Bola.com, Jakarta - Perjuangan PSIS Semarang untuk bersaing di BRI Liga 1 2024/2025 menemui berbagai hambatan. Amblasnya performa Mahesa Jenar turut diiringi dengan berbagai persoalan hingga membuat hubungan suporter dan manajemen kian memanas.
Setelah sempat memperlihatkan tanda-tanda kebangkitan, PSIS Semarang malah kembali tergelincir pada dua laga terakhir. Skuad asuhan Gilbert Agius menelan dua kekalahan beruntun melawan PSS Sleman (1-2) dan Malut United (1-3) di BRI Liga 1 2024/2025.
Kedua kelompok suporter pendukung PSIS, Panser Biru dan Snex, mulai gerah. Mereka mengambil sikap dengan memboikot dua pertandingan kandang terakhir Mahesa Jenar. Tuntutan yang disampaikan pun mengarah pada Chief Executive Officer (CEO) PSIS, Yoyok Sukawi.
Sebab, persoalan bertubi-tubi menghantam Mahesa Jenar. Puncaknya ialah ketika FIFA menjatuhkan sanksi terhadap PSIS karena kasus hukum yang berkaitan dengan mantan pemain asingnya, Flavio Beck Junior. Akibatnya, klub asal Kota Lumpia ini terdaftar dalam FIFA Registration Ban List.
Sanksi ini merupakan Daftar Larangan Registrasi FIFA yang membuat Mahesa Jenar tak bisa mendaftarkan pemain baru di bursa transfer. Belakangan manajemen PSIS telah merampungkan perkara tersebut hingga sanksinya dicabut FIFA.
Meskipun demikian, suporter masih belum berhenti bergerak. Mereka mendesak Yoyok segera melepas kepemilikan sahamnya di PT Mahesa Jenar Semarang. Bahkan, mereka juga melakukan aksi protes di Markas Kepolisian Daerah (Mapolda) Jawa Tengah, Kamis (26/12/2024).
Selain menuntut Yoyok Sukawi mundur, mereka turut memprotes tindakan kepolisian yang represif dengan penembakan gas air mata dan peluru karet ketika suporter PSIS melakukan aksi boikot pada laga melawan Malut United pada pekan ke-16 BRI Liga 1 2024/2025.
Sejauh ini, belum ada titik temu antara tuntutan suporter dengan pihak manajemen. Jika kondisi ini terus menerus bergulir, bukan tidak mungkin kondusivitas tim akan terganggu pada putaran kedua nanti.
Aksi Boikot Suporter
Hubungan yang tak harmonis antara pihak manajemen dengan kelompok suporter ini akhirnya menghasilkan sikap yang seragam, yakni memboikot pertandingan kandang PSIS Semarang di BRI Liga 1 2024/2025.
Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Panser Biru, misalnya, memutuskan untuk menggelar aksi ‘Boikot Tribune Selatan’. Mereka mendorong anggotanya untuk mengosongkan area tribune selatan yang biasa ditempati di Stadion Jatidiri.
“Panser Biru menyatakan sikap untuk berada di jalur boikot dikarenakan belum ada respons dan jawaban dari surat tuntutan yang kita kirim ke manajemen PSIS Semarang beberapa waktu lalu,” tulis Panser Biru melalui rilis resminya, 9 Desember 2024.
“DPP Panser Biru mengimbau untuk seluruh anggota Panser Biru untuk menghormati dan menghargai gerakan ini demi PSIS yang lebih profesional, dengan tidak memasuki dan menonton di tribune selatan,” lanjutnya.
Gerakan yang sama juga dilakukan oleh kelompok Suporter Semarang Extreme (Snex) yang biasa menghuni tribune utara. Mereka memutuskan untuk mengosongkan tribune tersebut sebagai bentuk protes atas tuntutannya terhadap manajemen.
“Kami Suporter Semarang Extreme (Snex) menyatakan sikap untuk tetap di jalur boikot laga tersebut. Menonton manajemen agar bersikap profesional dan untuk segera menyelesaikan perkara yang ada seperti perkara rilis FIFA terkait registrasi pemain agar segera terselesaikan sebagaimana mestinya,” bunyi pernyataan resmi Snex.
“Mengimbau teman-teman ataupun saudara-saudara semuanya untuk menghargai pergerakan dari teman-teman demi kemajuan PSIS agar lebih profesional nantinya dengan tidak memasuki atau menonton di tribune utara,” lanjutnya.
Klub Ikut Terdampak
Keputusan dua kelompok suporter PSIS memboikot laga kandang ini memang efeknya sangat terasa. Pasalnya, jumlah penonton yang menghadiri langsung pertandingan di Stadion Jatidiri jumlahnya sangat minim.
Misalnya, saat Septian David Maulana dkk mulai bisa berkandang di Stadion Jatidiri saat menjamu Bali United pada pekan ke-14 BRI Liga 1 2024/2025, total penonton yang hadir hanya mencapai 1.831 orang.
Sementara itu, pada pertandingan kandang berikutnya, jumlah penonton yang hadir pada laga PSIS Semarang melawan Malut United dalam pekan ke-16 yang berakhir dengan kekalahan 1-3 itu hanya mencapai 1.942 orang.
Minimnya jumlah penonton ini tak hanya mempengaruhi animo stadion yang sepi sehingga mempengaruhi semangat para pemain, tetapi juga menghambat PSIS memperoleh pemasukan maksimal dari penjualan tiket.
Padahal, jika mengacu pada musim lalu, semestinya PSIS bisa mendapatkan motivasi besar ketika bermain di Stadion Jatidiri lantaran selalu mendapatkan dukungan penuh dari suporternya saat berlaga di kandang.
Koalisi Aksi
Yang terbaru, ratusan suporter PSIS Semarang bersama Aksi Kamisan Semarang melakukan aksi unjuk rasa di Mapolda Jateng. Sejumlah hal yang menjadi poin tuntutan yakni mencopot CEO PSIS, Yoyok Sukawi, hingga menuntut tindakan represif aparat.
Sebab, saat melakukan aksi damai di Stadion Jatidiri pada Minggu (22/12/2024), sejumlah suporter menjadi korban. Setidaknya enam orang mengalami luka-luka dan satu suporter terkena luka tembak peluru karet.
Dua isu inilah yang menjadi poin utama sekaligus menyatukan koalisi suporter bersama aktivis saat melakukan aksi di Mapolda Jateng. Mereka menyuarakan ‘Reformasi PSIS dan Reformasi Polisi’ dalam aksi tersebut.
Dalam tuntutannya, suporter menyampaikan bahwa PSIS Semarang adalah milik suporter. Mereka juga mendesak Yoyok Sukawi segera angkat kaki dari PSIS dengan melepas kepemilikan sahamnya.
Baca Juga
PSIS Kehilangan Pilar Kunci Hadapi Barito Putera, Gilbert Agius Ungkap Kunci Tekuk Laskar Antasari
Nestapa PSIS yang Tak Kunjung Usai di BRI Liga 1: Performa Masih Lemas, Hubungan Suporter-Yoyok Sukawi Kian Memanas
Bos PSIS Tanggapi Rumor Transfer Alfeandra Dewangga ke Persija: Singgung Kontrak Jangka Panjang