Wasit Kontroversial Timnas Indonesia U-23 Vs Guinea di Play-off Olimpiade Jadi Pengadil Terbaik 2024

oleh Muhammad Adi Yaksa diperbarui 26 Des 2024, 17:30 WIB
Sujud syukur dua pemain Guinea U-23 merayakan kemenangan 1-0 atas Timnas Indonesia U-23 tak lama setelah wasit Francois Letexier meniup peluit akhir laga play-off antar-konfederasi menuju Olimpiade Paris 2024 di Stade Pierre Pibarot, Centre National du Football de Clairefontaine, Prancis, Kamis (9/5/2024). (AFP/Miguel Medina)

Bola.com, Paris - Pengadil kontroversial Timnas Indonesia U-23 kontra Timnas Guinea U-23 di babak play-off Olimpiade 2024 Paris, Francois Letexier, menjadi wasit terbaik 2024.

Francois Letexier dinobatkan sebagai wasit terbaik tahun ini oleh Federasi Sejarah dan Statistik Sepak Bola Internasional atau IFFHS.

Advertisement

Media Prancis, L'Equipe, mengabarkan bahwa Francois Letexier terpilih menjadi pengadil terbaik 2024 dikarenakan "kemampuannya mengendalikan pertandingan dengan intensitas tinggi melalui penampilan luar biasa".

Francois Letexier mendapatkan 129 poin, menungguli wasit asal Slovenia, Slavko Vincic, Daniele Orsato dari Italia, Clement Tyrpin dari Prancis, dan Michael Oliver dari Inggris.

2 dari 4 halaman

Wasit Final Euro 2024

UEFA akhirnya resmi menentukan wasit yang akan memimpin jalannya laga final Euro 2024. Wasit asal Prancis, Francois Letexier dipilih untuk mengadili duel Spanyol vs Inggris. (AFP/Kirill Kudryavtsev)

Francois Letexier lahir di Bedee, Prancis, pada 23 April 1989. Usianya 35 tahun. Dia telah menjadi wasit berlisensi FIFA sejak tujuh tahun lalu atau pada 2017.

Pada musim 2024, Transfermarkt mencatat Francois Letexier memimpin 22 pertandingan di berbagai kejuaraan, termasuk di Euro 2024, Liga Champions, hingga Olimpiade 2024.

Francois Letexier menjadi wasit untuk final Euro 2024 yang dimenangkan oleh Timnas Spanyol 2-1 atas Timnas Inggris pada 14 Juli 2024.

3 dari 4 halaman

Membuyarkan Mimpi Timnas Indonesia U-23 ke Olimpiade Paris

Buat publik sepak bola Indonesia, kepemimpinan Francois Letexier meninggalkan luka. Bagaimana tidak, ia membuyarkan mimpi Timnas Indonesia U-23 untuk lolos ke Olimpiade 2024.

Akibat sejumlah keputusan tidak tepatnya, Timnas Indonesia U-23 takluk 0-1 dari Guinea U-23 di Stade Pierre Pibarot, Clairefontaine, Prancis, pada 9 Mei 2024.

Francois Letexier memberikan dua tendangan penalti kontroversial kepada Guinea U-23, satu di antaranya berujung dengan gol dan memupuskan ambisi Timnas Indonesia U-23 bermain di Olimpiade 2024.

Pada menit ke-18, striker Guinea U-23, Algassime Bah, jatuh di kotak penalti Timnas Indonesia U-23. Francois Letexier menunjuk titik putih.

Francois Letexier menganggap Algassime Bah dilanggar Witan Sulaeman di kotak penalti Timnas Indonesia U-23. Padahal dari tayangan ulang, kenyataannya tidak demikian.

Ketika hendak menerima umpan mendatar dari rekan setimnya, kaki Algassime terserempet kaki Witan di luar kotak penalti Timnas Indonesia U-23.

Namun, entah disengaja atau tidak, penyerang klub Yunani, Olimpiakos, itu seolah-olah tersandung dan merebahkan diri di dalam kotak 16 pas Timnas Indonesia U-23.

4 dari 4 halaman

Mengusir Shin Tae-yong

Witan merasa tidak menjatuhkan Algassime Bah. Tetapi, Francois Letexier bergeming. Dia tetap kekeuh dengan keputusannya memberikan tendangan penalti kepada Guinea U-23 yang dieksekusi oleh Ilaix Moriba pada menit ke-29.

Sialnya, FIFA tidak menerapkan VAR dalam play-off Olimpiade 2024 sehingga keputusan keliru Francois Letexier tak dapat ditinjau ulang.

Pada menit ke-72, peluit Francois Letexier kembali berbunyi tanda penalti untuk Guinea U-23. Tekel Alfeandra Dewangga yang menyentuh bola lebih dulu sebelum merobohkan Algassime Bah, dinilainya sebagai pelanggaran.

Padahal, Letexier dalam posisi yang ideal ketika kejadian itu berlangsung. Dia hanya beberapa meter di belakang duel Dewangga dengan Algassime Bah.

Buntut dari kebijakan kontroversial Francois Letexier itu, pelatih Timnas Indonesia U-23, Shin Tae-yong, melancarkan protes keras. Dia marah-marah sampai menunjuk-nunjuk wajah wasit yang berlisensi FIFA sejak 2017 ini.

Francois Letexier meresponsnya dengan memberikan kartu kuning kepada Shin Tae-yong, yang berakhir dengan kartu kuning kedua alias kartu merah karena arsitek asal Korea Selatan itu terus menunjukkan kekesalannya.

Berita Terkait