Selain Meniru Timnas Indonesia, Malaysia Bisa Ikuti Program Naturalisasi Srilanka

oleh Gatot Sumitro diperbarui 29 Nov 2024, 21:45 WIB
Pemain naturalisasi Timnas Malaysia, Sergio Aguero (19) merayakan gol ke gawang Timnas Laos pada Piala AFF 2022, Sabtu (24/12/2022). (Dok. FA Malaysia)

Bola.com, Kediri - Jika ingin mengejar ketinggalan dari negara lain, tampaknya percepatan prestasi sepak bola Malaysia, terutama Timnas Malaysia, lewat program naturalisasi tak bisa ditawar lagi.

Dalam era globalisasi sepak bola modern, sekarang banyak negara di belahan Bumi memilih naturalisasi sebagai cara untuk memperkuat timnas masing-masing.

Advertisement

Sebenarnya Federasi Sepakbola Malaysia (FAM) telah melakukan itu. FAM mulai gencar menggunakan pemain naturalisasi setelah Timnas Malaysia menjuarai Piala AFF 2010 silam.

Namun selama ini pemain yang dinaturalisasi kebanyakan legiuner asing yang berkiprah di Liga Super Malaysia. Sedangkan pemain yang memiliki darah keturunan Malaysia cukup minim. Usia mereka pun telah mencapai di atas 27 tahun.

Di Piala AFF 2024 nanti, Tim Harimau Malaya juga memiliki sembilan pemain naturalisasi. Dengan perincian lima naturalisasi dengan darah keturunan Malaysia, yaitu Matthew Davies, Daniel Ting, Dion Cools, Nooa Laine, dan Stuart Wilkin.

Sedangkan empat penggawa lainnya naturalisasi murni yang tak memiliki garis darah Malaysia, seperti Paulo Josue, Natxo Insa, Romel Morales, dan Sergio Aguero. Selain itu, ada Nooa Laine, gelandang bertahan kelahiran Finlandia yang masih berumur 21 tahun.

"Naturalisasi murni juga baik. Setidaknya FAM tahu kualitas mereka selama jadi pemain asing di Liga Malaysia. Kelemahannya, mereka baru bisa jadi pemain Timnas Malaysia, setelah bermain di Liga domestik selama lima tahun berturut-turut. Sehingga usianya pasti lebih dari 27 tahun saat jadi warga negara Malaysia," kata Raja Isa Raja Akram Syah.

 
 
2 dari 3 halaman

Cara Srilanka juga Boleh Ditiru

Timnas Malaysia menjuarai turnamen Pestabola Merdeka 2024. (Dok. Instagram FAM/Federasi Sepak Bola Malaysia)

Pengamat sepak bola Malaysia yang punya pengalaman melatih klub-klub di Indonesia, seperti PSM Makassar dan Persipura Jayapura itu, lebih setuju bila FAM menaturalisasi pemain diaspora berusia muda yang ada di klub-klub Eropa atau negara yang sepak bolanya lebih maju.

"Dari pengalaman saya melatih klub di Asia Selatan, cara Srilanka menaturalisasi pemain diaspora juga boleh ditiru Malaysia," ujar Raja Isa.

"Mereka menaturalisasi pemain yang bergabung di klub-klub Divisi 5 dan 6 Eropa. Namun, usia mereka rata-rata masih muda. Sehingga masih banyak waktu mengembangkan potensinya," tuturnya.

3 dari 3 halaman

Butuh Kesabaran

Pelatih asal Malaysia yang sudah mengenal baik sepak bola Indonesia. Raja isa. (Bola.com/Permana Kusumadijaya)

Tanpa mengecilkan arti pemain muda lokal di Malaysia, kebijakan yang dilakukan oleh Srilanka itu dianggap lebih bagus untuk ditiru.

"Saya kira meski usia pemain diaspora dan pemain lokal sama-sama masih muda, tentu kemajuan sepak bola di Eropa lebih bagus. Berikutnya kita pilih yang terbaik dari pemain muda itu untuk program jangka panjang," ucapnya.

Cara ini, lanjut Raja Isa, memang butuh kesabaran.

"Membangun tim nasional tak semudah membalikkan telapak tangan. Butuh kesabaran karena waktunya sangat panjang," ujarnya.

Berita Terkait