Bola.com, Malang - Program naturalisasi untuk Timnas Indonesia terus berjalan. Terbaru, Ole Romeny dan Mauro Zijltra akan segera mendapat paspor Indonesia.
Kini, program naturalisasi lewat jalur keturunan banyak dapat dukungan, karena hasilnya sudah terlihat. Timnas Indonesia mencatat beberapa prestasi baru, salah satunya melaju hingga putaran ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia.
Mantan striker Timnas Indonesia, Aliyudin, mengaku tidak keberatan PSSI mendatangkan striker diaspora. Hal tersebut diungkapkannya dalam kanal YouTube Bicara Bola by Akmal.
“Sebenarnya sah-sah saja kalau mau ambil pemain naturalisasi di lini depan. Namun, untuk striker lokal seperti Ramadhan Sananta, Dimas Drajad dan lainnya harus terus belajar dan perbaiki penampilannya," ujar Aliyudin.
"Setiap ada kesempatan, selalu tunjukkan ketajamannya. Saya yakin, kalau pemain lokal tampil apik dan rajin bikin gol di kompetisi, pasti pelatih Timnas Indonesia tidak akan menutup mata,” tegas mantan pemain Persija Jakarta dan Pelita Krakatau Steel ini.
Legiun Asing Masih Dominan di Liga 1
Dengan kata lain, PSSI mendatangkan striker diaspora karena belum ada striker murni yang memenuhi kebutuhan Timnas Indonesia yang diinginkan pelatih Shin Tae-yong, terutama untuk lanjutan putaran ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026.
Selain itu, di Liga 1, posisi penyerang memang masih dikuasai pemain asing. Buktinya dari 10 pemain tersubur di BRI Liga 1 2024/2025, hanya Egy Maulana Vikri yang berasal dari Indonesia, sementara lainnya merupakan legiuner asing.
"Terkadang ada masa di mana seorang striker kesulitan mencetak gol. Saya dulu pernah mengalaminya. Mendapat peluang di depan gawang juga tidak masuk, namanya masa paceklik," ujar Aliyudin.
"Namun, setelah mencetak satu gol pertama, selanjutnya akan mengalir saja," ujar mantan pesepak bola yang kini berusia 44 tahun itu.
Harus Mengevaluasi dan Memperbaiki Performa
Ada kemungkinan striker lokal Timnas Indonesia seperti Ramadhan Sananta mengalami hal ini ketika membela Persis Solo, karena dia baru mencetak satu gol dalam 11 pertandingan.
Belum menemukan ketajaman, Ramadhan Sananta lebih banyak menjadi cadangan. Dia baru empat kali bermain sebagai starter.
"Untuk melewati masa paceklik gol, harus segera mengevaluasi diri. Koreksi dan perbaiki di latihan. Kalau perlu, selain latihan reguler dengan tim, menambah latihan sendiri. Striker tugasnya mencetak gol, latihannya ya finishing," tegasnya.
Jangan Terlalu Banyak Bermain Media Sosial
Aliyudin mengamati jika saat ini media sosial punya efek besar terhadap pesepak bola. Ketika performa pemain sedang menurun, kritikan akan mengalir lewat media sosial.
“Kalau bisa, ketika merasa ada beban, jangan lihat medsos dulu. Takutnya akan berpengaruh ke mental. Fokus berlatih untuk meningkatkan performa lebih dulu,” ujarnya.
Pengaruh media sosial sangat besar, ketika permainan di lapangan sedang bagus, efeknya bisa positif. Pemain dapat banyak sanjungan.
Sebaliknya, jika tampil buruk akan dapat cacian. Jika tidak siap menghadapinya, mental pemain akan terganggu. Imbasnya performa di lapangan juga tidak maksimal.