Bola.com, Jakarta Persik Kediri mengakhiri rekor tak terkalahkan di luar kandangnya. Persija Jakarta yang memutuskan rapor bagus itu setelah menaklukkan Macan Putih 2-0 pekan keduabelas BRI Liga 1 2024/2025 di Stadion Pakansari Cibinong, Kabupaten Bogor, Minggu (1/12/2024) lalu.
Dua gol Macan Kemayoran dicetak Gustavo Almeida menit ke-9 dan Marko Simic menit ke-13. Proses dua gol tersebut melalui skema permainan agresif yang dilakukan pasukan Carlos Pena dari tekanan masif pada dua sisi lapangan dan tengah yang menusuk jantung pertahanan Persik.
Suswanto, mantan gelandang Persik era 2000-an lalu, menilai kekalahan yang dialami Ze Valente dkk., karena beberapa penyebab.
"Jika melihat formasi 3-4-1-2 yang dipakai Persija Jakarta sudah tampak mereka ingin bermain agresif. Carlos Pena ingin menguasai lini tengah dengan memasang tiga gelandang dan dua sayap cepat," katanya.
Salah Strategi
Tiga posisi gelandang diisi Maciej Gajos, Ramos Bueno, dan Ryo Matsumura sebagai pemain gantung sekaligus second striker. Sementara Rio Fahmi dan Firza Andika menyisir sisi kanan dan kiri pinggir lapangan.
"Sebenarnya Persik juga memasang tiga gelandang yakni Rohit Chand, Ze Valente, dan Majed Osman. Tapi mereka kalah solid dari lini tengah Persija. Apalagi Rohit Chand sebagai gelandang bertahan tunggal kesulitan menghadang Ryo Matsumura dan kadang Maciej Gajos serta Ramos Bueno bergantian maju ke depan," ujarnya.
Sering pula tampak Ze Valente juga tak berkembang karena ditekan Maciej Gajos dan Ramos Bueno. Ditambah lagi jarak dan pergerakan pemain Persik di depan kurang fleksibel.
"Ze Valente sering bingung mau kasih bola ke depan karena jarak antarpemain cukup jauh. Apalagi mereka ditekan kuat dua hingga tiga pemain Persija. Sehingga bola yang sudah ke depan balik lagi ke belakang," ucapnya.
Kurang Kompak
Suswanto juga menyorot lini belakang yang kurang kompak. Faktor kerapatan ruang dan komunikasi jadi kelemahan.
"Pertahanan Persik kurang kompak. Karena terus ditekan, dua sayap Persik tak berani naik ke depan. Ini terus dimanfaatkan dua sayap Persija. Vava Mario Yagalo dan Dede Sapari sering kalah gesit dari Firza Andika dan Rio Fahmi. Itu bisa diamati dari dua proses gol Persija," tuturnya.
Di babak kedua Persik baru bisa mengimbangi permainan Persija dengan memakai tiga bek dan memperkuat gelandang.
"Tapi saya amati perubahan dan pergantian pemain Persik selalu terlambat. Sehingga skema baru itu tak maksimal untuk mengejar ketinggalan gol," pungkasnya.
Lini Belakang PR
Suswanto juga menyorot lini belakang yang kurang kompak. Faktor kerapatan ruang dan komunikasi jadi kelemahan.
"Pertahanan Persik kurang kompak. Karena terus ditekan, dua sayap Persik tak berani naik ke depan. Ini terus dimanfaatkan dua sayap Persija. Vava Mario Yagalo dan Dede Sapari sering kalah gesit dari Firza Andika dan Rio Fahmi. Itu bisa diamati dari dua proses gol Persija," tuturnya.
Di babak kedua Persik baru bisa mengimbangi permainan Persija dengan memakai tiga bek dan memperkuat gelandang.
"Tapi saya amati perubahan dan pergantian pemain Persik selalu terlambat. Sehingga skema baru itu tak maksimal untuk mengejar ketinggalan gol," pungkasnya.
Baca Juga
Eks Gelandang Persik yang Pernah Melawan STY di LCA 2004 Akui Gaya Main Pelatih Timnas Indonesia Itu Memang Mirip Marselino Ferdinan
VIDEO: Gemes Banget! Rizky Ridho Bermain dengan Anak Witan Sulaeman Setelah Laga Persija Vs Persik
4 Fakta Ciamik Persija Setelah Gebuk Persik di BRI Liga 1: Moncer Berkat Dispensasi Lepas Pemain ke Timnas Indonesia