareh, melakukan selebrasi usai membobol gawang Indonesia pada laga kualifikasi Piala Dunia 2022 di SUGBK, Jakarta, Kamis (5/9). Indonesia takluk 2-3 dari Malaysia. (Bola.com/M Iqbal Ichsan)

Bola.com, Jakarta Federasi Sepakbola Malaysia (FAM) harus bekerja serius jika ingin mengejar prestasi Timnas Indonesia lewat program naturalisasi. Banyak kendala yang bakal dihadapi Negeri Jiran itu.

Modal utama, mereka harus punya figur seperti Erick Thohir yang dimiliki Indonesia. Ketum PSSI itu tak hanya punya jaringan Internasional kuat, tapi juga jago lobi tingkat tinggi.

Advertisement

Keberhasilan Indonesia menjalankan naturalisasi juga berkat dukungan penuh Pemerintah dan stakeholder sepakbola. Kekuatan ini pula yang harus dimiliki Malaysia.

Jumlah penduduk Indonesia yang mencapai angka 270 juta juga jadi modal besar. Kisah migrasi rakyat Indonesia di masa penjajahan yang hijrah ke Belanda di masa lalu ternyata berdampak positif dengan lahirnya keturunan yang menekuni sepakbola.

2 dari 4 halaman

Faktor Jumlah Penduduk

Timnas Malaysia menjuarai turnamen Pestabola Merdeka 2024. (Dok. Instagram FAM/Federasi Sepak Bola Malaysia)

Jumlah dan sebaran penduduk ini yang tak dipunyai Malaysia. Di Belanda saja, ada sekitar 2 juta orang Indonesia baik yang masih WNI maupun sudah berganti kewarganegaraan.

Meskipun negara ini juga pernah lama diduduki Inggris. Namun sebagai anggota Negara Persemakmuran, seharusnya Malaysia bisa memanfaatkan koneksi itu untuk menelusuri jejak silsilah rakyatnya yang migrasi ke luar negeri.

"Faktor migrasi penduduk di masa lalu itu yang kurang dimiliki Malaysia. Sementara Timnas Indonesia sangat mudah menaturalisasi pemain, karena warga diasporanya menyebar luas. Terutama keturunan dari Belanda," kata Raja Isa Raja Akram Syah.

3 dari 4 halaman

Strategi Jitu

Pemain Timnas Indonesia, Kevin Diks (kiri) berusaha melewati pemain Jepang, Koki Machida saat laga lanjutan putaran ketiga Grup C Kualifikasi Piala Dunia 2026 di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Senayan, Jakarta, Jumat (15/11/2024). (Bola.com/Bagaskara Lazuardi)

Padahal menurut pengamat sepakbola asal Malaysia itu, cara naturalisasi yang tepat dengan memanfaatkan warga diaspora.

"Pemain diaspora adalah heritage bagi sebuah negara. Ikatan darah diyakini membuat pemain punya ikatan emosional kuat dengan negara tersebut. Ini berbeda dengan naturalisasi pemain asing yang berkiprah di kompetisi domestik yang langsung diberi paspor," ujarnya.

Raja Isa melihat ada beberapa pemain asing bagus di Liga Super Malaysia. Namun untuk jadi kekuatan Timnas Harimau Malaya jangka panjang kurang bagus.

"Sesuai regulasi FIFA pemain asing yang bisa dinaturalisasi harus tinggal di sebuah negara selama lima tahun beruntun. Saya lihat di Liga Malaysia ada pemain asing bagus. Tapi usia mereka di atas 27 tahun. Ini untuk jangka panjang tak bagus," ucapnya.

4 dari 4 halaman

Program PSSI Lebih Jelas

Langkah yang harus dilakukan FAM, lanjut Raja Isa, bisa meniru PSSI yang terus mencari pesepakbola diaspora untuk semua level Timnas Indonesia.

"PSSI punya program yang telah terencana rapi. Salah satunya bekerjasama dengan KNVB. Jadi saya tak heran proses naturalisasi yang dilakukan Indonesia bisa berjalan cepat. Kelebihan Erick Thohir mampu menyakinkan calon pemain yang akan dinaturalisasi," tuturnya.

Berita Terkait