Di sebuah lapangan kecil di kawasan Jakarta Timur, seorang bocah perempuan dengan jersey sepak bola tampak lincah menggiring bola. Bola bergulir dari kaki ke kaki dengan kontrol sempurna, disusul tendangan keras ke arah gawang dan lemparan kedalam seperti Pratama Arhan. Anak itu adalah Andien Haifa Syakira, gadis berusia 10 tahun yang digadang-gadang sebagai salah satu talenta paling bersinar dalam sepak bola putri Indonesia. Di usianya yang belia, Andien telah mencetak 38 gol dalam turnamen MilkLife Soccer Challenge, sebuah catatan impresif yang membuatnya mencuri perhatian.
Bola.com, Jakarta - Andien Haifa Syakir lahir di Jakarta pada 8 Januari 2014 dan tumbuh besar di Cengkareng, Jakarta Barat. Sepak bola bukanlah hal baru baginya. Sang ayah, yang juga seorang pelatih Sekolah Sepak Bola (SSB), memperkenalkan olahraga ini sejak ia masih kecil. "Sejak umur enam tahun, Andien sudah sering ikut ke lapangan. Saat itu, dia mulai akrab dengan bola," ungkap ibunda Andien, menceritakan awal mula perjalanan sang anak di dunia sepak bola.
Meski baru berusia 10 tahun, perjalanan Andien tidak selalu mudah. Ia berlatih di SSB Maverick, yang sebagian besar berisi pemain laki-laki. Dengan hanya tiga pemain putri di timnya, Andien sering bermain melawan anak laki-laki yang fisiknya lebih besar dan kuat. Namun, tantangan itu justru membuatnya berkembang. "Latihan bersama tim putra membuat Andien lebih kuat, baik secara teknik maupun mental," tambah sang ibu.
Inspirasi Andien untuk bermain sepak bola datang dari keluarganya. Ia mengidolakan keponakan sang ayah, Muhammad Hargianto, yang pernah memperkuat Timnas Indonesia U-19. Selain itu, sosok Zahra Muzdalifah, pemain Timnas Putri Indonesia, menjadi panutan bagi Andien Haifa Syakir. "Saya ingin seperti Kak Zahra, bisa main di Timnas dan mengharumkan nama Indonesia," ujar Andien dengan nada penuh semangat.
Namun, perjalanan Andien Haifa Syakir bukan tanpa rintangan. Bermain sepak bola sebagai anak perempuan membuatnya kerap menjadi sasaran komentar miring. Di media sosial hingga lingkungan sekolah, Andien harus menghadapi stigma bahwa sepak bola adalah olahraga untuk laki-laki. "Kadang dia sedih, tapi saya selalu bilang bahwa prestasi itu tidak melulu soal akademik. Yang penting Andien terus melakukan hal positif," tutur ibunya.
Di tengah segala tantangan, dukungan dari keluarga menjadi pilar utama bagi Andien. Sang ibu selalu ada untuk mendukung mimpi putrinya, sementara sang ayah membimbingnya secara teknis di lapangan. "Andien itu sebenarnya introvert, tapi dia selalu terbuka kepada keluarga dan teman-teman dekatnya. Kami hanya ingin dia terus berkembang tanpa tekanan," tambahnya.
Mental Kuat
Andien tidak hanya berbakat secara teknik, tetapi juga memiliki mentalitas yang kuat. Ia yakin bahwa sepak bola adalah jalan hidupnya. "Saya percaya diri dengan kemampuan saya. Menjadi pemain sepak bola professional adalah mimpi saya," ujar Andien. Dalam usianya yang muda, pernyataan ini mencerminkan kedewasaan yang jarang dimiliki anak seusianya.
Turnamen MilkLife Soccer Challenge menjadi panggung pembuktian bagi Andien. Selain mencetak banyak gol, penampilannya mendapat pujian dari Timo Scheunemann, salah satu pelatih sepak bola ternama di Indonesia. "Salah satu pemain (Andien) adalah pemain dengan teknik luar biasa. Bermain bersama tim putra membuatnya memiliki kekuatan fisik yang unggul," kata Timo.
Melihat bakat Andien, banyak yang berharap ia menjadi simbol kebangkitan sepak bola putri Indonesia. Di tengah minimnya perhatian terhadap sepak bola putri, kisah Andien menjadi oase yang menginspirasi. Ia tidak hanya menjadi pemain berbakat, tetapi juga wajah dari perjuangan perempuan di dunia olahraga yang masih didominasi oleh laki-laki.
Dengan potensi yang besar, masa depan Andien tampak cerah. Namun, sang ibu mengingatkan bahwa perjalanan masih panjang. "Kami hanya ingin Andien menikmati setiap prosesnya. Kalau memang rezekinya di sepak bola, kami akan selalu mendukung," tutupnya. Andien adalah bukti bahwa mimpi besar bisa dimulai dari langkah kecil. Mungkin, suatu hari nanti, kita akan melihat gadis kecil dari Cengkareng ini berdiri tegak mengenakan jersey Timnas Putri Indonesia, mengharumkan nama bangsa di kancah internasional.
Penulis: Lutfi Galih Pawening