Media Australia: Belajar dari Kemajuan Timnas Indonesia, Socceroos Perlu Join Piala AFF

oleh Vincentius Atmaja diperbarui 02 Des 2024, 18:15 WIB
Pemain Timnas Indonesia, Rizky Ridho berusaha menghalau bola saat laga Kualifikasi Piala Dunia 2026 melawan Australia di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Senayan, Jakarta, Selasa (10/09/2024). (Bola.com/Bagaskara Lazuardi)

Bola.com, Jakarta Perang persaingan di ajang Piala AFF 2024 tak lama lagi dihelat. Turnamen bergengsi antarnegara di ASEAN edisi ke-15 akan digelar mulai tanggal 8 Desember dan berakhir pada 5 Januari 2025.

Babak penyisihan Piala AFF 2024 akan dibagi menjadi dua grup yang masing-masing berisi lima tim. Grup A dihuni Thailand, Malaysia, Singapura, Kamboja, dan Timor Leste. Untuk Grup B diisi Timnas Indonesia, Filipina, Vietnam, Myanmar, dan Laos.

Advertisement

Hanya ada waktu tersisa satu minggu bagi 10 tim kontestan mempersiapkan diri tahap akhir sebelum turun ke ajang Piala AFF kali ini. Tim tersukses di turnamen ini adalah Thailand dengan tujuh gelar, disusul Singapura (4 gelar), Vietnam (2 gelar), dan Malaysia (1 gelar).

Turnamen ini sangat ditunggu-tunggu oleh negara-negara Asia Tenggara karena menjadi kesempatan mereka untuk unjuk gigi dan menarik perhatian sepak bola kepada dunia, mengingat reputasi Asia Tenggara yang sering dianggap kurang berprestasi.

Ada hal yang menarik dari penyelenggaraan Piala AFF, bahwa Australia dinilai seharusnya ikut menyemarakkan turnamen dua tahunan tersebut. Seperti dalam pemberitaan media Australia, The Roar baru-baru ini.

Australia awalnya merupakan bagian dari zona Oseania ketika turnamen ini pertama kali diadakan. Butuh waktu hampir dua dekade bagi Australia untuk akhirnya masuk dalam keluarga sepak bola Asia Tenggara, dan tujuh tahun setelah masuknya Australia ke dalam AFC.

Ketika tim Australia secara resmi pindah ke AFF (federasi sepak bola Asia Tenggara) pada tahun 2013, level Socceroos masih terlalu tinggi dibandingkan negara-negara Asia Tenggara lainnya. Oleh karena itu, negara-negara lain setuju untuk mengizinkan Australia menjadi anggota AFF dengan satu syarat ketat, yakni Socceroos dilarang mengikuti turnamen tersebut atau Piala AFF.

2 dari 5 halaman

Berkaca pada Pengalaman

Kiper Timnas Indonesia, Maarten Paes, berusaha menghalau bola saat melawan Australia pada laga kedua Grup C Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Jakarta Pusat, pada Selasa (10/9/2024). (Bola.com/Bagaskara Lazuardi)

Hal itu dilakukan untuk membantu tim nasional negara-negara Asia Tenggara bisa berkembang hingga bisa menurunkan skuad yang lebih banyak dan kompetitif di masa depan. Lagi pula pembatasan tersebut tidak diterapkan pada tim yunior Australia di masing-masing ajang kejuaraan regional.

Untuk waktu yang cukup lama, Socceroos hanya bisa menyaksikan aksi negara tetangga mereka di Asia Tenggara dapat melakukannya dengan baik atau hanya jalan di tempat. Namun lambat laun ada kemajuan dari negara-negara di ASEAN, termasuk melalui keberadaan persaingan di Piala AFF.

Contohnya pada Kualifikasi Piala Dunia 2018, Australia, yang saat itu menjadi juara Asia, mengalami kesulitan luar biasa saat mencoba mengalahkan Thailand.

Tim Australia menahan hasil imbang 2-2 di markas Thailand, sementara kemenangan kandang 2-1 yang diraih dengan susah payah tidak cukup untuk memberi Australia kualifikasi langsung menyusul kemenangan 1-0 Arab Saudi di kandang Jepang.

Di Kualifikasi Piala Dunia 2022, Socceroos mengalami peningkatan saat melawan Vietnam, mengalahkan mereka di kandang dan tandang meski ada banyak momen menegangkan. Tapi itu adalah satu-satunya titik terang Socceroos dalam serangkaian penampilan buruk yang membuat Australia tersingkir ke fase play-off lagi.

Meski dalam perjalannya Thailand dan Vietnam tidak bisa lolos ke Piala Dunia, sementara Socceroos berhasil menembus Piala Dunia Qatar hingga melaju ke babak 16 besar.

3 dari 5 halaman

Timnas Indonesia Bukan yang Dulu

Pemain Timnas Indonesia, Ragnar Oratmangoen, berebut bola dengan pemain Australia, Harry Soutar, pada laga kedua Grup C Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Jakarta Pusat, pada Selasa (10/9/2024). (Bola.com/Bagaskara Lazuardi)

Kali ini, situasinya jauh lebih memprihatinkan, mengingat perluasan penyelenggaraan putaran final Piala Dunia FIFA 2026 dari 32 menjadi 48 tim. Timnas Indonesia yang memulai debutnya di fase ini tidak lagi seperti tim Indonesia dulu.

Dipimpin oleh Shin Tae-yong, yang mendalangi kemenangan 2-0 Korea Selatan atas Jerman di Piala Dunia 2018, Indonesia mengalami kebangkitan besar sebagai negara yang secara historis kurang berprestasi.

The Roar menyinggung peran Ketua PSSI, Erick Thohir, yang mantan pemilik klub Serie A Inter Milan, mengaktifkan kebijakan proses naturalisasi dengan merekrut banyak pemain keturunan Indonesia dari seluruh dunia, terutama dari Belanda, yang punya histori panjang pada masa kolonial.

"Dampak dari upaya ini sangat besar. Indonesia lolos dari babak grup Piala Asia U-23, dan baru-baru ini tampil mengesankan di putaran ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026, termasuk tidak terkalahkan melawan Arab Saudi dalam dua pertandingan mereka, dan hasil imbang kandang yang mengesankan melawan Australia yang menyebabkan Graham Arnold mengundurkan diri," tulis The Roar.

"Kemenangan luar biasa 2-0 di kandang atas Arab Saudi, penakluk Argentina di Piala Dunia 2022 yang menimbulkan sensasi besar di Indonesia dan di seluruh Asia atas kemenangan mengejutkan tersebut, bahkan media Indonesia pun memberitakan bahwa mereka adalah pemenang. unggul dari Argentina-nya Leo Messi," lanjut tulisan di artikelnya.

4 dari 5 halaman

Tingkatkan Daya Saing

Kiper Timnas Indonesia, Maarten Paes, menangkap bola saat melawan Australia pada laga kedua Grup C Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Jakarta Pusat, pada Selasa (10/9/2024). (Bola.com/Bagaskara Lazuardi)

Di sisi lain, Australia telah menunjukkan bahwa mereka gagal mengikuti pembelajaran di masa lalu. Meskipun dua edisi Kualifikasi Piala Dunia berturut-turut berjalan baik, tapi kekuatan Australia tidak sedominan era dulu.

Australia sudah dua kali gagal mengalahkan Bahrain saat ini, gagal menjebol gawang Timnas Indonesia dan Arab Saudi. Membuat Australia berada dalam situasi yang sangat berbahaya yang dapat digambarkan sebagai krisis besar.

Tim besutan Tony Popovic memang masih berada di urutan kedua klasemen Grup C dengan tujuh poin. Namun Timnas Indonesia, Arab Saudi, Bahrain, dan China bisa membuat teror bagi mereka. Hanya berjarak satu poin saja, dengan menyisakan empat laga tersisa, semua masih bisa terjadi.

"Timnas Indonesia akan memiliki acara sepak bola regional yang besar untuk diikuti guna meningkatkan daya saing mereka. Mengingat seberapa besar kemajuan yang telah dicapai Indonesia, fakta bahwa Australia tidak akan berpartisipasi dalam Kejuaraan ASEAN merupakan pertanda buruk," imbuh dalam artikel The Roar.

5 dari 5 halaman

Jadi Pembelajaran

Seandainya Australia diberi lampu hijau untuk berpartisipasi, jelas menguntungkan bagi Socceroos untuk melakukan regenerasi pemain sebanyak mungkin. Sayangnya, klausul yang melarang Australia mengikuti ajang senior Asia Tenggara pada tahun 2013 juga memungkinkan adanya kelalaian di kalangan pejabat federasi sepak bola Australia.

Namun, dengan apa yang terjadi pada Kualifikasi Piala Dunia 2026, hal ini menjadi lebih mendesak bagi Australia. Mereka tidak bisa mengabaikan meningkatnya kekuatan negara-negara Asia Tenggara, mengingat keanggotaannya di AFF sejak tahun 2013.

"Federasi sepak bola Australia harus mulai menegosiasikan ulang klausul tersebut, dan secara aktif berkampanye untuk menghapuskan larangan tersebut. Kemajuan yang diraih Timnas Indonesia harus dijadikan pembelajaran bagi masa depan Socceroos."

"Harus ada solusi proaktif yang diusulkan agar Socceroos bisa bermain seperti tim Asia Tenggara. Di sisi lain, egara-negara Asia Tenggara juga menyadari bahwa mereka membutuhkan partisipasi Australia," tandas The Roar.

Sumber: The Roar

Berita Terkait