Bola.com, Jakarta - Ruben Amorim akan menghadapi atmosfer panas derbi Manchester untuk pertama kalinya sebagai pelatih MU saat bertandang ke Etihad Stadium pada Minggu malam ini. Namun, tekanan besar itu tak akan menggentarkannya.
Amorim adalah sosok yang sudah terbiasa dengan intensitas derbi.
Di Portugal, ia melintasi batas rivalitas ketika menjadi pemain Benfica, kemudian menjadi pelatih Sporting Lisbon. Sebagai penggemar, pemain, dan manajer, ia telah merasakan berbagai emosi yang menyelimuti pertandingan derbi.
Kendati rivalitas Lisbon tidak sebesar tensi yang akan ia hadapi nanti malam, derbi tersebut juga jauh dari santai.
Amorim tumbuh sebagai penggemar Benfica dan mengidolakan para pemain klub tersebut. Namun, ia sempat ditolak oleh Benfica saat muda, sebelum akhirnya bergabung di usia 20-an. Ironisnya, di kemudian hari, ia justru menjadi pelatih Sporting Lisbon, rival berat Benfica.
Pengalaman ini memberikan Amorim wawasan mendalam tentang arti sebuah derbi, meski ia mengakui bahwa duel MU melawan Man City saat ini belum mencapai puncak kompetisi.
"Saya hanya ingin memperbaiki tim, jadi saya tidak bisa merasakan derbi ini seperti seharusnya—dua tim besar yang bersaing untuk gelar," ujar Amorim.
"Saat ini, ini hanya satu pertandingan lagi melawan lawan yang sangat bagus. Kedua tim sedang kesulitan, jadi saya berharap di masa depan saya bisa benar-benar merasakan derbi ini sepenuhnya seperti yang dirasakan para penggemar kami. Tapi, tujuan saya sekarang adalah memperbaiki tim, memenangkan pertandingan, dan saya akan mencoba memenangkan pertandingan ini," tutur Amorim, yang gabung MU, November lalu.
Jejak Derbi di Portugal
Sebagai manajer, Amorim telah bertemu Benfica sebanyak 12 kali, mencatatkan lima kemenangan, empat kekalahan, dan tiga hasil imbang.
Sebagai pemain, ia memenangkan tiga gelar liga bersama Benfica. Sementara itu, sebagai pelatih Sporting, ia berhasil meraih dua gelar liga.
Satu di antara momen paling ikonisnya terjadi pada 2024, ketika ia memberikan instruksi tegas kepada lini pertahanan Sporting sesaat setelah timnya mencetak gol kemenangan dramatis melawan Benfica.
Gol tersebut menjadi penentu gelar liga bagi Sporting, dan memperlihatkan bagaimana Amorim mampu menjaga ketenangan di tengah tensi tinggi pertandingan.
Namun, tidak semua kenangan derbi manis bagi Amorim. Pada November 2023, ia mengalami kekalahan yang sangat menyakitkan.
"Kekalahan itu adalah salah satu yang paling menyakitkan dalam karier saya," katanya.
"Besok akan terasa lebih menyakitkan," ucap pelatih berusia 39 tahun itu jelang derbi Manchester.
Memahami Rivalitas Manchester
Amorim juga memahami perbedaan dan kesamaan antara derbi Lisbon dan derbi Manchester.
Di Portugal, Benfica dikenal sebagai "klub rakyat," dengan para pendukungnya yang bahkan membantu membangun stadion mereka pada 1950-an. Sebaliknya, Sporting didukung oleh kalangan elite dan dikenal memiliki fasilitas yang lebih baik.
Rivalitas ini mencerminkan konflik kelas yang serupa dengan persaingan antara MU dan Man City.
Sebagai seseorang yang pernah berada di kedua sisi rivalitas, Amorim tidak pernah menghindar dari tekanan yang datang dengan pertandingan seperti ini. Justru, ia menikmatinya.
"Ini akan menjadi derbi, pertandingan besar, dan kami memiliki kewajiban untuk memenangkannya, sama seperti mereka—karena itu bagian dari budaya kedua klub," ujar Amorim pada April 2022.
Harapan di Derby Manchester
Amorim berharap bisa membalikkan rasa sakit kekalahan menjadi euforia kemenangan di derbi pertamanya melawan Man City.
Fokusnya tetap pada membangun tim dan menciptakan konsistensi, tetapi ia juga paham betapa pentingnya derbi ini bagi para penggemar.
Ia akan berusaha memastikan bahwa jika ada rasa sakit yang muncul dari pertandingan ini, itu hanya akan dirasakan oleh para pendukung Man City, bukan kubu merah Manchester.
Sumber: MEN