Kegagalan Timnas Indonesia di Piala AFF 2024 Belum Tanda Kiamat, Memecat Shin Tae-yong Bukan Solusi Bijak

oleh Gatot Sumitro diperbarui 25 Des 2024, 16:50 WIB
Pemain Timnas Indonesia, Pratama Arhan mencium jersey setelah menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya pada laga Grup B Piala AFF 2024 melawan Filipina yang berlangsung di Stadion Manahan, Solo, Jawa Tengah, Sabtu (21/12/2024). (Bola.com/Abdul Aziz)

Bola.com, Jakarta - Kegagalan Timnas Indonesia di Piala AFF 2024 dinilai banyak pihak sebagai antiklimaks karier Shin Tae-yong. PSSI, terutama Shin Tae-yong harus menerima Tim Garuda tak mampu lolos ke semifinal.

Langkah Muhammad Ferarri dkk. dijegal Filipina 0-1 pada laga terakhir Grup B Piala AFF 2024 di Stadion Manahan Surakarta, Sabtu (21/12/2024) malam WIB. Timnas Indonesia finis di posisi ketiga grup dengan nilai tiga, tertinggal dua poin dari Filipina yang mendampingi Vietnam lolos ke semifinal.

Advertisement

Hasil minor itu membuat banyak pihak meminta PSSI agar memecat pelatih asal Korea Selatan tersebut. Sejumlah pengamat sepak bola hingga netizen mendesak PSSI agar mengganti Shin Tae-yong dengan pelatih yang lebih berkualitas.

Namun, mantan pelatih Persik Arema Malang, Gusnul Yakin, punya pandangan menarik soal tuntutan pemecatan Shin Tae-yong yang masih masif tersebut.

"Wajar bila publik meminta Shin Tae-yong mundur. Tetapi, jika tuntutan itu dituruti PSSI dalam hal ini oleh Ketum Erick Thohir, maka dampak negatifnya lebih besar bagi Timnas Indonesia. Kegagalan di Piala AFF lalu belum tanda kiamat bagi sepak bola Indonesia," katanya.

 

2 dari 4 halaman

Tugas STY masih Banyak

Pelatih Timnas Indonesia, Shin Tae-yong, dalam duel vesus Laos pada laga lanjutan Grup B Piala AFF 2024 di Stadion Manahan, Solo, Kamis (12/12/2024) malam WIB. (Bola.com/Abdul Aziz)

Pengamat sepak bola asal Malang itu mengingatkan para penuntut agar berpikir jernih. "Tugas Shin Tae-yong masih banyak. Paling berat dan sedang dijalani adalah putaran ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026."

"Saya kira lebih baik semua energi difokuskan agar Timnas Indonesia lolos di ajang ini. Daripada terus berpolemik soal kegagalan STY di Piala AFF lalu," ujarnya.

Pelatih yang sukses membawa Arema juara Galatama 1992 itu pun membuat perbandingan kiprah Timnas Indonesia di Piala AFF 2024, dengan dua event sama pada 2020 dan 2022 silam.

 

3 dari 4 halaman

Sukses Angkat Prestasi Timnas Indonesia

(Dari kiri) pelatih Timnas Indonesia U-20 Shin Tae-yong, manajer tim Sumardji, penerjemah tim Jeong Seok-seo alias Jeje dan asisten pelatih Choi In-cheol saat melawan Guatemala pada laga mini turnamen di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Senayan, Jakarta, Selasa (21/2/2023). (Bola.com/M Iqbal Ichsan)

"Shin Tae-yong jadi pelatih Timnas Indonesia sejak era Ketum Iwan Bule. Jadi sebelumnya dia sudah gagal di dua edisi Piala AFF."

"Tetapi, coba lihat ke belakang. Materi pemain dan persiapan saat itu lebih bagus dibanding Piala AFF 2024. Kalau mau memecat STY, seharusnya sejak masa kontrak pertamanya di Indonesia," jelas Gusnul Yakin.

Publik sepak bola Indonesia harus bersyukur Erick Thohir sebagai Ketum PSSI pengganti Iwan Bule masih percaya dengan Shin Tae-yong. Lanjut Gusnul Yakin, mantan pelatih Timnas Korsel di Piala Dunia 2018 itu sukses mengangkat prestasi Indonesia di level Asia untuk semua kategori usia.

 

4 dari 4 halaman

Beban Berat

Pelatih Timnas Indonesia, Shin Tae-yong dan pemain Timnas Indonesia, Hokky Caraka melakukan latihan resmi jelang laga terakhir Grup B Piala AFF 2024 melawan Filipina di Stadion Sriwedari, Solo, Jawa Tengah, Jumat (20/12/2024). (Bola.com/Abdul Aziz)

"Semua harus menengok ke belakang. Apa misi STY untuk sepak bola Indonesia. PSSI dan STY sepakat sedang membangun Timnas Indonesia menembus level Asia dan Dunia. Target pertama di Asia sudah dipenuhi, berikutnya kita tunggu Timnas Indonesia lolos ke Piala Dunia 2026," tuturnya.

Gusnul Yakin menambahkan mayoritas pengkritik Shin Tae-yong tak paham betapa berat beban jadi pelatih. Apalagi menangani sebuah Timnas yang harus berhadapan seluruh rakyat Indonesia.

"Kalau pelatih klub yang dihadapi penggemar klub itu. Tapi kalau pelatih Timnas yang dihadapi lebih besar lagi, yaitu seluruh rakyat negara tersebut," pungkas pelatih berusia 68 tahun tersebut.

Berita Terkait