Bola.com, Jakarta - Hubungan antara pelatih AC Milan, Paulo Fonseca, dan Theo Hernandez menjadi sorotan publik setelah bek asal Prancis tersebut duduk di bangku cadangan dalam dua pertandingan berturut-turut.
Keputusan ini memicu perdebatan, mengingat peran penting Theo dalam skuad AC Milan. Namun, apakah ini sekadar keputusan taktis, atau ada konflik yang lebih mendalam di balik layar?
Menurut laporan Gazzetta dello Sport, Fonseca dilaporkan tidak senang dengan sikap Theo, terutama selama sesi latihan dan responsnya di lapangan.
Bahkan, Fonseca secara terbuka mengkritik Theo di depan rekan-rekannya— langkah yang jarang dilakukan di dunia sepak bola profesional, di mana konflik biasanya diselesaikan secara tertutup.
Fonseca secara tegas menyatakan bahwa Jimenez adalah pilihan nomor satu saat ini.
Pernyataan ini menegaskan bahwa sikap dan dedikasi menjadi syarat utama untuk mendapatkan tempat di starting XI, terlepas dari reputasi atau bakat seorang pemain.
Jimenez, seorang bek muda yang kurang dikenal, memanfaatkan peluang tersebut dengan tampil impresif dan memenangkan kepercayaan staf pelatih untuk menjadi starter di AC Milan.
Musim yang Tidak Mulus untuk Theo Hernandez
Musim ini tidak berjalan lancar bagi Theo sejak awal. Dia kembali ke latihan lebih lambat dibandingkan rekan-rekannya dan tidak berada dalam kondisi terbaik selama beberapa pekan pertama.
Namun, setelah kembali ke starting XI, Theo kembali menunjukkan kelasnya. Ia baru saja menyamai rekor legenda Milan, Paolo Maldini, sebagai bek dengan jumlah gol terbanyak dalam sejarah Serie A untuk klub, dengan torehan 29 gol—prestasi luar biasa untuk seorang bek.
Meski begitu, masalah Theo tidak hanya terkait performa, tetapi juga mentalitas dan sikapnya yang tampaknya tidak sesuai ekspektasi Fonseca.
Pendekatan Paulo Fonseca
Fonseca dikenal dengan filosofi kepelatihannya yang menekankan pentingnya sikap dan dedikasi. Pendekatan serupa sebelumnya diterapkan kepada Rafael Leao, yang sempat dicadangkan untuk menekankan pentingnya disiplin dan usaha dalam latihan.
Leao merespons dengan positif dan kembali tampil gemilang. Namun, apakah metode ini akan berhasil untuk Theo?
Fonseca telah mencoba meredakan ketegangan dengan memuji kualitas Theo.
"Bagi saya, Theo adalah full-back terbaik di dunia," puji pelatih asal Portugal itu.
Mantan pelatih Braga, Roma, dan Lille itu menegaskan bahwa pencadangan ini bukan hukuman, melainkan kesempatan bagi Theo untuk kembali ke performa terbaiknya, baik secara fisik maupun mental.
Namun, pujian ini tampaknya tidak cukup untuk meredakan situasi. Theo terus kalah bersaing dengan Jimenez, yang tampil konsisten dan tetap menjadi pilihan utama Fonseca.
Masa Depan Theo Hernandez di Milan
Theo Hernandez masih terikat kontrak dengan Milan hingga Juni 2026, dan kedua belah pihak telah menyatakan keinginan untuk memperpanjang kerja sama. Namun, ketegangan yang terjadi saat ini bisa menjadi penghalang bagi rencana tersebut.
Dengan bursa transfer yang selalu menawarkan peluang menarik dari klub-klub besar, situasi ini dapat memengaruhi keputusan Theo untuk bertahan di San Siro.
Bagi Milan, konflik ini datang di momen yang genting. Tim sedang mempersiapkan diri untuk serangkaian pertandingan penting, termasuk final Supercoppa Italia dan persaingan ketat di Serie A.
Jika konflik antara Theo Hernandez dan Fonseca tidak diselesaikan dengan baik, dampaknya bisa mengguncang stabilitas tim secara keseluruhan.
Tantangan Manajemen Modern
Situasi ini adalah contoh nyata tantangan dalam manajemen sepak bola modern. Menjaga disiplin dan semangat tim sangat penting, tetapi kemampuan untuk menangani hubungan personal juga tidak kalah pentingnya.
Jika Fonseca berhasil membantu Theo kembali ke performa dan sikap terbaiknya, itu akan menjadi kemenangan besar bagi kedua belah pihak.
Namun, jika ketegangan terus berlanjut, Milan berisiko kehilangan satu di antara pemain terbaik mereka, baik dari segi bakat maupun kontribusi di lapangan.
Sumber: Sempre Milan