Cerita Buruk Para Juara Bertahan Premier League: Man City Bukan yang Pertama

oleh Choki Sihotang diperbarui 23 Des 2024, 08:00 WIB
Liga Inggris - Ilustrasi Logo Klub Premier League 2024/2025 (Bola.com/Adreanus Titus)

 

Bola.com, Jakarta - Sejak digulirkan pada musim 1992/1993, Premier League tak pernah sepi dari drama dan kisah-kisah menarik lainnya.

Advertisement

Satu di antaranya adalah tentang nasib juara bertahan yang berakhir getir. Musim ini misalnya, Manchester City (Man City) terancam kehilangan gelar yang mereka raih musim lalu.

Musim lalu, Man City kembali menjadi yang terbaik dan membuat mereka menjadi satu-satunya tim yang mampu menggondol gelar jawara Premier League empat musim beruntun yakni 2020/2021, 2021/2022, 2022/2023, dan 2023/2024.

Namun, musim ini, kans Man City guna mengulang sukses sepertinya berat. Soalnya, hingga pekan ke-17 tim asuhan Pep Guardiola masih terdampar di posisi ketujuh klasemen sementara Premier League 2024/2025 dengan torehan 27 poin.

 

 

 

 

2 dari 7 halaman

Man City seperti Kehilangan Taji

Man City seperti kehilangan taji. Minggu (22/12/2024) dini hari WIB, kekalahan 1-2 dari Aston Villa pada laga terakhir menambah panjang hasil minor yang dituai Erling Haaland dkk. dalam sejumlah laga.

Guardiola dan pasukannya memang masih punya kesempatan untuk bangkit dan melanjutkan persaingan di papan atas. Hanya saja, untuk bisa meraih gelar kelima beruntun sepertinya sangat berat.

Hitung-hitungannya, jika Man City memenangkan semua pertandingan tersisa mereka hanya bisa mengemas total 90 poin, satu poin lebih sedikit dari musim lalu.

Pada musim-musim terdahulu, sejumlah tim lain juga mengalami nasib yang serupa. Dilansir Planetfootball, berikut ceita buruk para kampiun Premier League:

3 dari 7 halaman

Manchester United – 2013/2014

Pelatih Manchester United David Moyes (kanan) memeberikan selamat kepada Robin van Persie usai memenangkan pertandingan dengan score 1-0 antara Manchester United melawan Arsenal di Stadion Old Trafford, Manchester (10/11/13) waktu setempat (Foto: AFP/Paul
  • Perolehan Poin 2012/2013: 89
  • Perolehan Poin 2013/2014: 64

Sir Alex Ferguson mendapatkan hadiah pensiun yang sempurna ketika Robin Van Persie membawa mereka meraih kemenangan gemilang pada musim 2012/2013.

Namun, kampanye yang luar biasa dari pemain Belanda yang hebat dari MU itu menutupi beberapa kekurangan dalam skuad yang menua dan terbukti gelar 2012/2013 menjadi satu-satunya titel juara Premier League milik Setan Merah sampai saat ini.

 

Lalu tingkat estafet beralih ke David Moyes dan MU hanya finis di urutan ketujuh. Itu adalah posisi terburuk mereka di era Premier League dalam hal poin dan posisi saat itu.

Tetapi sejak itu mereka telah berulang kali merasakan hasil buruk pada musim 2021/2022 (58 poin) dan 2023/2024 (posisi kedelapan).

 

 

 

 

4 dari 7 halaman

Blackburn Rovers – 1995/1996

Alan Shearer. Striker Inggris yang pensiun pada Juli 2006 bersama Newcastle United ini menjadi pemain dengan koleksi hattrick terbanyak dalam satu musim kompetisi di Liga Inggris. Saat berseragam Blackburn Rovers pada musim 1995/1996 ia total membuat 5 kali hattrick di musim tersebut dan bertahan menjadi rekor terbanyak hingga kini. Pada musim sebelumnya, 1994/1995 ia mampu mengoleksi 3 kali hattrick dan mengantar Blackburn menjadi juara Liga Inggris. (AFP/PA/John Giles)
  • Perolehan Poin 1994/1995: 89
  • Perolehan Poin 1995/1996: 61

Seperti Manchester United pada 2013/2014, Blackburn menderita setelah kepergian arsitek kesuksesan mereka.

Kenny Dalglish mengundurkan diri setelah mengakhiri periode dominasi Manchester United di pertengahan 90-an dan penggantinya Ray Harford tidak mampu memberikan tingkat kesuksesan yang sama.

Nada untuk pertahanan gelar mereka yang lemah ditentukan oleh kekalahan dari Everton di Charity Shield dan empat kekalahan dari enam pertandingan pertama liga.

Pemain andalan Alan Shearer masih mencetak 31 gol di Premier League dan 37 gol di semua kompetisi. Tapi tim tersebut tidak berfungsi sebagaimana mestinya, tersingkir dari Liga Champions di babak penyisihan grup dan tertatih-tatih hingga finis di posisi ketujuh yang mengecewakan.

 

 

 

5 dari 7 halaman

Leeds United – 1992/1993

Eric Cantona (kanan) membawa Leeds United menjuarai Liga Inggris 1992 bersama Gary McAllister (kiri). (Dream Team)

Perolehan Poin 1991/1992: 82

Perolehan Poin 1992/1993: 51

Howard Wilkinson adalah manajer Inggris terakhir yang memenangkan gelar Liga Inggris terakhir sebelum berubah nama menjadi Premier League tahun 1992. 

Eric Cantona sempat membuka musim 1992/1993 bersama Leeds dengan catatan gelar juara di ajang  Charity Shield. Tetapi setelah itu Wilkinson kesulitan mempertahankan tim di papan atas.

Kiper John Lukic yang kesulitan menerapkan aturan backpass menjadi salah satu alasan kemunduran dramatis Leeds.

Tapi yang terburuk adalah penampilan tandang mereka yang begitu payah,mereka tidak mencatat satu pun kemenangan di laga tandang.

Mereka akhirnya finis di urutan ke-17 dan hanya berjarak dua poin untuk menjadi juara bertahan kedua dalam sejarah sepak bola Inggris yang mengalami degradasi. 

 

6 dari 7 halaman

Chelsea – 2015/2016

Chelsea yang baru memulai era bersama Roman Abramovich menunjuk Jose Mourinho sebagai nahkoda. Selain berhasil membentuk The Blues sebagai kekuatan baru di sepak bola Inggris, The Special One juga berhasil mempersembahkan delapan trofi. (AFP/Adrian Dennis)
  • Perolehan Poin 2014/2015: 87
  • Perolehan Poin 2015/2016: 50

Musim 2014/2015 adalah periode sukses Jose Mourinho bersama Chelsea. Bahkan titel pada musim tersebut belum terulang sampai sekarang. 

Sayangnya 2015/2016 berubah menjadi malapetaka untuk Jose Mourinho. Dia diberi perintah untuk mengundurkan diri setelah kekalahan pada bulan Desember 2015 dari Leicester City kala itu akhirnya keluar sebagai juara. 

Chelsea sempat berada di posisi ke-16, satu poin di atas zona degradasi. Pelatih sementara Guus Hiddink membimbing Chelsea ke posisi ke-10 di akhir musim. 

 

 

 

7 dari 7 halaman

Leicester City – 2016/2017

Claudio Ranieri. Pelatih asal Italia yang kini berusia 70 tahun ini merebut gelar Manager of The Season di Liga Inggris musim 2015/2016 bersama Leicester City yang dibesutnya Juli 2015 hingga Februari 2017. Seperti dongeng, The Foxes dibawanya juara Liga Inggris musim tersebut. (AFP/Adrian Dennis)
  • Perolehan Poin 2015/2016: 81
  • Perolehan Poin 2016/2017: 44

Inilah yang mungkin Anda sebut kemunduran bak kisah dongeng yang tak terpikirkan dari The Foxes pada 2015/2016.

Leicester sebenarnya bangkit untuk melaju ke perempat final Liga Champions yang mengesankan, tetapi performa buruk mereka pada musim 2016/2017 membuat Claudio Ranieri dipecat pada bulan Februari.

Kehilangan N'Golo Kante yang langsung membantu Chelsea kembali ke puncak di bawah Antonio Conte terbukti sangat buruk.

Craig Shakespeare akhirnya membawa Leicester ke posisi ke-12 dalam klasemen. Penurunan 37 poin mereka menyamai Chelsea tahun sebelumnya, tetapi perolehan akhir mereka sebesar 44 poin adalah yang terburuk oleh juara bertahan di era Premier League.

Sumber: Planetfootball

Berita Terkait